Dampak Peredaran Narkotika Terorganisir terhadap stabilitas

54

BAB III PERAN POLRI DALAM PENGEMBANGAN KERJASAMA

INTERNASIONAL UNTUK MENANGGULANGI KEJAHATAN NARKOTIKA YANG TERORGANISIR

A. Dampak Peredaran Narkotika Terorganisir terhadap stabilitas

Keamanan Dalam Negeri sehingga memerlukan Pengembangan Kerjasama Internasional Era globalisasi berkolerasi dengan pencapain tujuan Polri menuju paripurna world class organization.Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa era globalisasi telah membawa perubahan berbagai tatanan kehidupan manusia di dunia baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hukum sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Polri dalam rangka mewujudkan stabilitas keamanan nasional.Di samping itu era globalisasi tentunya berpengaruh pada pola hidup masyarakat dan juga mempengaruhi munculnya kejahatan yang dilakukan berskala internasional yang lebih dikenal sekarang ini yaitu terjadinya tindak pidana yang digolongkan ke dalam “Trans National Crime”. Perkembangan lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional mengandung berbagai gangguan keamanan yang diprediksi akan semakin meningkat baik kuantitas maupun kualitas dan tidak mengenal batas suatu negara. Pada abad turbulensi The Age of Turbulence yang ditandai dengan revolusi teknologi terutama informasi dan Universitas Sumatera Utara transportasi di samping berdampak pada pembangunan di berbagai bidang dan terintegrasinya sistem perekonomian dan keuangan dunia, juga memiliki efek samping pada kemajuan tindak kejahatan baik dari variasi modus operandi, pengorganisasian dan mobilitasnya. Berbagai bentuk ancaman terhadap keamanan nasionalakan mewarnai dari skala terendah sampai dengan skala tertinggi dan menimbulkan dampak yang berspektrum luas di berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Salah satunya yakni tindak pidana Narkotika yang menjadi trend isu regional dan Internasional. 71 Instrumen internasional yang memuat kebijakan mengenai narkotikaseperti konvensi-konvensi harus diperhatikan dalam pengembangan kerjasama internasional yang selaras dengan prinsip-prinsip kerjasama internasional antara lain asas hubungan baik antar Negara, pembentukan perjanjian internasional dengan Negarayuridiksi lain, peranan Indonesia dalam global framework berupa komitmen Indonesia untuk mengatasi kejahatan lintas batas, mencegah impunitas dan menunjukkan bahwa Indonesia bukan tempat yang aman bagi pelaku kejahatan safe haven. 72 71 Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Perkembangan dan Penanggulangan Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara dan Kejahatan Transnasional , Jakarta, September 2008, hal. 3 . 72 Linggawaty Hakim, Tinjauan Umum Ekstradisi dalam Perspektif Hubungan Luar Negeri, Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Makalah disampaikan pada “FGD RUU EKSTRADISI” diselenggarakan DIVKUM MABES POLRI, Tanggal 17 Desember 2013 Indonesia telah meratifikasi beberapa kesepakatan internasioal termasuk yang diratifikasi belakangan adalah “The United Nations Convention Againts Illict Traffic on Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988” dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun Universitas Sumatera Utara 1997 dan pengaturan psikotropika berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan psikotropika serta pemberantasan peradaran gelap psikotropika. Penyelenggaraan konferensi tentang psikotropika pertama kali dilaksanakan oleh The United Nations Conference for the Adoption of Protocol on Pscyhotropic Substances mulai tanggal 11 Januari-21 Februari di Wina, Australia telah menghasilkan Convention Psyhotropic Substances 1971. Materi muatan konvensi tersebut berdasarkan pada resolusi The United Nations Economic and Social Council Nomor 1474 XLVIII tanggal 24 Maret 1970 merupakan aturan- aturan untuk disepakati menjadi kebiasaan internasional sehingga harus dipatuhi oleh semua negara 73 Kondisi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup memprihatinkan baik dari segi modus maupun karakteristik kejahatan yang dilakukan secara terorganisir, sangat rapi namun terputus-putus tidak terstruktur. Berdasarkan karakteristik tersebut maka kejahatan ini dikategirkan sebagaiwhite collar crime konsep white collar crime adalah suatu “crime committed by a person respectability and high school status in the course of his occupation ”. Kejahatan kerah putih ini sudah pada taraf transnasional, tidak lagi . Baik konvensi maupun undang-undang kesemuanya menekankan begitu pentingnya penanggulangan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika untuk dilakukan secara bersama-sama. 73 Siswanto Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 1. Universitas Sumatera Utara mengenal batas-batas wilayah negara sehingga mengharuskan bagi negara berkembang untuk menggunakan perangkat hukum yang tersedia untuk memberantas pelaku kejahatan 