ANALISIS LINIER PROGRAMMING DENGAN METODE SIMPLEKS DALAM PENENTUAN KOMBINASI PRODUK YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN LABA PADA PT SULAWESI AGUNG JAYA.

(1)

ABSTRAKSI

ANALISIS LINIER PROGRAMMING DENGAN METODE SIMPLEKS DALAM PENENTUAN KOMBINASI PRODUK YANG OPTIMAL UNTUK

MENINGKATKAN LABA PADA PT SULAWESI AGUNG JAYA SURABAYA

Oleh :

INDIRA SURYADEWI 0642010092

Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisa, mengetahui tujuan dari penelitian yang dirumuskan, dimana tujuannya dalah untuk meningkatkan laba perusahaan dengan metode linier programming, dimana perusahaan dipilih untuk penelitian ini adalah PT. Sulawesi Agung Jaya.

PT. Sulawesi Agung Jaya adalah perusahaan industri yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan peroduk jadi berupa meubel rotan yang berkualitas, dimana untuk proses produksinya PT. Sulawesi Agung Jaya membutuhkan sumber daya yang terdiri dari : bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu penggunaannya dilakukan secara optimal agar dicapai hasil produksi yang optimal sehingga nantinya diperoleh laba yang seperti yang diharapkan, untuk melaksanakan perencanaan tersebut perlu dukungan perencanaan pengalokasian sumberdaya secara optimal sehingga menghasilkan produk meubel rotan yang tepat. Untuk menyusun rencana pengalokasian sumberdaya dan hasil produk yang tepat dapat digunakan metode kuantitatif yang sering disebut linier programming, yaitu suatu teknik matematika yang memungkinkan perusahaan dapat menentukan kombinasi produk yang optimal dengan memperhatikan sumberdaya yang tersedia dan merupakan alat bantu yang bermanfaat bagi manajemen karena menyediakan prosedur yang sistematis dan efisien yang dapat dijadikan pedoman pengambilan keputusan.

Ternyata dari hasil perhitungan dengan metode linier programming hasil yang diperoleh dari ketiga jenis produk yang ditawarkan, produk meubel kursi yang dapat meningkatkan laba, dengan laba sebesar Rp 970.197.500. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa program linier programming digunakan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan laba.

Kata Kunci : Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead, Metode Simpleks


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahnya yang diberikan-Nya maka penulis dapat melaksanakan dan menyusun laporan skripsi ini dengan judul :“Analisis Linier Programming Dengan Metode Simplek Dalam Penentuan Kombinasi Produk Yang Optimal Untuk Meningkatkan Laba Pada PT. Sulawesi Agung Jaya.

Sejujurnya penulis mengakui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan kemenangan atas berhasilnya menundukkan diri sendiri.

Skripsi ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan dari dosen pembimbing Dra.Sonja Andarini, Msi yang telah mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis, yaitu kepada :

1. Ibu Dra.Ec.Hj.Suparwati,Msi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs.Sadjudi,MSi selaku Ketua Progdi Administrasi Bisnis UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs.Nurhadi,MSi selaku sekretaris Progdi Administrasi Bisnis UPN “Veteran” Jawa Timur.


(3)

4. Bapak dan Ibu dosen Progdi Ilmu Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

5. Orang tua Tercinta, serta Kakak-Adik yang tak pernah berhenti memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi teknis maupun materi. penulis senantiasa membuka diri dalam menerima saran dan kritik dari semua pihak yang dapat menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan harapan besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Surabaya, Juni 2010

Penulis


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL …...viii

DAFTAR GAMBAR ………..ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.2 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Perencanaan Produk dan Perencanaan Produksi... 9

2.3 Pengambilan Keputusan ……….. 11

2.4 Produksi...12

2.4.1 Pengertian Produksi... 12


(5)

2.4.3 Pengertian Proses Produksi ……….. 16

2.5 Bahan Baku ... 17

2.5.1 Pengertian Bahan Baku ... 17

2.5.2 Pengendalian Bahan Baku ………. 19

2.6 Tenaga Kerja ……… 22

2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja ………22

2.6.2 Pengendalian Tenaga Kerja ………... 22

2.6.3 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja ……...24

2.6.4 Pengolahan Tenaga Kerja ………...26

2.7 Mesin …... 27

2.7.1 Pengertian Mesin ………... 27

2.7.2 Jenis – Jenis Mesin ………. 28

2.7.3 Pengendalian Mesin……….29

2.7.4 Pengertian Jam Kerja Mesin ………31

2.7.5 Tujuan Pengendalian Kapasitas Mesin ………32

2.8 Luas Produksi …...32

2.8.1 Pengertian Luas Produksi ………32

2.8.2 Faktor – Faktor Yang Menentukan Luas Produksi …………..34

2.9 Kombinasi Produk Optimum ... 34

2.10 Linier Programming ………...………….. 35


(6)

2.10.2 Asumsi Dasar Linier Programming………36

2.10.3 Model Linier Programming ………...38

2.10.4 Dasar – Dasar Linier Programming ……….. 42

2.10.5 Syarat dan Karakteristik Linier Programming …………. .43

2.10.6 Metode Penyelesaian Linier Programming ……….. 44

2.11 Kerangka Berpikir ……….. ..48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasi dan Pengukuran Variabel...52

3.2 Teknik Penarikan Sampel...53

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 54

3.3.1 Jenis Data... 54

3.3.2 Sumber Data...55

3.3.3 Pengumpulan Data…... 55

3.4 Teknik Analisis Data ………... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Obyek Penelitian ………60

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ………....60

4.1.2 Lokasi Perusahaan ………..61

4.1.3 Tujuan Perusahaan ………..62

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ………..63


(7)

4.2.1 Bahan Yang Digunakan ………..67

4.2.2 Tenaga Kerja Dan Jam Yang Berlaku ………67

4.2.3 Tahap – Tahap Proses Produksi ……….67

4.3 Penyajian Data ………...73

4.3.1 Langkah Pemecahan Dengan Metode Simpleks……….80

4.4 Analisis Data………..82

4.5 Pembahasan ………...85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..88

5.2 Saran ………...88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Permintaan Produk PT Sulawesi Agung Jaya……….……4

Tabel 2.1 Model Program Linier ………..…..41

Tabel 2.2 Metode Simpleks dalam bentuk simbol ……….…....49

Tabel 4.1 Hasil Penjualan Produk PT Sulawesi Agung Jaya………….……73

Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Produk PT Sulawesi Agung Jaya..…….…….73

Tabel 4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung PT Sulawesi Agung Jaya…………74

Tabel 4.4 Biaya Overhead Produk PT Sulawesi Agung Jaya….……….75

Tabel 4.5 Pendapatan Tiap Jenis Produk Tahun 2008 ….………..…….76

Tabel 4.6 Pendapatan / Laba Produk per unit ….………….…………..…….77

Tabel 4.7 Tabel Korbanan...…..…….80

Tabel 4.8 Tabel Simplek………...…..…….81

Tabel 4.9 Realisasi laba dan laba maksimum setelah linier


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir...51

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Sulawesi Agung Jaya………...64

Gambar 4.2 Bagan Proses Produksi PT Sulawesi Agung Jaya ………..68


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia usaha dewasa ini semakin pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang bermunculan dengan berbagai macam usaha bahkan dengan usaha sejenis sehingga persaingan yang terjadi diantara pengusaha semakin ketat. Pada dasarnya setiap perusahaan baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar – besarnya dalam menjalankan kegiatan perusahaan, lebih – lebih dalam era globalisasi sekarang ini., maka setiap organisasi dalam dunia bisnis dituntut untuk senantiasa memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki seoptimal mungkin.

Ketatnya persaingan pada perusahaan yang memproduksi produk yang sejenis akan membuat perusahaan tersebut terpacu untuk menciptakan inovasi – inovasi yang lebih menarik dan beragam serta selektif dalam kualitas produk yang diproduksi. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk semakin tanggap dalam melihat apa yang diinginkan konsumen.

Pada umunya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah perusahaan memperoleh laba yang cukup dan semaksimal mungkin dari operasional perusahaan yang dilakukan. Selain itu perusahaan juga bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan perlu dikelola secara baik dan professional agar dapat


(11)

mereasisasikan tujuan tersebut dan kelangsungan hidupnya terjamin. Dalam perusahaan industrial yang sedang berkembang selalu memproduksi produk sesuai dengan keinginan pasar sehingga perusahaan memiliki berbagai pilihan produk.

Dari berbagai produk atau memiliki kombinasi produk maka perusahaan harus memiliki produk yang menjadi suatu unggulan didalam proses produksi, dimana hal tersebut diupayakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal – hal yang perlu perusahaan perhatikan didalam faktor – faktor produksi yang ada seperti rotan, kulit, dan jam kerja. Faktor – faktor produksi ini tersedia dalam jumlah terbatas sehingga pengalokasiannya harus direncanakan sebaik mungkin.

Namun seringkali pada kenyataanya, perusahaan mengalami banyak hambatan atau masalah yang merintanginya dalam pencapaian tujuan perusahaan, sehingga perusahaan tersebut mengerahkan berbagai usahanya untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Persoalan yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya adalah bagaimana mengkombinasikan faktor – faktor produksi atau sumberdaya – sumberdaya yang dimiliki secara bersama dengan tepat agar diperoleh keuntungan maksimal dengan biaya yang minimal.

Dengan adanya tuntutan itu membuat perusahaan harus merencanakan dan mengelola perusahaannya dengan baik agar perusahaan dapat memperoleh hasil yang baik dengan memanfaatkan sumberdaya –


(12)

sumberdaya yang terbatas secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan perusahaan.

Dalam penelitian ini, menitik beratkan pada masalah penentuan kombinasi produk yang paling tepat di suatu perusahaan, dalam hal ini adalah perusahaan industri rotan di Surabaya, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal kepada perusahaan tersebut, selain itu juga manajemen perusahaan harus dapat menggunakan kapasitas produksi sebaik – baiknya agar dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan konsumen, maka dengan demikian laba atau keuntungan yang optimal dapat ditentukan oleh kombinasi produk sesuai dengan kapasitas yang ada dalam perusahaan. Sebab dengan mengetahui seberapa besar produksi yang harus dihasilkan dalam kombinasi produk maka perusahaan dapat merencanakan laba yang akan diperolehnya.

