d. Melakukan pengujian produk jadi secara berkala e. Mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas kepada direktur.
4.2 Proses Produksi
4.2.1 Bahan yang digunakan
Perusahaan ini adalah perusahaan yang mengolah bahan mentah rotan menjadi produk jadi meubel dan bahan baku utamanya adalah
rotan. Jenis rotan yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut adalah rotan asalan.
4.2.2 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Yang Berlaku
Jumlah karyawan yang bekerja saat ini adalah 300 orang dan jam kerja yang berlaku adalah :
Senin – Jum’at : 08.00 – 17.00 Waktu istirahat : 12.00 – 13.00
4.2.3 Tahap – Tahap Proses Produksi
Secara umum setiap produk di perusahaan ini akan melewati tahap – tahap sebagai berikut :
Bahan Baku Rotan Asalan
Scrup Pencukuran
Poles Penghalusan
Adjusting Pembentukan
Ketel Boyler Cutting
Pemotongan
Drum Sanding Halus Komponen
Genneral Assembling
Perangkaian Dekorasi
Quality Control Sanding Gosok I
Binding Ikatan
Stain Warna Pewarnaan
Sanding Penutupan Pori
Sanding II Gosok II
Siap Diekspor Pemasaran
Packing Top Coat
Finishing
Gambar 4.2 Bagan Proses Produksi PT Sulawesi Agung Jaya
Keterangan : 1.
Pencukuran Scrup : Pada proses awal ini bahan baku rotan dipilih disortir berdasarkan
sizeukuran untuk kebutuhan produksi. Dan untuk mendapatkan ukuran yang stabil tidak bergelombang maka dilakukan proses scruppencukuran
sesuai ukuran diameter yang dikehendaki. Pada proses ini biasanya rotan mengalami penyusutan yang tinggi, karena banyaknya bahan yang
terbuang. 2.
PolesPenghalusan : Setelah dilakukan scrup, biasanya rotan akan tampak kasar, maka
dilakukan poles pada rotan dengan mesin poles yang dilengkapi Amplas, setelah proses ini rotan tampak halus dan ukuranya terlihat sama.
3. CuttingPemotongan :
Proses ini adalah langkah awal dalam menghasilkan furniture, karena rotan akan dipotong sesuai order yang ada, dan pengawasan yang ketat pada
bagian ini sangat diperlukan karena sering kali terjadi over cutting serta pembuangan yang berlebihan. Pengawasan yang dimaksud adalah
perhitungan yang teliti, matang dan akurat serta menghindari pemborosan rotan yang dibuang karena pemotongan tersebut.
4. Boylerketel :
Bagian ini adalah proses setelah cutting, dimana rotan setelah dipotong tersebut dan akan dibentuk sesuai pola yang ada, akan dimasukkan pada
tabung yang diberi uap panas dari sebuah ketel, setelah didapat rotan yang lembek dan lentur maka akan dipola sesuai bentuk yang dikehendaki.
5. Adjusting :
Banyak para ahli permeubelan khususnya rotan beranggapan bahwa pada proses Adjusting ini adalah proses penentuan bagi kesempurnaan sebuah
karya meubel rotan yang akan dihasilkan. Karena pada bagian ini semua komponen akan dibentuk sesuai malpola
yang ada, dan untuk menghindari kerusakan komponen karena kurang lentur biasanya dibantu dengan api dari gas elpiji.
6. Drum Sanding :
Biasanya komponen habis di Adjusting dan boyler akan terlihat kasar dan kotor bekas bakaran, maka untuk mengatasinya komponen tersebut di
drum sanding dengan mesin sanding. Setelah dihaluskan maka komponen tersebut siap dirangkai.
7. Genneral Assembling :
Proses ini adalah penyatuan komponen-komponen yang ada sesuai model yang dikehendaki oleh buyerpembeli.
8. Dekorasi :
Setelah proses penyatuanperangkaian tersebut biasanya barang setengah jadi akan diberi pelengkap agar terlihat lebih indah.
9. Bindingikatan :
Bagian ini merupakan bagian penyempurnaan sebuah meubel, yaitu memberikan ikatan kulit rotan ataupun bisa kulit sapi pada bagian
sambungan sambungan komponen sehingga tampak rapi dan tidak terlihat lagi bagian skrup yang keluar.
10. Sanding 1 Gosok :
Sandinggosok ini dilakukan oleh tenaga manual, agar gosokan yang dibutuhkan bisa mengenai bagian yang sulit dijangkau oleh mesin, dan
komponen terlihakt lebih halus. 11.
Quality Control : Penentuan kualitas sebuah barang apakah layak diekspor atau kembali di
repair terletak dari kejelian bagian ini. Karena keberhasilan suatu perusahaan dalam mengembangkan pemasaran usahanya diluar negeri
terletak dari terjaganya mutu kualitas barang yang dijual. 12.
Stain Pewarnaan : Setelah melalui beberapa proses, barulah barang rangkaian komponen
tersebut bisa dikatakan barang Unfinishsetengah jadi, dan selanjutnya bisa dilakukan pemberian warna sesuai order yang diterima perusahaan. Warna
warna yang biasanya diberikan adalah natural, kunyit, hitam, coklat dsb. 13.
Sandingpenutupan pori : Pewarnaan yang telah dilakukan terhadap item barang perlu dilakukan
pengontrolan ulang agar warna tampak merata, setelah warna benar-benar
merata dan sesuai warna master dari buyer maka akan dilakukan proses sanding atau penutupan pori-pori diatas warna pada rotan. Tujuannya
adalah barang yang akan di finishing benar-benar halus dan tidak akan meresap atau menyerap bahan finishing nantinya.
14. Sanding II Gosok II :
Pada level ini barang setelah disandingpenutupan pori-pori akan tampak sedikit kasar, maka diperlukan penghalusan yang maksimal, agar barang
lebih sempurna. 15.
Gloss Finishing : Sebagian orang beranggapan bahwa barang yang sudah masuk ke finishing
adalah barang yang benar-benar sempurna baik fisik maupun nilai keindahanya. Maka tidaklah heran pada saat barang diglossfinishing
diperlukan penanganan yang ekstra hati-hati. Bagian ini memberikan sentuhan akhir akan kecerahan, kelicinan, kepudaran, kehalusan suatu
barang dengan lapisan gloss. 16.
Packing : Setelah barang turun dari tempat finishing maka diperlukan waktu 24 jam
untuk menjadikan barang benar-benar siap dipacking. Tetapi terlebih dahulu barang di control fisik, keindahan, serta catnya apakah layak dan
tidaknya barang ini diekspor. Baru kalau bisa dikatakan layak barang bisa dipacking. Dan barang ready untuk diekspor.
17. Ready Ekspor:
Pada posisi ini barang telah memasuki tahap siap ekspor, dan perlu diketahui juga bahwa barang yang sudah ready ini sebelum diekspor atau
memasuki Container juga harus dikontrol, yang meliputi kebersihan kemasan, kerusakan serta penyakit totor pada rotan. Dari itu semua,
manajemen mengharapkan dapat menjaga mutu barang sesampai dinegara tujuan.
4.3 Penyajian Data