74 Kejahatan narkotika merupakan kejahatan yang bersifat lintas negara, kejahatan terorganisir, dan kejahatan serius yang dapat menimpa segenap lapisan masyarakat, khususnya generasi muda. Penyalahgunaan narkotika telah menimbulkan banyak korban, serta menimbulkan kerugian yang sangat besar, terutama dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, dan keamanan.Dari data hasil survei BNN-UI tahun 2013 diketahui bahwa angka prevalensi penyalahgunaan narkotika di Indonesia telah mencapai 2,2 atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk usia 10-60 tahun. . Oleh karena itu, peningkatan kerjasama penanggulangan dan pemberantasan sebagai upaya represif dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sangat diperlukan. 75 74 Suherland dalam Bismar Nasution, Rezim Anti Money Laundering Untuk Memberantas Kejahatan Di Bidang Kehutanan, Disampaikan Pada Seminar, Pemberantasan Kejahatan Hutan Melalui Penerapan Undang-undang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang diselenggarakan atas kerjasama Program Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan Pusat Pelapor dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, Medan, tanggal 6 Mei 2004, bahwa konsep white collar crime adalah suatu “crime committed by a person respectability and high school status in the course of his occupation ”. Kejahatan kerah putih ini sudah pada taraf transnasional, tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara sehingga mengharuskan bagi negara berkembang untuk menggunakan perangkat hukum yang tersedia untuk memberantas pelaku kejahatan. 75 Adjar Dewantoro, Optimalisasi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Yang Lebih Koprehensif Dan Terintegrasi Guna Meningkatkan Kualitas Generasi Muda Dalam Rangka Ketahanan Nasional , Taskap Lemhanas RI, Dik Reg XLIX dan L T.A. 2013 Berdasarkan laporan United Nation Drugs Control Programme UNDCP, Indonesia telah menempatkan posisi kuning untuk masalah narkotika dan posisi warna merah untuk masalah psikotropika.Posisi warna kuning menunjukkan kondisi suatu negara yang berbahaya, sedangkan posisi warna merah menunjukan posisi Universitas Sumatera Utara bahaya tertinggi atau teramat serius. 76 Atas dasar laporan tersebut, penyalahgunaan Narkotika di Indonesia sudah menghawatirkan keberlangsungan masa depan bangsa dan negara, karena mengancam dan bahkan dapat menghancurkan generasi muda. Disamping itu, menjadi preseden buruk bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang pada muaranya berpengaruh pada keamanan dalam negeri. Potret penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba saat ini digambarkan antara lain sebagai berikut : Tabel 1: Penanganan Kasus oleh BNN Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 JENIS Jumlah Tindak Pidana 2008 2009 2010 2011 2012 Narkotika 64 83 104 Psikotropika - - - Bahan Berbahaya - - - Jumlah 64 83 104 Sumber: Badan Narkotika Nasional, 2013 Keterangan: Data belum ada karena BNN belum terbentuk Data BNN sebagaimana digambarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa penanganan kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba mengalami peningkatan berdasarkan hasil pengungkapan yang dilakukan oleh BNN. Peningkatan kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dimaksud dilihat dalam kurun waktu Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012 dengan perincian pada tahun 2010 sebanyak 64 kasus narkotika yang ditangani oleh BNN, penanganan terhadap psikotropika dan bahan berbahaya tidak ada. Pada Tahun 2011 sebanyak 83 kasus narkotika, sementara itu penanganan terhadap kasus psikotropoka dan bahan 76 Ibid Universitas Sumatera Utara berbahaya tidak ada. Tahun 2012 sebanyak 104 kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang diungkap oleh BNN diseluruh wilayah Republik Indonesia, sedangkan penanganan terhadap kasus psikotropika dan bahan berbahaya tidak ada. Data pada tahun 2008 dan tahun 2009 menunjukkan tidak adanya penanganan kasus yang ditangani oleh BNN karena lembaga BNN belum efektif difungsikan untuk penanganan kasus tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Pada tahun 2008 dan tahun 2009 penanganan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikahanya ditangani oleh fungsi Reserse Polri. Tabel 2: Penanganan Kasus oleh Polri Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 Sumber: Direktorat IV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013 Penanganan kasus tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yang dilakukan oleh Polri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.Salah satu faktor yang mendasari peningkatan penanganan kasus berdasarkan hasil pengungkapan yang dilakukan oleh Polri yakni terbentuknya Direktorat dan Satuan Narkoba di tingkat Polda dan Satuan Kewilayahan Polresta secara tersendiri yang selama ini berada di di bawah Direktorat Reserse pada tingkat Polda dan di bawah Satuan Reserse pada tingkat Satuan Kewilayah Polresta. Adapun peningkatan PELAKU Jumlah Tindak Pidana 2008 2009 2010 2011 2012 Narkotika 10.008 11.135 17.834 19.045 18.977 Psikotropika 9.783 8.779 1.181 1.601 1.729 Bahan Berbahaya 9.573 10.964 7.599 9.067 7.917 Jumlah 29.364 30.878 26.614 29.713 28.623 Universitas Sumatera Utara penanganan kasus tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berdasarkan data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penanganan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada Tahun 2008 sebanyak 10.008 kasus. Penanganan terhadap kasus psikotropika sebanyak 9.783 kasus dan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan bahan berbahaya sebanyak 9.573 kasus. 