PT Sulawesi Agung Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri meubel dari rotan dengan variasi produk, yaitu kursi, meja, rak. Pemasaran produknya tidak hanya di dalam negeri tetapi sudah sampai mancanegara, yaitu Negara Rusia, Polandia dan Jepang, dengan permintaan tahun 2008 untuk Rusia: 15.079 unit, Polandia: 10.680 unit, Jepang: 5.168 unit.

Khusus untuk permintaan luar negeri PT Sulawesi Agung Jaya hanya melayani berdasarkan pesanan, sedangkan untuk permintaan dalam negeri bukan berdasarkan pesanan, dalam hal ini proses produksinya dilakukan


(13)

secara kontinue. Hal ini dapat dilihat dalam tabel jumlah permintaan produk di bawah ini.

Tabel 1.1

Jumlah Permintaan Produk PT Sulawesi Agung Jaya Tahun 2008

Jenis Produk Jumlah Produk (unit) Harga Produk (unit)

Kursi 21.500 352.900

Meja 5.590 373.600

Rak 3.775 266.000

Sumber : PT. Sulawesi Agung Jaya

Dari tabel tersebut diatas jumlah permintaan akan produk dari PT Sulawesi Agung Jaya, yaitu kusi, meja dan rak berbeda - beda. Jumlah permintaan untuk produk kursi adalah yang paling banyak, untuk meja dan rak meskipun diminati konsumen namun jumlah permintaan produknya sangat jauh dengan permintaan kursi. Meskipun produknya bervariasi tetapi dengan melihat jumlah permintaan produk tersebut diatas, maka pihak perusahaan dalam mengkombinasikan variasi produknya dapat diasumsikan kurang maksimal sehingga optimalisasi laba yang diinginkan tidak terpenuhi.

Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan dalam perolehan labanya dengan melalui variasi produk (kombinasi produk) diharapkan dapat menggunakan kapasitas produksi dengan sebaik – baiknya.


(14)

Dengan melihat kondisi dan situasi diatas, maka PT Sulawesi Agung Jaya perlu menggunakan teknik yang disebut dengan Linier Programming dalam pengambilan keputusan, mengingat PT Sulawesi Agung Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri meubel dari rotan yang mempunyai kombinasi produk, dimana setiap kombinasi produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik dan tambahan laba yang tidak sama, sehingga perusahaan perlu menggunakan teknik Linier Programming untuk mengetahui dan menentukan dari kombinasi produk mana yang dapat menghasilkan laba optimal dengan mempertimbangkan kendala – kendala yang ada pada perusahaan.

Untuk menyusun rencana kombinasi produk yang optimal, dapat dugunakan suatu metode kuantitatif yang sering disebut Linier Programming. Linier Programming adalah suatu teknik matematika yang memungkinkan perusahaan untuk menentukan bauran program optimal dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia dan merupakan alat bantu yang bermanfaat bagi manajemen karena menyediakan prosedur yang sistematik dan efisien yang dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan. Jadi Linier Programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber – sumber yang terbatas secara optimal beberapa aktivitas yang bersaing dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan.

Alasan penulis menggunakan teknik Linier Programming karena penentuan kombinasi produk yang dilakukan oleh perusahaan untuk


(15)

meningkatkan laba, salah satu alat untuk menguji apakah laba yang dicapai telah meningkat ataukah belum, maka dilakukan analisis teknik Linier Programming dengan menggunakan metode simplek sehingga rencana kombinasi produk dapat terlaksana secara optimal sehingga laba yang didapat meningkat. Linier programming merupakan alat bantu dalam meningkatkan laba ditinjau dari kombinasi produk.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dihadapi oleh PT Sulawesi Agung Jaya Surabaya, maka penulis mencoba merumuskan masalah tersebut diatas, yaitu :

“ Bagaimana kombinasi produk yang optimal dapat meningkatkan laba ?”

1.3 Tujuan Penelitian

“ Untuk menganalisis kombinasi produk yang optimal dalam menentukan jumlah produksi untuk meningkatkan laba “.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain ;.


(16)

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan agar dapat menentukan kombinasi produk yang optimal untuk meningkatkan laba dari perusahaan.

c. Untuk memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti topic yang sejenis.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dwi Ferdiansar dengan judul “ Memaksimalkan laba melalui kombinasi produk yang optimal pada CV Sumber Rejeki, Surabaya “.

Rumusan masalah adalah bagaimana kombinasi produk yang optimal dalam rangka memaksimalkan laba dan bagaimana tingkat sensitivitas pada kombinasi produk yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa kombinasi produk yang optimal guna memaksimalkan laba dan untuk mengetahui tingkat sensitivitas pada kombinasi produk yang optimal. Metode penelitian yang digunakan adalah linier programming dengan metode simplek serta menggunakan analisis sensitivitas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebelum menggunakan linier programming perusahaan belum mengetahui produk optimal dari variasi produk yang terbagi dalam tiga karakteristik yaitu air mineral dalam kemasan ukuran 19 liter ( X1), air mineral dalam kemasan ukuran 1500

mili liter (X2) dan air mineral dalam kemasan ukuran 600 mili liter (X3).

Sehingga dengan penggunaan linier programming dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan dan dapat meningkatkan laba


(18)

perusahaan, agar perusahaan dapat terhindar dari kerugian dana atau tenaga yang dikeluarkan akibat kurang tepat dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan produksi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Perencanaan Produk dan Perencanaan Produksi

Sebelum perusahaan melakukan operasionalnya atau sebelum perusahaan tersebut akan didirikan, perlu diketahui dan ditentukan produk apa yang akan diproduksi oleh perusahaan. Pengambilan keputusan penting tentang produk apa yang akan dioperasikan oleh perusahaan perlu dipertimbangkan dan diteliti terlebih dahulu karena keputusan tentang produk yang aka diproduksikan untuk digunakan dalam jangka waktu yang panjang di dalam perusahaan.

Menurut Agus Ahyari ( 1994 ; 2 ), produk yang diproduksikan oleh perusahaan pada umumnya tidak mengalami perusahaan dalam jangka waktu yang pendek, karena perubahan produk memerlukan perubahan dari berbagai macam system di dalam perusahaan yang bersangkutan. Hal ini akan semakin jelas kelihatan apabila terjadi perubahan produk secara total dari semua yang diproduksinya, dimana anatara produk yang lama dengan yang baru tidak ada kaitannya atau hubungan sama sekali.

Produk yang diproduksikan oleh perusahaan pada umumnya tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang pendek, karena perubahan produk memerlukan perubahan dari berbagai macam sistem di dalam


(19)

apabila terjadi perubahan produk secara total dari semua yang diproduksinya, dimana antara produk yang lama dengan yang baru tidak ada kaitannya atau hubungan sama sekali.

Menuru Assauri ( 1993 : 167 ) perencanaan produk berbeda dengan perencanaan produksi, karena titik berat perencanaan produk berbeda dengan perencanaan produksi. Perencanaan produk lebih banyak menyangkut masalah – masalah teknik produksi, sedangkan perencanaan produksi membicarakan jumlah dan jenis produk yang akan segera diproduksikan pada periode yang akan datang. Demikian pula tentang pemakaian jangka waktu dari perencanaan produk akan digunakan jangka waktu yang panjang, sedangkan untuk perencanaan produksi digunakan jangka waktu yang pendek. Dan perencanaan produk disusun untuk satu periode saja, namun untuk perencanaan produksi akan disusun untuk dipergunakan pada periode berikutnya, walaupun produk yang diproduksikan sama, baik dalam ukuran maupun bentuknya.

Menurut Assauri ( 1999 : 129 ) perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang – orang, bahan – bahan, mesin – mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang – barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan.


(20)

2.3 Pengambilan Keputusan

Dalam pengambilan keputusan maka perlu mengetahui sifat atau pola masing – masing alternatif yang ada. Perkiraan terhadap sifat atau model alternatif tersebut dapat menggunakan suatu model. Model ini merupakan suatu abstraksi keadaan sesungguhnya yang akan dicari dan diperkirakan sifat – sifat dan polanya. Agar model dapat dipercaya kebenarannya maka harus dicari korelasi antara model dan kenyataan.

Beberapa jenis model, yaitu :

1. Model Grafis

Adalah penggambaran masalah secara visual.

2. Model Matematik

Adalah penggambaran masalah dengan menggunakan tanda – tanda matematik yang menunjukkan hubungan – hubungan.

3. Model Skematif

Adalah penggambaran secara skema, contoh : bentuk model skematik yaitu penggambaran struktur organisasi.


(21)

2.4 Produksi

2.4.1 Pengertian Produksi

Pengertian Produksi menurut Agus Ahyari ( 1996 : 6 ) adalah kegiatan yang dapat menghasilakan tambahan manfaat penciptaan faedah baru, faedah itu dapat terdiri dari beberapa macam, misalnya : faedah bentuk, faedah waktu, faedah tempat.

Menurut Assauri ( 1999 : 12 ) produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa, dimana untuk kegiatan tersebut dibutuhkan faktor – faktor produksi.

Faktor – faktor produksi terdiri dari :

a. Bahan baku atau bahan mentah ( material )

Bahan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan suatu produk yang kemudian dari bahan tersebut diproses dan sampai ke proses akhir tercipta suatu produk baru yang bermanfaat. Bahan penolong adalah bahan yang melekat di dalam produksi suatu produk sehingga tercipta suatu produk baru yang bermanfaat.

b. Dana atau modal

Modal dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Modal skill adalah modal yang berupa barang – barang yang akan


(22)

2. Modal uang adalah dana yang dikeluarkan untuk membeli barang –

barang dan faktor produksi lainnya.

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah kemampuan manusiawi yang dapat sumbangkan untuk memungkinkan dilakukannya produksi barang – barang dan jasa – jasa.

d. Mesin

Mesin adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang digunakan untuk membantu manusia dalam proses produksi dimana mesin ini dapat mengerjakan atau memproduksi suatu barang yang dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

Dari pengertian – pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa produksi adalah suatu kegiatan untuk menambah nilai guna, manfaat dari suatu barang dan jasa menggunakan fasilitas produksi yang ada.

2.4.2 Fungsi Poduksi

Menurut Assauri ( 2003 : 11) yang dimaksud dengan fungso produksi merupakan penekanan terstentu dari tanggung jawab atau pengambilan keputusan dalam organisasi. Dalam pelaksanaan fungsi


(23)

produksi ada 5 ( lima ) tanggung jawab keputusan utama yang harus dilakukan, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu. Dimana secara umum fungsi produksi terkait dengan tanggung jawab dalam pengolahan dan pentransformasikan masukan atau input menjadi keluaran atau out put berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan rangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu system. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat pada perusahaan, baik itu perusahaan yang besar maupun kecil.