2. Pada Tahun 2009 penanganan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sebanyak 11.135 kasus. Penanganan terhadap kasus psikotropika sebanyak 8.779 kasus dan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan bahan berbahaya sebanyak 10.964 kasus. 3. Penanganan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada Tahun 2010 sebanyak 17.834 kasus. Penanganan terhadap kasus psikotropika sebanyak 1.181 kasus dan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan bahan berbahaya sebanyak 7.599 kasus. 4. Pada Tahun 2011 penanganan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sebanyak 19.045 kasus. Penanganan terhadap kasus psikotropika sebanyak 1.601 kasus dan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan bahan berbahaya sebanyak 9.067 kasus. 5. Penanganan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika pada Tahun 2012 sebanyak 18.977 kasus. Penanganan terhadap kasus psikotropika sebanyak 1.729 kasus dan penanganan terhadap kasus penyalahgunaan bahan berbahaya sebanyak 7.917 kasus. Universitas Sumatera Utara Tabel 3: Jumlah Pelaku berdasarkan Usiayang ditangani BNN periode 2008 - 2012 Sumber: Badan Narkotika Nasional, 2013 Keterangan: Data belum ada karena BNN belum terbentuk Berdasarkan data di atas dapat diuraikan bahwa jumlah pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dilihat dari usia yang ditangani oleh BNN menunjukkan bahwa dominan usia pelaku di atas 30 tahun dengan jumlah pelaku pada tahun 2010 sebanyak 34 pelaku, tahun 2011 sebanyak 83 pelaku dan pada tahun 2012 sebanyak 105 pelaku. Tabel 4: Jumlah Pelaku berdasarkan Usiayang ditangani Polri periode 2008 - 2012 Sumber: DirektoratIV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013 Usia Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 16 - - - 16-20 1 8 14 21-25 13 19 25 26-30 27 33 43 30 34 83 105 Jumlah 75 143 187 Usia Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 16 133 113 88 117 132 16-19 2.001 1.731 1.515 1.771 2.103 20-24 6.441 5.430 4.987 5.361 5.460 25-29 10.136 9.756 8.915 11.691 10.307 30 26.000 21.373 17.917 17.649 17.451 Jumlah 44.711 38.403 33.422 36.589 35.453 Universitas Sumatera Utara Data dari Direktorat IV Tipid Narkoba Bareskrim Polri Periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 menunjukkan bahwa dominasi pelaku yang terbanyak rata-rata berusia di atas 30 tahun, di samping itu pelaku yang terbanyak lainnya berusia antara 25 sampai dengan 29 tahun. Dapat diuraikan bahwa pelaku yang berusia di atas 30 tahun pada tahun 2008 sebanyak 26.000 pelaku, tahun 2009 sebanyak 21.373 pelaku, tahun 2010 sebanyak 17.917 pelaku, tahun 2011 sebanyak 17.649 pelaku dan tahun 2012 sebanyak 17.451 pelaku. Terhadap pelaku yang berusia antara 25 sampai dengan 29 tahun yakni padat tahun 2008 sebanyak 10.136 pelaku, tahun 2009 sebanyak 9.757 pelaku, tahun 2010 sebanyak 8.915 pelaku, tahun 2011 sebanyak 11.691 pelaku dan tahun 2012 sebanyak 10.307 pelaku. Terjadinya penurunan jumlah pelaku antara tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 apabila dibandingkan dengan jumlah pelaku pada tahun 2011 dan 2012,dikarenakan terjadinya penyesuaian dan pemantapan restrukturisasi organisasi Polri pada fungsi Reserse dan pembentukan BNN sebagai salah satu institusi selain Polri yang diberikan wewenang pemberantasan kejahatan narkotika, sekaligus terjadinya deregulasi berupa kebijakan hukum pengaturan menyangkut penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikapada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang sebelumnya diatur pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Universitas Sumatera Utara Tabel 5: Kewarganegaraan Pelaku yang ditangani BNN periode 2008 - 2012 Sumber: Badan Narkotika Nasional, 2013 Keterangan: Data belum ada karena BNN belum terbentuk Dari data BNN tersebut di atas terkait kewarganegaraan pelaku, diketahui bahwa WNIyang terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikapada tahun 2010 sebanyak 50 orang, tahun 2011 sebanyak 102 orang, tahun 2012 sebanyak 170 orang. Sedangkan WNA yang terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di wilayah hukum Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 