Menurut Assauri ( 2003 ; 12 ) fungsi produksi di atas meliputi empat bagian penting, yaitu :

1. Proses pengolahan, merupkan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan menjadi keluaran yang berupa barang atau jasa yang akhirnya dapat dijual kepada pelanggan untuk memungkinkan perusahaan memperoleh hasil atau keuntungan yang diharapkan.

2. Jasa – jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Jasa – jasa pelayanan produksi dapat berupa : desain produk, teknologi, cara penggunaan sumber – sumber daya.


(24)

3. Perencanaan yang berfungsi agar kegiatan produksi dan operasi yang dilakukan dapat terarah bagi pencapaian tujuan produksi dan operasi serta fungsi produksi dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Perencanaan yang dilakukan dalam hubungannya dengan fungsi produksi adalah :

a. Perencanaan proses produksi

b. Perencanaan persediaan dan pengadaan

c. Perencanaan mutu

d. Perencanaan penggunaan fasilitas mesin

e. Perenacanaan pemanfaatan sumber daya manusia

Dan perencanaan tersebut pada dasarnya adalah merupakan penetapan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.

4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan produksi sesuai dengan yang direncanakan.

Dan bila terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Kegiatan pengendalian yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi produksi adalah:


(25)

b. Pengendalian dan pengawasan persediaan

c. Pengendalian dan pengawasan mutu

d. Pengendalian dan pengawasan biaya

2.4.3 Pengertian Proses Produksi

Sebelum membahas mengenai pengertian proses produksi sebaiknya kita mengetahui arti dari proses. Yang dimaksud dengan proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber – sumber

( bahan, tenaga kerja, mesin, dana ) yang akan diubah untuk memperoleh suatu hasil.

Menurut Assauri ( 2003 : 97 ) yang dimaksud dengan proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber – sumber ( tenaga kerja, mesin, bahan dan dana ) yang ada.

Sedangkan menurut Ahyari ( 1996 : 65 ) yang dimaksud dengan proses produksi adalah merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana penambahan manfaat atau penciptaan faedah baru, dilaksanakan dalam perusahaan.

Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan proses produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan


(26)

menggunakan faktor – faktor produksi yang ada, seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana ).

2.5 Bahan Baku

2.5.1 Pengertian Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang secara langsung dapat dipergunakan daalam proses produksi dan belum pernah diproses sejak penerimaan bahan baku digudang. Bahan baku merupakan bahan mentah dasar yang akan diolah menjadi produk jadi, dimana bahan baku terbagi menjadi bahan baku langsung dan bahan baku tak langsung.

Menurut Mulyadi ( 1999 : 295 ) bahan baku adalah yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Di dalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli saja tetapi juga mengeluarkan biaya – biaya pembelian, pergudangan dan biaya – biaya perolehan lainnya.

Pada beberapa perusahaan besar dengan beberapa unit operasi mengadakan bagian pembelian yang terpusat atau tersentralisir dan ada pula yang mengadakan pembelian bahan baku yang disentralisir.

Menurut Assauri ( 2003 : 208 ) Yang biasanya terdapat dari adanya bagian pembelian bahan baku yang tersentralisir adalah ;


(27)

1. Dapat meminimalisir adanya duplikasi usaha ( duplication of effort ) yang timbul akibat desentralisasi unit – unit operasi yang dapat membeli sendiri – sendiri pada tempat yang berbeda – beda.

2. Para petugas pembelian dapat menjadi ahli ( specialist ) dalam pembelian bahan – bahan tertentu.

3. Pesanan dari berbagai unit operasi atau pabrik dapat dikonsolidasikan, sehingga pembelian bahan – bahan tertentu yang sama dalam jumlah yang besar akan memperoleh keuntungan karena adanya potongan (

discount ) yang tidak diperoleh apabila kita membeli sedikit – sedikit.

4. Dapat mudah mengikuti perkembangan dalam situasi pasar yang luas dengan adanya bagian pusat ( central ) yang dapat mengatur kegiatan pembeliannya.

5. Keragu – raguan para supplier terhadap unit operasi atau pabrik tertentu dapat dihilangkan.

6. Para supplier cenderung untuk menginginkan adanya bagian pembelian yang terpusat dan hidup untuk kekuatan pasar dengan mengetahui dimana mereka akan pergi untuk membeli dan dapat berbicara langsung dengan mereka.

7. Organisasi pembelian yang terpusat akan dapat memenuhi seluruh aspek yang diinginkan perusahaan seperti bahan – bahan yang dipergunakan oleh unit – unit operasi atau pabrik yang ada dapat lebih


(28)

seragam (uniform) dan kebijaksanaan persediaan untuk pabrik – pabrik ini dapat dihubungkan dengan efektif.|

Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi oleh tersediannya bahan baku, sebab bahan baku merupakan bahan utama dalam memproduksi barang. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terlalu tingginya beban – beban biaya untuk menyimpan di gudang. Jadi dapat diketahui bahwa fungsi bahan baku adalah input atau bahan dalam penyelenggaraan produksi suatu barang dalam suatu industri.

2.5.2 Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian merupakan alat untuk mencapai sasaran, pengendalian ini menjaga agar tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki.

Ada tiga aspek yang saling berhubungan dengan suatu sistem pengendalian persediaan. Aspek – aspek tersebut adalah meramalkan permintaan dimasa yang akan datang, menentukan kapan dan berapa banyak dilaksanakan pemesanan ulang dan menetapkan dimana persediaan disimpan dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut. Diharapkan perusahaan dapat menentukan bahan baku dengan tepat.

Menurut Sumarni dan Soeprihanto ( 1998 : 167 ) pengendalian merupakan aktifitas untuk menemukan, mengoreksi adanya penyimpangan – penyimpangan dari hasil yang telah dicapai dan dibandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan. Proses pengendalian mencatat


(29)

perkembangan kearah pokok dan sasaran serta metode pencapaiannya dalam organisasi yang memungkinkan manajer melihat lebih awal adanya penyimpangan.

Hampir semua pabrik selalu memerlukan persedian barang, bahan mentah maupujn bahan jadi. Dapat dikatakan bahwa pengendalian merupakan aktiva yang meliputi barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha, atau persediaan barang yang masih dalam proses produksi atau bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam proses produksi. Pada hakekatnya persediaan akan memperlancar operasi perusahaan sehari – hari. Terutama bagi perusahaan yang jauh dari lokasi bahan baku da jauh dari konsumen.

Persediaan bahan mentah maupun bahan jadi dapat berguna :

1. Menghilangkan resiko dari material yang kualitasnya kurang baik sehingga harus dikembalikan.

2. Memperkecil resiko keterlambatan datangnya bahan yang dipesan.

3. Untuk mempertahankan stabilitas organisasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

4. Untuk mencapai efisiensi penggunaan

5. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik – baiknya


(30)

Setiap perusahaan dapat menentukan terlebih dahulu kebutuhan bahan baku dengan menyusun suatu anggaran atau ( budget ) hal ini sangat penting untuk menjaga agar tidak terjadi adanya kekurangan bahan baku pada saat proses produksi dan yang mengakibatkan terlambatnya proses produksi perusahaan.

Persediaan bahan baku yang cukup harus senantiasa ada dalam perusahaan, namun perusahaan juga harus menghindari persediaan bahan baku yang terlalu banyak. Walaupun ini mempunyai kebaikan terhadap kelancaran perusahaan tapi juga akan menimbulkan lebih besar jumlah biaya dan ini berarti akan mengurangi laba perusahaan.

Untuk menentukan jumlah persediaan atau pemesanan bahan baku yang tepat guna menjaga kelancaran perusahaan tanpa menggangu biaya penyimpanan yang berlebihan dan harus didasarkan pada tiap persediaan bahan baku yang memerlukan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, hal ini juga tergantung dari jumlah persediaan bahan baku tersebut.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan meliputi :

a. Menetapkan jumlah persediaan yang tepat

b. Menetapkan kapan dan berapa bahan baku yang dibutuhkan


(31)

2.6 Tenaga Kerja

2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja

Pengertian tenaga kerja menurut Mulyadi ( 1999 : 343 ) merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk.

Menurut R.A Supriono ( 1999 : 231 ) tenaga kerja merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka pengolahan produk.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kelancaran proses produksi tergantung dari adanya tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Karena tenaga kerja merupakan perencanaan sekaligus pelaksanaan dari proses produksi, sehingga perusahaan harus mampu menentukan jumlah tenaga kerja yang tepat.

2.6.2 Pengendalian Tenaga Kerja

Pengendalian tenaga kerja berfokus pada pencegahan penyimpangan dalam kualitas dan kuantitas dari sumber daya yang digunakan dalam perusahaan atau organisasi.

Menurut Gibson, Donely, Ivancevich (1996 ; 302 ) bahwa beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dalam rangka pengendlian tenaga kerja adalah :


(32)

1. Sumber daya manusia harus mampu memenuhi persyaratan kerja yang ditentukan oleh organisasi atau perusahaan.

2. Karyawan harus mempunyai kemampuan fisik dan intelektual untuk melaksanakan tugasnya.

3. Para karyawan harus diingatkan kesadaran atas pentingnya prosedur pengendalian, sehingga memandang fungsi pengendalian sebagai suatu upaya penting perusahaan.

Untuk memantau operasi perusahaan agar berjalan lancar dan untuk memastikan bahwa berbagai tujuan tengah direalisasikan, maka manajer harus mengawasi dan membimbing kegiatan yang sedang berjalan dan para manajer harus mengambil tindakan korektif yang bertujuan untuk perbaikan proses perolehan sumber daya manusia atau operasi akitual dimana jenis pengendalian tenaga kerja ini didasarkan dari fakta hasil masa lalu yang diperoleh serta didasarkan pada masa depan.

Agar kegiatan pengendalian tenaga kerja berhasil para manajer harus mengelilingi dirinya dengan orang – orang yang handal dan kemudian memberinya peralatan, pelatihan dan dorongan yang mereka butuhkan untuk bekerja sampai potensi mereka sepenuhnya tercurah pada pekerjaan.

Pengendalian tenaga kerja dicapai melalui prosedur yang meliputi pemilihan dan penetapan dari karyawan. Saat ini pemilihan karyawan menempuh urutan paling penting diantara berbagai tugas yang


(33)

dilaksanakan para manajer, para karyawan diseluruh jenjang organisasi bertanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan calon – calon karyawan untuk bermacam posisi harus direkrut dari dalam atau dari luar perusahaan dan pelamar yang paling menjanjikan harus dari daftar para pesaingnya berdasarkan pada kesesuaian ketrampilan pelamar dan karakteristik pribadi atau persyaratan kerja.

Seperti diketahui bahwa semakin banyaknya pimpinan memberikan pelimpahan wewenang kepada bawahan, maka semakin bayank pula pengawas yang harus dilaksanakan. Kadang – kadang pimpinan tidak sempat untum melakukan pengawasan secara efektif terhadap bawahannya karena banyaknya tugas yang harus diselesaikannya. Untuk keperluan pengawasan ini pimpinan dapat mengangkat staf yang akan membantunya di dalm melakukan pengawasan terhadap unit – unit dalam organisasi secara keseluruhan.

2.6.3 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja

Agar dapat menyelesaikan dan menetapkan tingkat kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan produk yang naik turun sesuai permintaan pasar, perlu dilakukan forecast yang tepat sesuai dengan perubahan – perubahan kapasitas yang dibutuhkan.

Bagi perusahaan biasanya adalah tidak ekonomis untuk menambah dan mengurangi tenaga kerja adalah sumber daya kapasitas yang tetap, tetapi penyesuaian – penyesuaian besar ( substansial ) dapat dibuat tanpa


(34)

harus menarik lebih banyak orang dan kemudian memutuskan hubungan kerja dengan mereka.

Penggunaan kerja lembur, sub kontrak dari luar atau penimbunan persediaan merupakan keputusan manajerial dan teragantung pada biaya – biaya relatif masing – masing alternatif. Pada dasarnya penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama periode waktu tertentu dibuat melalui perhitungan rasio permintaan terhadap kapasitas satu unit sumber data. Jumlah total jam sumber daya manusia yang diuji dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akan produk – produk yang berbeda – beda adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dan memproduksi setiap unit ditambah waktu untuk menyampaikan pada konsumen. Dalam praktek sering ditemui kasus dimana jumlah tenaga kerja tidak sama dengan jumlah pekerjaan dalam hal jumlah pekerjaan lebih besar daripada jumlah karyawan.

Setelah memutuskan pekerjaan – pekerjaan mana yang ditangani sendiri, mana yang disub kontrakkan dan menentukan jumlah jam kerja bagian, maka daftar pekerjaan yang dibuat meliputi tenaga kerja langsung dan tidak langsung haruslah tepat sehingga para mandor dan bagian personalia dapat melakukan pembuatan anggaran – anggaran.

Selain itu dengan mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, hal itu diperlukan untuk lokasi tenaga kerja. Kegiatan lama


(35)

yang pelaksanaannya perlu ditambah fasilitas untuk penyelesaiaannya dan dapat diketahui dari mana diambil tambahan fasilitas tersebut.

2.6.4 Pengolahan Tenaga Kerja

Salah satu tujuan pengolahan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan produktifitas. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa tujuan manajemen tenaga kerja adalah bukan untuk memaksimumkan performance tetapi mengoptimalkan pelaksanaan kerja adanya berbagai batasan yang melingkupi operasi organisasi.

Menurut Handoko ( 1992 : 215 ) berbagai prinsip yang perlu diperhatikan dalam manajemen tenaga kerja adalah :

1. Memadukan karyawan dan pekerjaan yakni orang – orang yang harus dipilih untuk pekerjaan atas dasar perbedaan karakteristik dan preferensi individual.

2. Menetapkan standart – standart pelaksanaan kerja maksudnya pelaksanaan standart kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan, agar tanggung jawab dan apa yang diharapkan dari pada karyawan jelas.

3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja, artinya manajer perlu memberikan penghargaan kepada karyawan yang dapat mencapai atau melebihi standart untuk memotivasi kerja mereka.


(36)

4. Menjamin supervise yang baik, maksudnya seorang supervisor harus ahli dalam ketrampilan teknologi maupun manajerial, dan mempunyai perhatian terhadap kesejahteraan, serta rasa kejujuran dengan para karyawan secara individual tanpa melupakan pencapaian prestasi yang tinggi.

5. Merumuskan secara jelas tanggung jawab karyawan artinya bila tanggung jawab pekerja jelas, apabila berubah – ubah para pekerja akan frustasi.

2.7 Mesin

2.7.1 Pengertian Mesin

Pengertian mesin menurut Assauri ( 2003 : 103 ) adalah suatu peralatan yang digerakkan oleh suatu kekuatan atau tenaga yang digunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian produk tertentu. Selain itu mesin juga di kenal “ tools “, yaitu setiap instrument atau perkakas yang kecil yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan dalam mengerjakan produk atau bagian – bagian produk. Sebagai contoh dari tools ini adalah gergaji, kikir, martil atau palu, obeng dan sebagainya yang sering tedapat pada hampir setiap rumah tangga dan perusahaan atau pabrik.


(37)

2.7.2 Jenis – Jenis Mesin

Adapun jenis – jenis mesin menurut Assauri ( 1993 104 ) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Mesin yang bersifat umum atau serba guna ( General Purpose Machines ) merupakan suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan tertentu untuk berbagai jenis barang, produk atau bagian dari produk ( part ).

Ciri – ciri dari mesin yang bersifat umum adalah :

1. Biasanya dibuat dengan bentuk standart dan selalu atas dasar untuk pasar, karena mempunyai bentuk standart dan diproses dalam jumlah yang besar dan harganya relatif murah.

2. Mesin serba guna ini sangat fleksibel penggunaannya

3. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan pekerja yang terdidik.

4. Biaya perawatan relatif murah begitu juga dengan penggunaannya karena bentuknya yang standart.

b. Mesin yang bersifat khusus ( Special Purpose Machines )

Adalah mesin – mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan satu atau beberapa jenis kegiatan yang sama.


(38)

1. Mesin tersebut dibuat atas dasar pesanan dan dibuat dalam jumlah yang kecil, sehingga harganya relatif mahal.

2. Biasanya mesin jenis ini bersifat otomatis, sehingga pekerjaan cepat selesai.

3. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan pekerja yang lebih spesifik.

4. Biaya perawatan lebih mahal

5. Karena penggunaannya bersifat khusus maka mesin ini cepat ketinggalan jaman.

2.7.3 Pengendalian Mesin

Di dalam memproduksi barang dilakukan atau diadakan perencanaan serta pengawasan terhadap produksi yang dihasilkan. Pemeliharaan serta pengewasan terhadap mesin – mesin dan peralatan proses produksi dapat siap dipakai secara optimal tanpa gangguan dan dapat dimanfaatkan untuk memproses bahan baku produk jadi yang berkualitas tinggi.

Sedangkan menurut Harsono ( 2004 : 145 ) pengendalian mesin produksi yang terkontrol itu mencakup empat unsur, yaitu :

a. Menekan adanya waktu tidak produkstif baik bagi operator maupun mesinnya.


(39)

c. Meningkatkan daya terima langsung

d. Meningkatkan kualitas produk yang di jual

Dengan ini pemeliharaan mesin dan peralatan produksi yang baik dan efektif proses produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kegiatan pemeliharaan untuk mencegah sering timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan untuk mencari komponen yang dapat mentebabkan peralatan produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan selama proses.

Maksud dan tujuan pengendalian mesin antara lain :

1. Mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan yang tidak terduga

2. Memberikan kemungkinan ditemukannya keadaan yang dapat menyebabkan peralatan mengalami kerusakan pada waktu akan digunakan.

3. Menjamin kelancaran proses produksi karena kelancaran kerja dari peralatan produksi akan terjamin setelah dilakukan pengendalian mesin.

4. Mencegah timbulnya kerusakan berat yang diakibatkan dari peralatan sehingga menimbulkan kemacetan seluruh proses produksi.


(40)

2.7.4 Pengertian Jam Kerja Mesin

Dalam memproduksi barang setiap perusahaan menggunakan alat bantu yang berupa mesin. Tidak jarang kita menjumpai suatu pabrik menggunakan mesin dan sangat tergantung kepada mesin dan peralatan lainnya. Oleh karena itu kita harus pandai dalam memilih kualitas dari pada mesin tersebut menghasilkan produk, sebab apabila salah dalam menetapkan kebijaksanaan yang dibuat oleh perusahaan akan mengalami kerugian dan sebaliknya apa bila mesin – mesin maupun peralatan sebelum operasi tersebut dimulai adalah sangat penting. Hal ini juuga dapat kita lihat jumlah efektifitas dan jumlah mesin yang beroperasi juga menentukan apakah keadaan operasi perusahaan telah selesai tidak dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga kegiatan dapat menunjang yang lainnya juga diperlukan seperti aktifitas pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan pergantian terhadapa mesin dan peralatan pabrik diperlukan agar proses produksi terjamin kelancarannya dengan kata lain untuk mencegah adanya hambatan dalam proses produksi dan tercapainya volume yang diharapkan.

Jadi dapat disimpulkan jam kerja mesin adalah keadaan yang menunjukkan jumlah jam proses produksi manusia untuk berproduksi atau melaksanakan aktivitas merubah bahan baku menjadi barang jadi.


(41)

2.7.5 Tujuan Pengendalian Kapasitas Mesin

Karena keberadaan mesin merupakan penunjang dari lancarnya proses produksim maka keberadaannya perlu dikendalikan. Adapun pengendalian kapasitas mesin menurut Walley ( 1997 ; 595 ) meliputi :

a. Memastikan bahwa jumlah perkakas yang dibutuhkan untuk tujuan produksi sudah tepat.

b. Memesan perkakas untuk menampung permintaan produksi

c. Memastikan bahwa rasio biaya atau prestasi diterapkan secara ketat dalam desain perkakas.

d. Mencatat persediaan dan unsur perkakas

e. Memastikan bahwa perkakas yang tersedia akan berfungsi selama masa waktu yang telah ditentukan.

f. Memberikan pelayanan reparasi perkakas secara memadai.

2.8 Luas Produksi

2.8.1 Pengertian Luas Produksi

Tujuan perusahaan adalah mendapatkan laba semaksimal mungkin. Luas produksi merupakan jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Perencanaan luas produksi dimaksudkan agar memperoleh laba yang maksimal, karena


(42)

tanpa perencanaan dapat mengakibatkan jumlah yang diproduksikan menjadi terlalu kecil atau terlalu besar.