25 orang, tahun 2011 sebanyak 41 orang, tahun 2012 sebanyak 17 orang. Tabel 6: Kewarganegaraan Pelaku yang ditangani Polri periode 2008 - 2012 Sumber: DirektoratIV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013 Potret tersebut diatas menunjukan bahwa langkah-langkah penanggulangan oleh 2 dua institrusi penegak hukum belum mampu untuk menekan perkembangan Warga Negara Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 WNI 50 102 170 WNA 25 41 17 Jumlah 75 143 187 Warga Negara Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 WNI 44.613 38.295 33.288 36.469 35.354 WNA 98 108 134 120 99 Jumlah 44.711 38.403 33.422 36.589 35.453 Universitas Sumatera Utara peredaran gelap narkotika yang modus operandinya semakin beragam.Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah kasus yang ditangani, baikoleh BNN maupun oleh Polri, baik dari aspek usiamaupun kewarganegaraan asal pelaku yang menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Khusus keterlibatan sejumlah warga negara asing sebagaimana tergambar pada tabel 5 maupun tabel 6, menunjukkan betapa pelaku jaringan narkotika terorganisir antara negara telah lama “bermain’ di Indonesia. Kondisi ini dengan nyata dapat mengancam masa depan bangsa Indonesia, apalagi dalam praktiknya, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tanpa pandang bulu telah melibatkan pelaku-pelaku dengan usia produktif yang merupakan generasi muda bangsa yang kepadanya ditambatkan harapan untuk kelangsungan masa depan negeri ini. Daya rusak penyalahgunaan narkotika sangat luar biasa.Narkotika menggerogoti energi kreatif, daya nalar, dan keinginan untuk berbuat baik.Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan salah satu penyebab meningkatnya kriminalitas, korupsi dan penyimpangan perilaku yang dapat menghancurkan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi muda sebagai aset bangsa. Pecandu narkotika yang menjalankan proses rehabilitasi di Indonesia berjumlah 14.510 orang, tersebar di lembaga rehabilitasi BNN, rehabilitasi instansi pemerintah dan rehabilitasi komponen masyarakat. Pecandu narkotika yang menjalankan proses rehabilitasi telah melampaui kemampuan kapsitas lembaga atau panti rehabilitas. Kerugian dari penyalahgunaan narkotika bukan hanya menimbulkan penyakit kesehatan semata terhadap individu, tetapi bisa menjadi penyakit sosial yang Universitas Sumatera Utara mematikan, seperti HIVAID, hepatititis, TBC dan sebagainya yang dapat menular bagi manusia lain. Dampak dari semua itu adalah terjadinya peningkatan biaya ekonomi. Pada tahun 2001 sebesar Rp 23 triliun, pada tahun 2004 meningkat dua kali lipat menjadi sebesar Rp 44,4 triliun, sedangkan pada tahun 2008 menurun menjadi Rp 32 triliun. 77 Biaya tersebut diatas merupakan biaya ekonomi yang harus dikeluarkan oleh negara, antara lain: konsumsi obat, pengobatan, detoksifikasi, dan rehabilitasi, perawatan, kecelakaan, penegakan hukum, pengadilan dan eksekusi 78 Beragam jenis narkotika yang beredar di Indonesia dan didatangkan dari luar negeri, baik dalam bentuk yang sudah jadi, maupun berupa bahan baku yang kemudian diolah di Indonesia. Hal ini menunjukan adanya keterlibatan jaringan sindikat narkotika internasional, antara produsen, kurir, bandar, pengedar sampai ke pemakai terhubung dengan sistem sel yang terputus.Rentang komunikasi antara mereka hanya setingkat ke atas dan setingkat ke bawah.Seorang pengedar hanya bisa berhubungan dengan bandar, tidak mengenal kurir yang memasok narkotika kepada bandar, apalagi sampai kenal dengan godfather bisnis narkotika . Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan oleh individu untuk detoksifikasi, dan rehabilitasi, perawatan dan sebagainya.Selain biaya ekonomi tersebut diatas masih terdapat berbagai biaya yang harus dikeluarkan oleh negara guna memberantas peredaran gelap narkotika. 79 77 Ibid 78 Majalah Narkotika Ungkap, edisi 1 April 2013, hal 31. 79 Ibid , Mabes Polri, Buku narkoba, hal 54-56. . Kondisi ini yang menyebabkan pengungkapan jaringan sindikat narkotika internasional sangat sulit, Universitas Sumatera Utara investigasi akan berhenti di jalan buntu, karena pelaku yang tertangkap tidak mempunyai informasi yang lengkap tentang keseluruhan jaringannya. Menurut laporan International Narcotics Control Strategy INCS, jaringan sindikat perdagangan heroin dunia masuk ke Indonesia dengan cara melibatkan jaringan mereka yang ada di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Nigeria. Kelompok- kelompok itu memperoleh heroin dari Segi Tiga Emas atau Bulan Sabit Emas di Bangkok, kemudian dibawa kurir melalui pesawat terbang komersial ke Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Dari Jakarta, heroin ini kemudian didistribusikan ke Amerika Serikat, Australia, dan Eropa Barat. 