Menurut Assauri ( 1999 : 39 ) luas produksi adalah suatu ukuran berapa banyak barang yang diproduksi oleh perusahaan. Banyaknya barang – barang yang diproduksi disini berarti meliputi berbagai macam jenis produk yang dihasilkannya. Jadi luas produksi merupakan ukuran terhadap apa dan berapa barang – barang yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Semakin banyak jenis dan jumlah produksi barang yang diproduksi makan semakin besar luas produksinya.

Menurut Indriyo ( 2000 : 52 ) Luas produksi adalah ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang – barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu, semakin banyak barang yang diproduksi, baik jumlah maupun jenisnya semakin besar luas produksinya.

Untuk perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam barang, maka untuk kelebihan volume produksi jenis tertentu mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas, karena bahan dasar, bahan pembantu, tenaga dan alat – alat yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan pada produk yang volume produksinya berlebihan.

Penentuan luas produksi yang tepat berarti alokasi sumber produksi akan semakin lebih efisien. Bahan dasar, bahan pembantu dan faktor – faktor produksi lainnya dapat ditentukan pada volume produksi yang tepat


(43)

sehingga dapat menghindarkan pemborosan – pemborosan dan kerugian – kerugian finansial.

2.8.2 Faktor – Faktor Yang Menentukan Luas Produksi

Setiap perusahaan memerlukan jumlah dan jenis sumber – sumber produksi yang berbeda – beda satu dengan yang lain, baik itu bahan baku mesin, tenaga kerja, modal serta tanah tempat kedudukan input ( lokasi perusahaan ). Jenis dan jumlah faktor – faktor produksi menentukan jenis serta jumlah produk yang dihasilkan. Kebijaksanaan pemimpin perusahaan untuk mengatur jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi adalah penting. Pentingnya penentua luas produksi bagi perusahaan yang memproduksi barang yang bermacam – macam jenisnya adalah disebabkan karena sifat – sifat produksi yang dimilikinya, oleh karena itu harus dianalisa, diteliti sampai seberapa besar jumlah yang harus diproduksi untuk masing – masing jenis barang yang akan dihasilkan agar dapat menghasilkan produk yang optimal.

2.9 Kombinasi Produk Optimum

Apabila perusahaan telah dapat menetukan produk apa saja yang akan diproduksinya, maka perusahaan tersebut dapat pula menentukan mesin dan peralatan produksi yang akan dipergunakan guna menunjang pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, tidak setiap produk dalam perusahaan akan mempergunakan mesin sendiri – sendiri, tetapi pada umumnya akan


(44)

terdapat satu atau beberapa mesin yang akan dipergunakan untuk memproduksikan beberapa produk, baik secara bergantian maupun bersama – sama. Demikian pula dengan penggunaan bahan baku serta tenaga kerja langsung dalam perusahaan tersebut, akan terdapat beberapa produk yang dikerjakan dengan mempergunakan bahan baku yang sama serta tenaga kerja langsung yang sama pula.

Menurut Basu Swastha ( 1994 : 117 ) kombinasi produk optimum adalah kombinasi barang – barang yang ditawarkan untuk dijual perusahaan.

Sedangkan menurut Assauri ( 1993 : 153 ) yang dimaksud dengan kombinasi produk adalah apabila terdapat lebih dari satu macam produk yang akan diproduksi dengan mempergunakan mesin, tenaga kerja serta bahan baku yang sama.

Suatu perusahaan harus mampu menentukan kapasitas kombinasi optimal atau berapa besarnya produksi masing – masing produk, sehingga perusahaan tersebut dapat memperoleh hasil produk yang optimal.

2.10 Linier Programming

2.10.1 Pengertian Linier Programming

Linier Programming menurut Hani Handoko ( 2000 : 379 ) adalah suatu metode analitik paling terkenal yang merupakan suatu bagian kelompok teknik – teknik yang disebut programasi matematik.


(45)

Menurut Supranto ( 1997 : 261 ) linier programming adalah suatu kasus dimana ukuran keberhasilan atau biaya adalah fungsi linier dan kendala – kendala atau pembatas pada tersedianya utilitas sumber – sumber dapat dinyatakan atau diekspresikan sebagai persamaan atau pertidaksamaan linier.

Sedangkan Linier Programming menurut Subagyo ( 2000 : 9 ) merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber – sumber yang terbatas secara optimal.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa linier programming merupakan suatu teknik perencanaan yang analisisnya menggunakan model matematika dengan tujuan memperoleh pemecahan terbaik tentang alokasi sumber daya yang terbatas jumlahnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal.

2.10.2 Asumsi Dasar Linier Programming

Menurut Pangestu Subagyo ( 2000 : 13 ) asumsi – asumsi dasar linier programming dapat diperinci sebagai berikut :

1. Proportionality ( Asumsi Kesebandingan )

Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding ( proportional ) dengan perubahan tingkat kegiatan.


(46)

a. Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ……….. + CnXn

Setiap penambahan 1 unit X1 akan menaikkan Z dengan C1

Setiap penambahan 1 Unit X2 akan menaikkan nilai X dengan C2 dan

seterusnya

b. a11X1 + a12X2 + a13X3 + ………….. + a1nXn ≤ b1

Setiap penambahan 1 Unit X1 akan menaikkan penggunaan sumber /

fasilitas 1 dengan a11

Setiap penambahan 1 Unit X2 akan menaikkan penggunaan sumber /

fasilitas 1 dengan a12 dan seterusnya. Dengan kata lain, setiap ada

kenaikan kapasitas riil tidak perlu ada biaya persiapan ( set up cost )

2. Additivity ( Asumsi Penambahan )

Asumsi iini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam linier programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan ( Z ) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

Misal :

Z = 3X1 + 5X2


(47)

sehingga Z = 30 + 10 = 40

Andaikata X1 bertambah 1 unit, maka sesuai dengan asumsi pertama

nilai Z menjadi 40 + 3 = 43.

Jadi, nilai 3 karena kenaikan X1 dapat langsung ditambahkan pada nilai

Z mula – mula tanpa mengurangi bagian Z yang diperoleh dari kegiatan 2 (X2)

3. Divisibility ( Asumsi Pembagian )

Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran ( output ) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan. Misal : X1 = 6,5 ; Z = 1.000,75

4. Deterministic ( Asumsi Pasti )

Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model linier programming yang berupa aij, bi, Cj dapat

diperkirakan dengan pasti.

2.10.3 Model Linier Programming

Model matematis rumusan masalah umum pengalokasian sumber daya untuk berbagai kegiatan disebut sebagai model linier programming ( LP ). Model linier programming ini merupakan bentuk dan susunan dalam menyajikan masalah – masalah yang akan diselesaikan dengan teknik


(48)

linier programming. Dalam model linier programming dikenal ada dua macam fungsi yaitu :

a. Fungsi tujuan ( objective functions )

b. Fungsi batasan ( constraint functions )

Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linier programming yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya secara optimal adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan dioptimalkan dinyatakan sebagai Z.

Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan – batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan.

Untuk memudahkan pembahasan model linier programming ini digunakan simbol – simbol sebagai berikut :

m = macam batasan – batasan sumber atau fasilitas yang tersedia

n = macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia

i = nomer setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia ( i = 1,2,….m )


(49)

i = nomer setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang tersedia ( j = 1,2,…n )

Xj = tingkat kegiatan ke – j ( 1,2 …n )

bi = banyaknya sumber ( fasilitas ) i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan ( i = 1,2,…n )

Ajj = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit output kegiatan j ( i = 1,2,…,m dan j = 1,2,…,n )

Z = tingkat laba ( maksimum atau minimum )

Cj = kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan tingkat kegiatan ( Xj ) dengan satu satuan unit atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan j terhadap nilai Z.

Keseluruhan diatas selanjutnya disusun ke dalam bentuk tabel standar linier programming seperti tabel berikut ini.


(50)

Tabel 2.1

Model Program Linier

Pemakaian sumber perunit kegiatan ( keluaran ) Kegiatan

Sumber 1 2 3 …….. N

Kapasitas Sumber 1 2 3 . . M

a11 a12 a13 ……. a1n a21 a22 a23 …… a2n a31 a32 a33 …… a3n . . . …… . . . . …… . am1 am2 am3 …… amn

b1 b2 b3

bm Z / Unit tingkatan

kegiatan

C 1 C2 C3 ……. Cn X1 X2 X3 …… Xn Sumber : Subagyo, Asri dan Handoko ( 2000 : 11 )

Atas dasar tabel diatas kemudian dapat disusun atau model matematis yang digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan linier programming sebagai berikut :

Fungsi tujuan :

Memaksimumkan Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ….. + CnXn

Batasan – batasan :

a11x1 + a12x2 + a13x3 + ……. + a1nXn ≤ b1


(51)

a31x1 + a32x2 + a33x3 + ….+ a3nXn≤ b1

am1x1 + am2x2 + am3x3 + ….+ amnXn≤ bm

dan

X1≥ 0 ; X2≥ 0 ……., Xn≥ 0

2.10.4 Dasar – Dasar Linier Programming

Menurut Subagyo, Asri dan Handoko ( 1992 : 13 ) dasar – dasar linier programming adalah :

a. Kesebandingan ( proportionality ). Asumsi ini berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas yang tersedia akan berubah secara sebanding ( proportional ) dengan perubahan tingkat – tingkat kegiatan.

b. Penambahan ( additivity ). Asumsi ini berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi, atau dalam linier programming dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan ( Z ) yang diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi nilai Z yang diperoleh dari kegiatan lain.

c. Pembagian ( divisibility ). Asumsi ini menyatakan bahwa keluaran (output) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.


(52)

d. Deterministiz ( certainty ). Asumsi ini menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model linier programming ( aij, no, Cj ) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan tepat.

e. Non Negativitie. Asumsi ini menyatakan bahwa semua nilai yang terdapat pada persamaan fungsi tujuan dan fungsi kendala tidak ada yang negatif.

2.10.5 Syarat dan Karakteristik Linier Programming

Menurut Dumairy ( 2001 : 344 )Agar suatu masalah optimisme dapat diselesaikan dengan linier programming ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dipenuhi :

a. Masalah tersebut harus dapat diubah menjadi permasalahan matematis ini berarti bahwa masalah tadi harus bias dituangkan ke dalam bentuk model matematik dalam hal ini model linier, baik berupa persamaan atau pertidaksamaan.

b. Keseluruhan system persamaan harus dapat dipilah – pilah menjadi satuan – satuan sebagai missal a11X1 + a12X2 ≤ k1, dimana X1 dan X2

adalah aktivitas.

c. Masing – masing aktivitas harus dapat ditentukan dengan tepat baik jenis maupun letaknya dengan model programasi.

d. Setiap aktivitas harus dapat dikuantifikasikan sehingga masing – masing nilai dapat dihitung dan dibandingkan.


(53)

Dengan demikian didalam suatu masalah linier programming terdapat rangkaian “ kendala – aktivitas – tujuan -“ atau ‘ masukan – aktivitas – keluaran”.

2.10.6 Metode Penyelesaian Linier Programming

Penyelesaian model linier programming menurut Supranto ( 1996 : 269 ) bergantung pada kompleksitas fungsi matematis dari permasalahan yang dihadapi, banyaknya variable keputusan dan himpunan kendala yang berbentuk fungsi kendala dan fungsi tujuan. Dalam hal fungsi matematis mempunyai kompleksitas tinggi akan sangat membantu menyelesaikan linier programming yang dapat diselesaikan dengan metode grafis dan metode simpleks.

1. Metode penyelesaian dengan grafis

Penggambaran bagan hanya mencakup dua dimensi menyebabkan penyelesaian linier programming dengan metode grafis dapat dilaksanakan apabila solusi perencanaan linier programming metode grafisnya terdapat :

a. Solusi metode grafis hanya digunakan untuk masalah yang mempunyai dua variabel keputusan atau dua jenis produksi saja.

b. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan – hubungan kendala dalam model linier programming.


(54)

c. Solusi ini dilakukan dengan menggambarkan grafik faktor – faktor pembatas produksi dan fungsi tujuan pada salib sumbu yang mencerminkan tingkat kegiatan produksi.

d. Penggambaran fungsi kendala ketidaksamaan dilakukan dengan mengubah tanda ketidaksamaan menjadi persamaan.

e. Grafik garis – garis pembatas da kedua salib sumbu membentuk daerah kemungkinan produksi.

2. Metode penyelesaian dengan simpleks

a. Pengertian metode simpleks

Menurut Hani Handoko ( 2000 : 385 ) simpleks adalah suatu prosedur aljabar yang melalui serangkaian operasi – operasi berulang, dapat memecahkan suatu masalah yang terdiri dari tiga variabel atau lebih.

Menurut Supranto ( 1996 : 275 ) metode simpleks memecahkan masalah linier programming dengan jalan memperoleh suatu pemecahan fisibel dan dengan proseduriteratif ( diulang – ulang menyempurnakan pemecahan sampai diperoleh suatu pemecahan optimal ).

Jadi kesimpulannya metode simpleks linier programming adalah suatu metode untuk mencari penyelesaian masalah secara berulang – ulang sampai didapat suatu penyelesaian yang optimal.


(55)

b. Langkah – langkah metode simpleks table

Langkah pertama : Merubah fungsi tujuan dan batasan - batasan

Fungsi tujuan dirubah menjadi fungsi implicit, artinya semua CjXj digeser kekiri pada bentuk standart, semua batasan

mempunyai tanda ketidaksamaan harus dirubah menjadi persamaan. Caranya dengan menambah slack variable. Variabel slack ini adalah Xn + 1, Xn + 2, ….. Xn + m. Karena tingkat atau

hasil kegiatan yang ada diwakili oleh X1 dan X2, maka variable slack dimulai dari X3, X4 dan seterusnya.

Langkah kedua : menyusun persamaan – persamaan di dalam table

Setelah formulasi dirubah lalu disusun ke dalam table dalam bentuk symbol ( tabel ).

Tabel 2.2

Metode Simpleks dalam bentuk simbol

Variabel dasar Z X1 X2 …. Xn Xn+1 Xn+2 ….. Xn+m Nk Z

Xn + 1 Xn + 2 Xn + m

1 0 0 0

-C1 -C2 …. -Cn 0 0 ….. 0 a11 a12 …. a1n 1 0 ….. 0 a21 a22 …. a2n 0 1 ….. 0 am1 am2 …. amn 0 0 ….. 0

0 b1 b2 bm Sumber : Pangestu Subagyo ( 2000 : 11 )


(56)

Nk adalah nilai kanan persamaan, yaitu nilai dibelakang tanda sama dengan ( = ). Variasi dasar adalah variable yang nilainya sama dengan sisi kanan dari persamaan.

Langkah ketiga : memilih kolom kunci

Kolom kunci adalah kolom yang merupakan dasar untuk mengubah table dia atas. Pilihlah kolom yang mempunyai nilai pada garis fungsi tujuan yang bernilai negatif dengan angka terbesar.

Langkah keempat : memilih baris kunci

Baris kunci adalah baris yang merupakan dasar untuk mengubah tabel tersebut di atas. Untuk itu terlebih dahulu carilah indeks tiap – tiap baris dengan cara membagi nilai – nilai pada kolom Nk dengan nilai yang sebaris dengan kolom kunci.

Indeks = Nilai kolom Nk

Nilai kolom kunci

Langkah kelima : mengubah nilai – nilai baris kunci

Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci.

Langkah keenam : mengubah nilai – nilai selain pada baris kunci


(57)

Nilai baris kunci diubah dengan cara membaginya dengan angka kunci.

Langkah keenam : mengubah nilai – nilai selain pada baris kunci

Nilai – nilai baris yang lain selain pada baris kunci dapat diubah dengan rumus sebagai berikut :

Baris baru = baris lama – ( koefisien pada kolom kunci ) x nilai baru baris kunci.

Langkah ketujuh : melanjutkan perbaikan – perbaikan atau perubahan – perubahan

Ulangilah langkah – langkah perbaikan mulai langkah 3 sampai langkah ke-6 untuk memperbaiki tabel – tabel yang telah diubah atau diperbaiki nilainya. Perubahan baru berhenti setelah

pada baris pertama fungsi tujuan tidak ada yang bernilai negatif.

2.11 Kerangka Berpikir

Penentuan jumlah kombinasi produksi yang tepat berarti alokasi sumber – sumber tersebut akan lebih efisien, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead dapat ditentukan pada volume produksi yang tepat sehingga dapat menghindari pemborosan – pemborosan dan kerugian – kerugian financial, kelebihan volume produksi pada faktor – faktor


(58)

produksi akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas karena biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead dan alat – alat yang dimiliki terlalu banyak dikerahkan pada produk yang volume produksinya berlebihan.

Linier programming metode simpleks adalah suatu cara matematis yang dapat memberikan hasil yang optimal. Keuntungan yang maksimal yang dimaksud adalah selisih antara biaya – biaya produksi yang dikeluarkan dengan masukan hasil penjualan, sehingga laba yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini biasa terjadi karena metode simpleks linier programming dapat digunakan untuk menentukan kombinasi jumlah produksi yang tepat dengan menggunakan alokasi – alokasi sumber daya yang tepat pula untuk keuntungan maksimal dapat diperoleh.

Seperti yang sudah dijelaskan di depan proses produksi kursi, meja, dan rak dari rotan ini membutuhkan faktor – faktor atau input yang terdiri dari:

1. Biaya Bahan baku

2. Biaya Tenaga kerja

3. Biaya Overhead

Dari ke tiga faktor – faktor ( input ) tersebut digunakan secara efisien atau optimal sehingga alternatif produksi PT. Sulawesi Agung Jaya dapat membuat tiga jenis produk meubel yang terdiri dari :


(59)

1. Kursi

2. Meja

3. Rak

Kemudian dari masing – masing produksi tersebut diperbandingkan tingkat optimasi input dan labanya melalui perhitungan optimasi input dan laba dengan menggunakan teknik linier programming.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan perusahaan dalam menentukan kombinasi jumlah produksi yang optimal untuk meningkatkan laba dan membantu mengatasi masalah – masalah yang ada terutama pada sektor produksi. Diharapkan pada masalah bagaimana mengalokasikan sumber – sumber daya yang ada dalam meningkatkan laba.


(60)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya Overhead

Penerapan Linier Programming Metode Simplek

Kombinasi Produk Optimal, yaitu :

Kursi, Meja, Rak

Proses Produksi


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Difinisi operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan, pengertian dan pengukuran variable – variable dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun secara empiris.

Untuk dapat memberikan definisi yang jelas mengenai bentuk penelitian yang akan diamati adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memusatkan diri pada pemecahan masalah – masalah yang ada pada masa sekarang. Data yang dikumpulkan mula – mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa. Definisi operasional dan pengukuran variabel – variabel yang digunakan adalah :

1. Kombinasi produk yang dihasilkan

Meubel Kursi yang dihasilkan dinyatakan dalam X1

Meubel Meja yang dihasilkan dinyatakan dalam X2

Meubel Rak yang dihasilkan dinyatakan dalam X3

2. Biaya Bahan Baku……….(a1)

Biaya bahan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan suatu produk


(62)

3. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Semua biaya tenaga kerja yang secara langsung berkaitan dengan produksi barang jadi yang dapat dengan mudah dikenakan ke produknya dan merupakan biaya tenaga kerja utama di dalam memproduksi suatu produk.

4. Biaya Overhead

Semua biaya variable selain dari bahan baku da tenaga kerja langsung untuk memproduksi suatu produk.

5. Meningkatkan Laba ( Z )

Tingkat laba yang terbaik atau maksimum yang dapat diperoleh dengan penggunaan sumber daya yang terbatas. Dalam hal ini adalah jumlah seluruh sumbangan laba dari masing – masing produk rotan, yaitu kursi, meja, rak dan pengukurannya menggunakan rupiah.

3.2 Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi

Populasi data penelitian ini adalah data produksi yaitu biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, laba, jam kerja efektif pegawai.


(63)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah data produksi untuk jenis produk kursi, meja dan rak yang terbuat dari rotan selama satu tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling, yang berarti bahwa pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui pencapaian laba yang optimal dari kombinasi produk yang dilakukan, dimana sampel dipilih pada tahun 2008 dimana peruahaan mengalami proses produksi yang fluktuasi sehingga pencapaian laba tidak dapat optimal. Sehingga penulis ingin mengetahui di dalam pencapaian laba optimal dengan menggunakan teknik analisis linier programming untuk mencapai tujuan penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikutip dari dokumen perusahaan dan berhubungan dengan semua jenis informasi yang ada kaitannya dengan penelitian, diantaranya berupa :

1. Biaya Bahan Baku

2. Biaya Tenaga Kerja


(64)

4. Laba

5. Jam Kerja Efektif Pegawai

6 Kapasitas Mesin

7. Output Produksi / Hasil Produksi

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang diambil dalam penelitian ini yaitu diambil dari PT. Sulawesi Agung Jaya Surabaya.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan riset lapangan yaitu dengan melakukan kegiatan penelitian dengan terjun langsung ke objek penelitian dengan cara :

Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat dokumen perusahaan yang berkaitan dengan penelitian.

Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian dan mencatat semua data yang diperlukan.


(65)

3.4 Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis menggunakan model pemrograman linier dengan pendekatan metode simpleks. Ada 3 komponen dalam formulasi model linier programming simpleks yaitu :

1. Menetapkan variable keputusan

Variabel keputusan kombinasi produk

X1 = Produksi kursi dengan bahan dasar rotan

Satuan yang digunakan adalah unit

X2 = Produksi meja dengan bahan dasar rotan

Satuan yang digunakan adalah unit

X3 = Produk rak dengan bahan baku dasar rotan

Satuan yang digunakan adalah unit

2. Menetapkan fungsi tujuan

Fungsi tujuan adalah fungsi yang menggambarkan tujuan atau sasaran di dalam permasalahan linier programming yang berkaitan dengan pengalokasian sumber daya secara optimal adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Pada umumnya nilai yang akan ditingkatkan dinyatakan sebagai Z.


(66)

Z maks = C1 X1 + C2 X2 + C3 X3

Dengan :

Z = Tingkatan laba yang diperoleh dari semua produk kursi. Satuan yang digunakan adalah rupiah ( Rp ).

C1 = Besarnya laba yang diperoleh dari produk kursi. Satuan yang

digunakan adalah unit.

C2 = Besarnya laba yang diperoleh dari produk meja. Satuan yang

digunakan adalah unit.

C3 = Besarnya laba yang diperoleh dari produk rak. Satuan yang

digunakan adalah unit.

3. Menentukan fungsi batasan atau kendala

Fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara matematis batasan – batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara optimal ke berbagai kegiatan. Adapun yang menjadi fungsi kendala di dalam meningkatkan laba adalah :

a. Jumlah biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang.

b. Jumlah biaya tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi.


(67)

c. Jumlah biaya overhead yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

Untuk meningkatkan laba maka terlebih dahulu harus diketahui kombinasi produk yang optimal dengan memperhatikan faktor pembatas yaitu jumlah mesin yang tersedia.

Maksimumkan Z = C1X1 + C2X2 + C3X3

Dengan syarat bahwa :

Kendala 1 (Biaya Bahan Baku) : a11X1 + a12X2 + a13X3≤ b1

Kendala 2 (Biaya Tenaga Kerja) : a21X1 + a22X2 + a23X3≤ b2

Kendala 3 (Biaya overhead) : a31X1 + a32X2 + a33X3 ≤ b3

Keterangan :

Z = Total laba

X1 = Kursi rotan

X2 = Meja rotan

X3 = Rak rotan

Kendala 1 Terbatas ( Biaya Bahan Baku )

a11X1 = Jumlah biaya bahan baku untuk produk kursi


(68)

a13X3 = Jumlah biaya bahan baku untuk produk rak

Kendala 2 Terbatas ( Biaya Tenaga Kerja )

a21X1 = Jumlah biaya tenaga kerja untuk produk kursi

a22X2 = Jumlah biaya tenaga kerja untuk produk meja

a23X3 = Jumlah biaya tenaga kerja untuk produk rak

Kendala 3 Terbatas ( Biaya Overhead )

a31X1 = Jumlah biaya overhead untuk produk kursi

a32X2 = Jumlah biaya overhead untuk produk meja

a33X3 = Jumlah biaya overhead untuk produk rak

b1 = Jumlah bahan baku yang disediakan untuk produksi kursi

b2 = Jumlah bahan baku yang disediakan untuk produksi meja


(69)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Sulawesi Agung Jaya didirikan sesuai akte notaris Stefanus Shindunata SH pada tanggal 2 Mei 1983 dengan mengambil lokasi di Surabaya. Perusahaan ini berdiri berdasarkan UU nomor 6 tahun 1968 juga UU nomor 12 tahun 1970 dengan pengesahan dari kehakiman RI tanggal 21 Juli 1983 nomor c2 – 5068 HT 01.01 tahun 1983 dan berdasarkan surat dari BKPM SPT nomor 182/I/PMDN/1983 dengan IUT nomor 93/T/Industri/1988.

PT Sulawesi Agung Jaya adalah industry yang menghasilkan meubel dari rotan, dengan 4 pemegang saham, antara lain :

1. Bpk. Suandy Angkasa

2. Bpk. Soeroto

3. Ibu Siti Soendari


(70)

PT Sulawesi Agung Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri meubel dari rotan dengan variasi produk yang berbagai macam jenisnya, yaitu kursi, meja, rak yang menggunakan bahan dasar dari rotan, dan lain sebagainya.

4.1.2 Lokasi Perusahaan

Penentuan lokasi perusahaan adalah masalah yang sangat penting, oleh karena itu dibutuhkan pertimbangan yang sangat terperinci mengenai keuntungan dan kerugian dari lokasi yang dipilih. Hal ini karena pemilihan lokasi besar perannya bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pemilihan lokasi akan dapat ikut menentukan berhasil tidaknya aktivitas yang akan dilakukan oleh perusahaan. Lokasi PT Sulawesi Agung Jaya bertempat di Jalan Tanjungsari No. 19 Kecamatan Sukomanunggal Kotamadya Surabaya. Alasan yang paling mendasar dari pemilihan lokasi didirikannya perusahaan didaerah tersebut adalah :

a. Tenaga Kerja

Penduduk didaerah sekitarnya yang padat dan banyaknya pendatang, memungkinkan mudahnya mencari tenaga kerja.

b. Transportasi

Letaknya yang berada di lingkungan pabrik – pabrik industry dan jalan raya memungkinkan sekali mensuplai bahan baku ke perusahaan


(71)

maupun pendistribusian hasil produksi ke pelabuhan dapat berjalan dengan mudah dan lancar.

c. Fasilitas – fasilitas

Mudahnya mendapatkan listrik, telepon, air serta fasilitas yang lain, walaupun memerlukan dalam jumlah yang besar.

4.1.3 Tujuan Perusahaan

Sebelum menganalisa data yang diperoleh, terlebih dahulu perlu diketahui tujuan perusahaan. Karena setiap perusahaan dan bahkan kegiatan yang terwujud pasti mempunyai tujuan yang merupakan sasaran utama yang akan dicapai. Dengan menentukan tujuan yang hendak dicapai, berarti pedoman dalam menjalankan operasi atau sebagai koreksi dan ukuran sejauhmana hasil yang diperoleh.

Demikian pula dengan PT Sulawesi Agung Jaya juga mempunyai tujuan dalam menjalankan operasinya, yaitu :

a. Untuk memproduksi meubel dari bahan rotan yang berkualitas dan sesuai perkembangan kebutuhan permebelan dunia khususnya dari rotan, dengan harga yang bersaing.

b. Sebagai upaya untuk mensukseskan program pemerintah dalam pembangunan sektor industri dalam rangka menunjang ekspor non migas.


(72)

c. Penciptaan lapangan kerja guna membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran.

d. Mendapatkan laba.

4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan secara jelas susunan, fungsi dan tanggung jawab setiap bagian yang ada dalam tubuh organisasi agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dan lancar, maka perlu adanya pengorganisasian dari berbagai kegiatan yang ada dalam perusahaan, sehingga kekacauan dalam pekerjaan dan pertentangan antara pekerja dapat dikurangi atau dihindari. Struktur organisasi harus memungkinkan adanya organisasi usaha diantara semua satuan dan jenjang untuk keputusan sehingga tujuan dari perusahaan dapat dicapai. Untuk itu diperlukan penyusunan struktur organisasi yang baik dan tepat.

Struktur organisasi di PT Sulawesi Agung Jaya disusunsesuai dengan kebutuhan minimal suatu organisasi untuk menjalankan usaha yang direncanakan. Tingkat struktural pada organisasi ini disusun sesederhana mungkin dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, kecepatan komunikasi dan mobilitas informasi serta data, sehingga memudahkan pengawasan serta pengambilan keputusan secara cepat dan tepat.


(73)

Direktur

Kabag Admin

Kabag Umun Kabag Produksi

Kabag Quality Control

Kabag Mekanik Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT Sulawesi Agung Jaya

Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada gambar 1 dan keterangan dari struktur organisasi perusahaan PT Sulawesi Agung Jaya adalah sebagai berikut :

1. Direktur

a. Bertanggung jawab terhadap penggunaan modal atau kekayaan perusahaan, produksi dan pemasaran baik dalam maupun luar negeri

b. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi atau mengendalikan pelaksanaan tugas para manager dan bawahan

c. Merencanakan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan

d. Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas kepada komisaris sebagai pemilik modal


(74)

2. Kabag Produksi

a. Melaksanakan kebijakan direktur dalam bidang financial dan ekonomi

b. Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran perusahaan dengan koordinasi antar bagian lain berkaitan dengan penyusunan rencana anggaran yang dimaksud.

c. Mengawasi pelaksanaan tugas bagian pajak, keuangan dan pembelian

d. Membuat laporan keungan secara berkala untuk disampaikan kepada direktur

3. Kabag Mekanik

a. Melakukan monitoring dan pengawasan operasional mesin

b. Memelihara atau merawat seluruh peralatan pabrik

c. Melakukan perawatan dan pemeliharaan mesin serta peralatan pabrik

d. Mengamati dan mendata temperature composer dari waktu ke waktu dan dibukukan ke dalam jurnal untuk dilaporkan pada plant manager


(75)

e. Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas kepada plant manager

4. Kabag Umum dan Personalia

a. Menyelesaikan semua persoalan berhubungan dengan kepegawaian, perburuan serta perijinan perusahaan

b. Menetapkan evaluasi kerja serta membuat kemajuan kerja serta skedul kerja bawahan

c. Mengumpulkan data serta mengevaluasi kondite dan prestasi karyawan untuk dilaporkan pada plant manager setiap bulan

d. Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas kepada plant manager

5. Kabag Administrasi

Merekap dan melaporkan seluruh aktivitas perusahaan dari segi arus keluar dan masuk keuangan, arus keluar masuk produk, bahan baku, pengupahan, penyimpanan dan surat menyurat.