80 Dari hasil pemantauan Direktorat Tindak Pidana Narkoba Mabes Polri, distribusi narkoba jenis heroin yang berkembang di Indonesia diorganisasikan oleh bandar-bandar asing atau sindikat dari Nepal, Pakistan, dan negara-negara Afrika Barat Daya, seperti Nigeria, Ghana dan Liberia, atau yang kerap disebut Black Africa. 81 Karakteristik kejahatan narkotika adalah melibatkan jaringan antar bangsa transnational crime.Kejahatan lintas negara ini telah mengancam eksistensi ketahanan dan keamanan semua bangsa.Patut diduga kejahatan narkotika telah didanai oleh sindikat kejahatan internasional dengan dukungan yang besar, sumber daya manusia yang profesional dengan dukungan teknologi yang canggih. Bisnis Hal ini menunjukkan bahwa peredaran gelap narkotika, tidak hanya berskala nasional atau regional, namun sudah berskala internasional. 80 Andjar Dewantoro, Loc.cit 81 Ibid Universitas Sumatera Utara peredaran gelap narkotika yang menjanjikan keuntungan besar, telah menyeret semua bangsa ke dalam berbagai persoalan politik, sosial, ekonomi serta pertahanan dan keamanan yang berpotensi dapat menghambat laju pembangunan bangsa di masa kini dan di masa yang akan datang. Perkembangan kejahatan ini sangat menakutkan kehidupan umat manusia di dunia, khususnya bagi generasi muda.Tidak ada satu negara manapun di dunia yang bisa mengklaim bahwa negaranya bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.Indonesia juga termasuk negara yang mengalami permasalahan ini.Dibeberapa negara, termasuk Indonesia, telah berupaya untuk menanggulangi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika ini. Instrumen internasional yang memuat kebijakan penanggulangan narkotika hanya berupa konvensi-konvensi yang harus diperhatikan, karena konvensi-konvensi tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat setiap negaradalam penanggulangan peredaran gelap narkotika internasional. Indonesia telah meratifikasi beberapa kesepakatan internasioal, seperti : The United Nations Convention Againts Illict Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances 1988 , diratifikasi melalui Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1997 dan pengaturan psikotropika berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan, serta mencegah penyalahgunaan psikotropika dan pemberantasan peradaran gelap psikotropika. Kerjasama internasional telah dilakukan oleh Indonesia, namun dalam implementasinya belum berjalan optimal. Menurut laporan United Nations Office on Drug and Crime UNODC, yaitu lembaga internasional di bawah PBB yang Universitas Sumatera Utara menangani kejahatan narkotika, World Drug Report 2005 UNODC nilai perdagangan Narkotika di tahun 2003 telah mencapai US322 miliar, dengan perincian yaitu: Ganja US113 miliar, Kokain US71 miliar, Opiat US65 miliar, Resin Ganja US29 miliar, dan ATSEkstasi dll US44 miliar. Jumlah tersebut lebih besar dibanding Gross Domestic Product GDP 88 persen negara- negara di dunia.Nilai perdagangan yang besar tersebut, pada periode tahun 2003- 2004, telah menjadi faktor peningkatan jumlah penyalahgunaan Narkotika di dunia 82 Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.508 pulau besar dan kecil, dengan garis pantai 95.181 km terpanjang ke-empat di dunia. Dunia internasional mengakui bahwa Indonesia memiliki berbagai potensi yang luar biasa dan merupakan modal dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, potensi itu antara lain: Pertama , luas wilayah nusantara yang terdiri dari daratan dan lautan serta kedudukannya berada di posisi silang dunia. Kedua, sumber kekayaan alam yang berlimpah.Ketiga, jumlah penduduk yang besar.Keempat, digunakannya selat Malaka sebagai jalur perlintasan perdagangan dunia. Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan dengan segala potensinya, disatu sisi menguntungkan perekonomian Indonesia, namun disisi lain mengandung berbagai bentuk ancaman karena banyak pintu terbuka bagi penyelundupan, khususnya penyelundupan narkotika. Disamping itu tersedia 22 bandara di 22 provinsi yang membuka akses ke bandara udara diberbagai negara, khususnya terbuka bagi perdagangan luar negeri. . 83 82 Siswandi, Pangsa Narkotika Dunia Indonesia dalam Andjar Dewantoro, Loc.cit 83 Ibid Kondisi ini Universitas Sumatera Utara merupakan pintu resmi yang bercelah untuk melakukan penyelundupan narkotika maupun dijadikan sebagai lalu lintas perdagangan narkotika internasional.Kemudian, mudah dan murahnya merekrut kurir jaringan narkotika internasional menjadikan Indonesia sebagai bagian dari jaringan narkotika internasional.Situasi dan kondisi inilah yang perlu diwaspadai dan diantisipasi guna mencegah masuknya narkotika internasional ke Indonesia, maupun dijadikannya Indonesia sebagai lalu lintas perdagangan gelap narkotika internasional, serta pangsa peredaran gelap narkotika internasional. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika masih terus menjadi ancaman serius bagi setiap negara, hal ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan produksi narkotika secara illegal dan pendistribusian yang begitu cepat dan meluas dengan tidak lagi mengenal batas antara negara, hal ini mengakibatkan korban penyalahgunaan narkotika setiap tahunnya mengalami peningkatan.Upaya pengawasan narkotika yang ketat oleh negara-negara di dunia telah dapat mengendalikan peredaran narkotika di Eropa, Amerika dan Asia.Namun demikian transaksi dan peredaran gelap narkotika yang dilakukan oleh pelaku kejahatan terorganisir organized crime ternyata terus meningkat, sehingga diperlukan berbagai kebijakan, strategi dan upaya untuk melindungi masyarakat, khususnya generasi muda dari bahaya narkotika. Menurut laporan United Nations Office on Drug and Crime UNODC 2010, yaitu lembaga internasional di bawah PBB, diketahui bahwa pada tahun 2008 diperkirakan antara 155-250 juta orang 3,5-5,7 dari populasi penduduk dunia Universitas Sumatera Utara yang berumur 15-64 tahun menggunakan narkotika, minimal sekali dalam setahun 84 Masuknya narkotika ke Indonesia tidak lepas dari peran sindikat yang menguasai jalu-jalur peredaran.Hal ini dapat dilihat dari jalur yang dikuasai oleh . Disaat trend konsumsi heroin dan kokain dianggap stabil dan mengalami penurunan, hampir mayoritas kawasan diimbangi dengan kenaikan penyalahgunaan narkotika yang menggunakan resep dan zat sintetis.Penggunaan resep non medis menjadi permasalahan yang baru disejumlah negara maju dan negara berkembang. Sementara itu, di Amerika Utara banyak permintaan ganja, opiat dan kokain, permintaan kecanduan terhadap ATS tidak mendominasi di semua kawasan tetapi memilki peran yang cukup besar terutama di kawasan Asia dan Oceania, Eropa dan Amerika Utara. Arus globalisasi yang masuk ke Indonesia berdampak pada perubahan nilai- nilai yang bersifat positif maupun negatif dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Perkembangan lingkungan global dalam perdagangan gelap narkotika mempengaruhi dijadikannya Indonesia sebagai pangsa pasar peredaran gelap narkotika internasional. Selain itu, Indonesia juga dijadikan sebagai tempat transit heroin yang akan dikirimkan dari Jakarta ke pasar Asia, Amerika Serikat, Eropa, Amerika Selatan, Afrika dan Australia. Meskipun tidak ada bukti bahwa penyelundupan heroin dari Jakarta ke Amerika Serikat memiliki efek signifikan dalam struktur organisasi narkotika di Amerika Serikat, sindikat narkotika Afrika Barat telah menempati Indonesia sebagai urutan keempat kelompok pengedar dari negara itu. 84 Rencana Strategis BNN Tahun 2010-2014 Review, hal 1. Universitas Sumatera Utara sindikat yang lazim dikenal sebagai the route of heroin golden triangle dan the route of shabu, ecstasy, marijuana yang dilakukan oleh sindikat Nigerian Drugs Travellers mafia Black Afrika.Jaring-jaring yang dibangun merupakan jaringan rahasia dan kerja rahasia clandestine.Dari uraian tersebut diatas, diketahui bahwa perkembangan lingkungan global telah mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya jaringan sindikat narkotika internasional di Indonesia, karena Indonesia hingga saat ini masih menjadi lalu lintas peredaran gelap narkotika internasional, menjadi tempat merekrut kurir narkotika internasional serta menjadi pangsa narkotika internasional. Kondisi faktual kerjasama internasional dalam penanggulangan kejahatan Narkotika terorganisir dirasakan belum optimal. Kerjasama yang dilakukan hanya terbatas pada kesepakatan dan bantuan timbal balik tanpa mengintensifkan kerjasama secara operasional disebabkan faktor kurangnya kemauan Negara yang diminta bantuan untuk melakukan tindakan penanganan terhadap pelaku oleh Negara yang meminta juga karena belum adanya rumusan secara teknis antar Negara dalam pemberantasan pelaku kejahatan yang diindikasi terlibat peredaran gelap narkotika melaui tindakan task force yang melibatkan masing-masing Kepolisian antar Negara. Hal ini dapat dicontohkan menyangkut kerjasama antar negara dalam penanganan dan penangkapan terhadap pelaku kejahatan Narkoba secara terpadu integrated. Kerjasama internasional dimaksud adalah kerjasama yang dilakukan oleh negara- negara yang tergabung dalam forum International Drug Enforcement Conference IDEC di tingkat regional Far East Regional Working Group Meeting dengan sasaran prioritas kerjasama berupa Daftar Target Target List yang meliputi Universitas Sumatera Utara target operasi dan intelijen, termasuk daftar buronan fugitive list dan daftar yang diawasi watch list. Satu hal yang perlu diperhatikan, hampir semua negara sangat menyadari bahwa permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika adalah masalah global, mengingat karakteristiknya yang transnasional dan berdimensi internasional. Oleh karena itu, dalam menanggulangi masalah ini, setiap negara memiliki kebijakan yang melibatkan dunia internasional. Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika bukanlah masalah baru, sebab masalah ini sesungguhnya sudah ada sejak lama dan dilakukan umat manusia di seluruh belahan dunia bahkan telah menjadi budaya. Penggunaan narkotika pada acara-acara pesta misalnya di Eropa dan Amerika Utara sudah merupakan hal yang biasa. Penggunaan morfin dan kokain merupakan gambaran sehari-hari di Eropa maupun di Amerika Utara pada akhir abad kesembilan belas 85 . Tidak hanya terjadi di kota-kota besar di dunia, akan tetapi juga bisa ditemukan di kawasan pedesaan negara-negara yang sedang berkembang, khususnya di kalangan masyarakat Asia Tenggara dimana menggunakan kokain merupakan hal biasa 86 85 . Kesemua tadi menunjukkan bahwa masalah tersebut merupakan masalah global yang menimpa hampir seluruh belahan dunia, sebab masalah ini tidak hanya dialami oleh negara-negara maju, akan tetapi juga menjadi http:www.google.com , Penanggulangan Narkotika di Indonesia, diakses tanggal 18 April 2014 86 http:www.yahoo.com , Bahaya Narkotika bagi Stabilitas Keamanan Nasional, diakses tanggal 18 April 2014 Universitas Sumatera Utara masasalah negara-negara berkembang dan bahkan negara miskin. Pendeknya bahwa masalah narkotika sudah menjadi masalah global umat manusia di dunia. Mengingat bahaya narkotika sebagai salah satu wujud nyata ancaman global terhadap kehidupan manusia, berbagai forum kerjasama penegakan hukum internasional menyimpulkan bahwa trend kejahatan narkotika menunjukkan peningkatan baik regional maupun internasional, sehingga dalam penanggulangannya diperlukan kerjasama penegak hukum secara internasional melalui perumusan bersama tentang strategi penanggulangan dari berbagai sisi pendekatan pemecahan masalah. Dari pengungkapan kasus-kasus narkotika oleh Polri menunjukkan adanya korelasi antara tingginya peredaran gelap narkotika dan meningkatnya ancaman bagi stabilitas keamanan dalam negeri, baik dari aspek pelaku maupun dari aspek korban penyalahguna dan peredaran gelap narkotika. Terungkapnyakasus-kasus tersebut, jelas menunjukkan bahwa Indonesia tidaklagi hanya menjadinegara transit pelaku dan narkotikanya, melainkan Indonesia telah menjadi negara tempat memproduksi narkotika dan menjadi salah satu “market” terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kenyataan ini sungguh sangat memprihatinkan, apalagi berdasarkan data yang ada pada BNN menunjukkanbahwa masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di tanah air telah menyentuh sebagian besar kelompok usia produktif, yang masih berstatus pelajar maupun mahasiswa. Hasil survei BNN dan Universitas Indonesia menyebutkan bahwa setiap hari 40 orang meninggal karena narkotika, 3,2 juta orang atau 1,5 penduduk Indonesia menjadi pengguna dan penyalahguna Universitas Sumatera Utara narkotika. Berikut adalah data penanganan kasus-kasus narkotika sebagai kejahatan transnasional oleh Polri sebagai berikut 87 Sumber: DirektoratIV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013 Keterangan: CT Crime Total adalah Jumlah Tindak Pidana; CC Crime Clereance adalah Jumlah Tindak Pidana yang selesai ditangani. : Tabel 7 : Data Kejahatan Transnasional Narkotika Tahun 2002 – 2012 Berdasarkan data tersebut di atas, sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 trend peningkatan jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kasus yang selesai ditangani oleh Polri, cenderung terus meningkat. Pada tahun 2007 misalnya, jumlah kasus narkotika yang berhasil diungkap berjumlah 16.252 kasus dan jumlah kasus yang dapat selesai ditangani sebanyak 15.473 kasus atau mencapai 95,2. Trend keberhasilan pengungkapan kasus-kasus narkotika ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan yang tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan jumlah 30.878 kasus dan dapat dituntaskan sebanyak 30.710 kasus, yang artinya tingkat penyelesaian perkara hampir mencapai 100. Kondisi ini tentunya, baik langsung maupun tidak langsung, berimplikasi terhadap stabilitas keamanan dalam negeri. Kejahatan ini di Indonesia, semakin meningkat tidak hanya secara kuantitas namun juga meningkat secara 87 Laporan Direktorat IV Bareskrim Mabes Polri, Pengembangan Kerjasama Internasional dalam Penanggulangan Kejahatan Narkotika Terorganisir , 2012 Universitas Sumatera Utara kualitas. Hal ini terbukti dari beberapa keberhasilan pengungkapan kasus, baik oleh Polri maupun oleh BNN, bahwa Indonesia juga sudah menjadi daerah produsen narkotika ilegal yang berskala internasional. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di Indonesia mulai diketahui pada tahun 1968. Meluasnya jalur peredaran gelap narkotika dunia juga tidak terlepas sebagai dampak globalisasi, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, khususnya di bidang transportasi dan komunikasi yang menjadikan dunia tanpa batas, sehingga memudahkan terjadinya penyelundupan ke negara lain termasuk Indonesia. Hal ini juga dipengaruhi oleh posisi geografis Indonesia yang sangat strategis, merupakan daya tarik tersendiri bagi sindikat narkotika internasional untuk mengembangkan jalur peredarannya dan menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan peredaran. Bahkan dewasa ini sudah mampu memproduksi, meracik, atau mengolah sendiri, sehingga korban dan pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika telah berkembang ke seluruh lapisan masyarakat. Dampaknya, tidak hanya membahayakan fisik dan psikis para pelaku, tetapi telah berkembang menjadi bahaya yang mengancam keamanan dalam negeri. Dari uraian di atas, dapat di kontruksikan bahwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan masalah global yang perlu mendapat perhatian serius di tiap-tiap negara, karena selain merupakan kejahatan transnasional, kejahatan ini merupakan masalah kompleks yang tidak hanya memperhatikan faktor- faktor penyebab terjadinya peredaran gelap narkotika sehingga memerlukan kerjasama internasional, misalnya faktor geografi Indonesia dan lemahnya Universitas Sumatera Utara pengawasan dijalur-jalur masuk ke Indonesia serta sistem hukum yang ada, melainkan juga harus memperhatikan akibat atau dampak multi dimensional yang ditimbulkan, karena kejahatan peredaran gelap narkotika merupakan kejahatan yang luar biasa extra ordinary crime yang tentunya memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh dengan melibatkan setiap negara terkait.Kata lainnya, kejahatan ini merupakan masalah yang kompleks dan multidimensional, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perkembangannya pada saat ini sudah sampai pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Berdasarkan data yang ada pada BNN, tercatat bahwa kejahatan narkotika di tanah air telah merambah pada hampir semua kelompok usia produktif yakni yang masih berstatus pelajar maupun mahasiswa. Hasil survei BNN dan Universitas Indonesia menyebutkan bahwa setiap hari, 40 orang Indonesia meninggal karena narkoba, 3,2 juta orang atau 1,5 penduduk Indonesia menjadi pengguna dan penyalahguna narkotika. 88 Perkembangan lingkungan regional terkait dengan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika tidak jauh berbeda dengan perkembangan lingkungan global.Konsepsi Indonesia bebas narkoba tahun 2015 adalah mengikuti kesepakatan yang telah dibuat diantara negara-negara ASEAN, yaitu Drug Free ASEAN DFA 2015.Penyalahgunaan narkotika dikawasan ASEAN tergambarkan dari semakin meningkat penyalahgunaan narkotika jenis Hal ini tentunya akan mempengaruhi situasi keamanan dalam negeri. 88 www.bnn.go.id , menutup Sekat keluar masuknya narkoba ke wilayah hokum Indonesia, diakses tanggal 4 Desember 2013 Universitas Sumatera Utara ATS 89 .Peredaran gelap narkotika di kawasan ASEAN menunjukan peningkatannya dari aspek modus operandi pelaku. Hal ini ditandai dengan terungkapnya sejumlah kasus narkoba di ASEAN, diantaranya 90 a. Penangkapan warga negara Iran di Indonesia, Thailand dan Philipina, yang memasukan narkoba jenis metamphetamine atau shabu dalam jumlah besar. : b. Terungkapnya perkembangan baru cara penanaman ganja di Jepang dengan menggunakan sistem indoor dengan menggunakan pot dalam jumlah besar. c. Terungkapnya kelompok kriminal di Vietnam yang melakukan metode cloning untuk menghasilkan tanaman ganja dengan kualiitas yang sama. d. India sebagai sumber produksi ketamine yang selama ini mengirim dalam jumlah besar ke negara-negara di dataran Amerika dan Eropa, dan juga termasuk ke negara-negara ASEAN. Hal ini menunjukan bahwa sindikat narkoba India memiliki jaringan dengan sindikat narkotika internasional dan nasional negara tertentu yang dijadikan sebagai pangsa narkotika. Dari uraian tersebut diatas, diketahui bahwa perkembangan lingkungan regional dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya jaringan narkotika internasional dan nasional, serta dimanfaatkannya Indonesia sebagai tempat transit dan pangsa peredaran gelap narkotika internasional. Mewujudkan stabilitas keamanan dalam negeritentunya dimaksudkan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional yang salah satunya adalah terciptanya ketertiban dan keteraturan di tengah-tengah masyarakat sebagai tujuan dari negara hukum rechstaat 91 89 Rencana Strategis BNN Tahun 2010-2014 Review, hal 6. 90 Ibid . . Upaya mewujudkan stabilitas keamanan nasional 91 Muhammad Ibrahim, Kebijakan Hukum Pidana Tentang Pengaturan Interaksi Proses Penyidikan dan Penuntutan Dalam Sistem Peradilan Pidana , Ringkasan Disertasi Program Doktor Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pemerintah yang di dalam penyelenggaraannya diamanahkan kepada Polri selaku institusi yang bertanggungjawab sepenuhnya atas terpeliharanya keamanan dalam negeri terhadap hakekat ancaman yang terjadi, khususnya dampak negatif globalisasi yang ditandai dengan demokratisasi, perkembangan informasi dan teknologi yang menghilangkan batas antar negara termasuk dalam proses penegakan hukum law enforcement 92

B. Kerjasama Internasional yang dilakukan Polri dalam Penanggulangan