6. Kabag Quality Control

a. Melaksanakan pengawasan terhadap bahan baku untuk proses produksi hingga produk jadi.

b. Meneliti dan mengawasi mutu bahan baku


(76)

d. Melakukan pengujian produk jadi secara berkala

e. Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas kepada direktur.

4.2 Proses Produksi

4.2.1 Bahan yang digunakan

Perusahaan ini adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah (rotan) menjadi produk jadi (meubel) dan bahan baku utamanya adalah rotan. Jenis rotan yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut adalah rotan asalan.

4.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Yang Berlaku

Jumlah karyawan yang bekerja saat ini adalah 300 orang dan jam kerja yang berlaku adalah :

Senin – Jum’at : 08.00 – 17.00

Waktu istirahat : 12.00 – 13.00

4.2.3 Tahap – Tahap Proses Produksi

Secara umum setiap produk di perusahaan ini akan melewati tahap – tahap sebagai berikut :


(77)

Bahan Baku Rotan Asalan

Scrup / Pencukuran

Poles / Penghalusan

Adjusting / Pembentukan

Ketel / Boyler Cutting /

Pemotongan

Drum Sanding / Halus Komponen

Genneral Assembling /

Perangkaian

Dekorasi

Quality Control Sanding / Gosok I Binding / Ikatan

Stain Warna / Pewarnaan

Sanding / Penutupan Pori

Sanding II / Gosok II

Siap Diekspor / Pemasaran

Packing Top Coat /

Finishing

Gambar 4.2


(78)

Keterangan :

1. Pencukuran / Scrup :

Pada proses awal ini bahan baku rotan dipilih / disortir berdasarkan size/ukuran untuk kebutuhan produksi. Dan untuk mendapatkan ukuran yang stabil / tidak bergelombang maka dilakukan proses scrup/pencukuran sesuai ukuran diameter yang dikehendaki. Pada proses ini biasanya rotan mengalami penyusutan yang tinggi, karena banyaknya bahan yang terbuang.

2. Poles/Penghalusan :

Setelah dilakukan scrup, biasanya rotan akan tampak kasar, maka dilakukan poles pada rotan dengan mesin poles yang dilengkapi Amplas, setelah proses ini rotan tampak halus dan ukuranya terlihat sama.

3. Cutting/Pemotongan :

Proses ini adalah langkah awal dalam menghasilkan furniture, karena rotan akan dipotong sesuai order yang ada, dan pengawasan yang ketat pada bagian ini sangat diperlukan karena sering kali terjadi over cutting serta pembuangan yang berlebihan. Pengawasan yang dimaksud adalah perhitungan yang teliti, matang dan akurat serta menghindari pemborosan rotan yang dibuang karena pemotongan tersebut.

4. Boyler/ketel :

Bagian ini adalah proses setelah cutting, dimana rotan setelah dipotong tersebut dan akan dibentuk sesuai pola yang ada, akan dimasukkan pada


(79)

tabung yang diberi uap panas dari sebuah ketel, setelah didapat rotan yang lembek dan lentur maka akan dipola sesuai bentuk yang dikehendaki.

5. Adjusting :

Banyak para ahli permeubelan khususnya rotan beranggapan bahwa pada proses Adjusting ini adalah proses penentuan bagi kesempurnaan sebuah karya meubel rotan yang akan dihasilkan.

Karena pada bagian ini semua komponen akan dibentuk sesuai mal/pola yang ada, dan untuk menghindari kerusakan komponen karena kurang lentur biasanya dibantu dengan api dari gas elpiji.

6. Drum Sanding :

Biasanya komponen habis di Adjusting dan boyler akan terlihat kasar dan kotor bekas bakaran, maka untuk mengatasinya komponen tersebut di drum sanding dengan mesin sanding. Setelah dihaluskan maka komponen tersebut siap dirangkai.

7. Genneral Assembling :

Proses ini adalah penyatuan komponen-komponen yang ada sesuai model yang dikehendaki oleh buyer/pembeli.

8. Dekorasi :

Setelah proses penyatuan/perangkaian tersebut biasanya barang setengah jadi akan diberi pelengkap agar terlihat lebih indah.


(1)

b. meubel meja sebesar Rp 920.329.000 yang didapat dari X2 yang digunakan untuk menghasilkan produk meja sebesar 21.500 unit

c. meubel rak sebesar Rp 936.196.100 yang didapat dari X3 yang digunakan untuk menghasilkan meubel meja sebesar 15.850 unit.

Dengan melihat hasil perhitungan diatas maka dapat dijelaskan apabila PT Sulawesi Agung Jaya ingin mendapatkan atau meningkatkan laba secara maksimal maka hendaknya perusahaan tersebut memproduksi produk meubel kursi sebanyak 35.900 unit dengan laba yang diperoleh sebesar Rp 970.197.500. Dengan laba yang diperoleh tersebut maka pendapatan laba perusahaan dapat meningkat sehingga pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan dapat tercapai secara optimal.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dalam pelaksanaan perencanaan produksi, khususnya menentukan apa dan berapa produk yang akan diproduksi, penerapan linier programming dengan metode simpleks merupakan metode yang tepat dalam pengambilan keputusan terhadap penentuan jenis dan banyaknya unit yang harus diproduksi.

2. Dari hasil perhitungan dengan metode linier programming laba

maksimum dari kombinasi produk yang terdiri dari meubel kursi, meja dan rak maka untuk meningkatkan laba perusahaan hendaknya PT Sulawesi Agung Jaya memproduksi produk meubel kursi sebanyak 35.900 unit dengan perolehan laba sebesar Rp 970.197.500, sehingga pencapaian tujuan perusahaan untuk meningkatkan laba dapat tercapai.

5.2 Saran

1. Dalam melaksanakan kegiatan produksinya, sebaiknya PT Sulawesi Agung Jaya menggunakan linier programming metode simpleks agar bisa diketahui kombinasi produk yang optimal sehingga dapat meningkatkan laba.


(3)

2. Dalam berproduksi hendaknya PT Sulawesi Agung Jaya dapat memperhatikan kualitas hasil produksinya dan apabila mungkin dapat meningkatkannya.

3. Dalam usaha meningkatkan laba hendaknya tidak hanya faktor penjualan saja yang diperhatikan. Faktor – faktor sumberdaya dan produksi perlu juga diperhatikan, karena faktor – faktor itu juga ikut menentukan dapat tidaknya suatu usaha dalam meningkatkan laba.


(4)

LAMPIRAN  

Jumlah Permintaan Produk PT Sulawesi Agung Jaya

Tahun 2008

Jenis Produk Jumlah Produk (unit)

Kursi 21.500 Meja 5.590 Rak 3.775

Sumber : PT. Sulawesi Agung Jaya

Hasil Penjualan Produk PT Sulawesi Agung Jaya

Tahun 2008

Jenis Produk Jumlah Produksi (Unit/N)

Harga Jual (Rp/K)

N X K

Kursi 21.500 352.900 7.587.350.000

Meja 5.590 373.600 2.088.424.000

Rak 3.775 226.000 853.150.000


(5)

Biaya Bahan Baku Produk PT Sulawesi Agung Jaya

Tahun 2008

Jenis Produk Bahan Baku Produk (Kg)

Biaya bahan baku produk (Rp)

Kursi 432.067.307 Kg 5.616.875.000 

Meja 124.980.79 Kg 1.624.750.270 

Rak 50.303.62 Kg 653.947.025 

Jumlah 7.895.572.295 

Anggaran 8.000.000.000 

Sumber : PT Sulawesi Agung Jaya

Biaya Tenaga Kerja Langsung PT Sulawesi Agung Jaya

Tahun 2008

Jenis Produk Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp)

Kursi 768.625.000 Meja 109.005.000 Rak 57.417.750 Jumlah 935.047.750 Anggaran 950.000.000 Sumber ; PT Sulawesi Agung Jaya


(6)

Biaya Overhead Produk PT Sulawesi Agung Jaya

Tahun 2008

Jenis Produk Biaya Overhead Produk (Rp)

Kursi 620.812.500 Meja 115.382.875 Rak 69.811.075 Jumlah 806.006.450 Anggaran 810.000.000 Sumber ; PT Sulawesi Agung Jaya

Produk – Produk PT Sulawesi Agung Jaya

       

 


Dokumen yang terkait

Penentuan Jumlah Produksi Optimal Untuk Memaksimumkan Laba Dengan Menggunakan Metode Integer Programming Di PT. Cahaya Kawi Ultra Polyintraco

3 57 222

Perencanaan Agregat Dengan Menggunakan Metode Linier Programming Dalam Menyusun Jadwal Induk Produksi Yang Optimal (Study Kasus Di PT. Karya Agung Nusantara - Sidoarjo)

0 7 2

ANALISIS PERENCANAAN DAN PENENTUAN KOMBINASI PRODUK OPTIMAL DALAM UPAYA MEMAKSIMALKAN LABA PADA CV. MULTI BANGUNAN JEMBER

0 4 17

Aplikasi Metode Goal Programming Untuk Menentukan Kombinasi Produk Yang Optimal Pada PT. Sukorejo Indah Textile Pasuruan

1 4 124

LAPORAN TUGAS AKHIR Penentuan Kombinasi Jumlah Produk Untuk Menentukan Laba yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming ( Studi Kasus pada PT. TIMBANGAN ”SSS”, SUMBER-SOLO. ).

0 0 13

PENDAHULUAN Penentuan Kombinasi Jumlah Produk Untuk Menentukan Laba yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming ( Studi Kasus pada PT. TIMBANGAN ”SSS”, SUMBER-SOLO. ).

0 0 6

PENENTUAN KOMBINASI MEDIA PROMOSI YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA Penentuan Kombinasi Media Promosi Yang Optimal Untuk Meningkatkan Volume Penjualan Pada Hotel Dana Di Surakarta.

0 0 9

ANALISIS LINIER PROGRAMMING UNTUK OPTIMALISASI KOMBINASI PRODUK

0 0 6

ANALISIS LINIER PROGRAMMING DENGAN METODE SIMPLEKS DALAM PENENTUAN KOMBINASI PRODUK YANG OPTIMAL UNTUK MENINGKATKAN LABA PADA PT SULAWESI AGUNG JAYA

0 0 16

ANALISIS PERHITUNGAN KOMBINASI PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING METODE SIMPLEKS UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PADA PABRIK KAYU CV BUANA GUNA JAMBI

0 0 14