dilakukan oleh pemerintah yang di dalam penyelenggaraannya diamanahkan kepada Polri selaku institusi yang bertanggungjawab sepenuhnya atas terpeliharanya
keamanan dalam negeri terhadap hakekat ancaman yang terjadi, khususnya dampak negatif globalisasi yang ditandai dengan demokratisasi, perkembangan informasi dan
teknologi yang menghilangkan batas antar negara termasuk dalam proses penegakan hukum law enforcement
92
B. Kerjasama Internasional yang dilakukan Polri dalam Penanggulangan
Kejahatan Narkotika Terorganisir
. Hal ini sebagaimana dimaksud oleh Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika bukan semata-mata menjadi masalah dalam negeri suatu negara, melainkan telah menjadi masalah yang
melintasi batas antar negara atau berdimensi internasional secara terorganisir, sehingga dalam upaya penanggulangan terhadap kejahatan ini harus dilakukan secara
bersama antara negara maupun lintas negara. Dari sisipenanggulangan berarti bahwa
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, 2010, hlm. 1 bahwa ketertiban dan keteraturan merupakan suatu tujuan dari Negara yang berdasarkan hukum, untuk itu dalam
mewujudkannya memerlukan keberadaan dari aparatur penegak hukum sebagai komponen sistem hukum dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya bukan semata-mata didasarkan atas kekuasaan
dan wewenang yang ada padanya, melainkan adalah alat Negara yang melayani kebutuhan secara seimbang antara kepentingan anggota masyarakat dan Negara sebagai suatu kesatuan. Keseimbangan
disatu sisi berarti melakukan tindakan tegas bagi setiap pelanggar hukum sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
92
Lihat Richard A. Posner, The Economic of Justice, Harvard University Press, Cambridge, Massachussets and London, 1994, hlm. 120 bahwa sesungguhnya kegiatan pemerintah terbatas dan
hanya mempunyai fungsi yaitu untuk menjamin keamanan secara fisik di kedua aspek internal dan ekseternal. Tanpa adanya tatanan internal kesejahteraan masyarakat tidak akan tercapai , sedangkan
aspek keamanan ekternal meliputi perlindungan dari ancaman yang datang dari luar kelompok masyarakat, termasuk ancaman dan gangguan.
Universitas Sumatera Utara
masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotikaini dijadikan masalah global, sehingga kerjasama internasional perlu terus dikembangkan oleh Polri, yang tidak
hanya mencakup kerjasama institusi kepolisian antar negara, melainkan juga kerjasama antara negara-negara dengan organisasi-organisasi internasional yang
bergerak menangani masalah ini. Langkah-langkah kerjasama penanggulangan kejahatan narkotika antara
negara-negara di dunia melalui berbagai konvensi internasional tentang narkotika, seperti Konvensi The Hague 1912 sampai dengan konvensi mengenai pemberantasan
tindak pidana narkotika transnasional, United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Subtances
1988, atau yang dikenal dengan Konvensi Wina 1988. Kerjasama antar negara ini tentunya harus
dikembangkan karena tidak mungkin suatu negara dapat memberantas peredaran gelap narkotikayang dijalankan oleh sindikat internasional sendirian, tanpa
bekerjasama dengan negara-negara atau institusi-institusi penegak hukum lain. Penanggulangan kejahatan narkotika yang berdimensi internasional oleh Polri,
seringkali berhadapan dengan birokrasi dan sistem hukum yang berbeda sehingga proses penyidikan terhambat bahkan tidak dapat dilakukan penuntutan. Berbagai
kesepakatan bilateral dan multilateral telah dilakukan guna mengatasi permasalahan- permasalahan dalam penanganan kejahatan narkotika tersebut
93
93
Laporan Direktorat IV Bareskrim Mabes Polri, Pengembangan Kerjasama Internasional dalam Penanggulangan Kejahatan Narkotika Terorganisir
, 2012
.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi antar polisi sedunia yaitu National Central Burea NCB- Interpol atau sering juga disebut dengan nama International Crime police Organization
ICPO yang didirikan pada tahun 1923 sebagai salah satu badan kerjasama antar polisi seluruh dunia guna mengatasi masalah transnasional crime kejahatan
transnasional, telah banyak berkontribusi dalam berbagai persoalan mendasar di kehidupan masyarakat internasional hingga sekarang. Dengan anggotanya yang
hampir mencapai dua ratus negara di seluruh dunia ini,NCB-Interpol telah melaksanakan program-program berskala dunia untuk mencegah dan mengatasi
kejahatan multinasional. Dalam hal ini misi NCBInterpol tidak hanya melangkah lebih jauh dari sekedar penanganan terhadap kejahatan transnasional, melainkan
mempunyai capaian jangka panjang yaitu tingkat keamanan yang tinggi untuk seluruh umat manusia di dunia, dimana keamanan di definisikan sebagai “keamanan yang
seutuhnya baik fisik, mental maupun sosial”
94
Gangguan keamanan dimaksud adalah yang diakibatkan berbagai tindak kejahatan yang terjadi di suatu negara maupun transnegara. Dewasa ini berbagai
macam kejahatan mengalami perkembangan yang cukup memprihatinkan dan muncul begitu cepat seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern. Di dorong
oleh kesadaran akan pentingnya hubungan internasional dalam hal adanya masalah bersama yang memerlukan penyelesaian bersama, kemudian ditindaklanjuti oleh
Indonesia dengan menjadi anggota salah satu organisasi internasional yang bernama .
94
Halba Rubis Nugroho, Upaya Pencegahan dan Penanggulanagan Trafficking in Persons, Majalah NCB-Interpol Indonesia
, edisi ke 5, Jakarta: NCB-Jakarta, 2009, hal .77
Universitas Sumatera Utara
National Central Bureau NCB-Interpol atau lebih dikenal dengan sebutan
International Crime Police Organization ICPO-Interpol pada tahun 1954 sesuai
keputusan Perdana Menteri RI Nomor: KepPM245X1954 tanggal 5 oktober tahun 1954.
National Central Bureau NCB-Interpol sebagai organisasi kepolisian
internasional yang menangani masalah kejahatan transnasional, yang terjadi di wilayah perbatasan seperti terorrism, illicit drugs trafficking, trafficking in persons,
sea piracy and armed robbery at sea, arms smugglingand international economic crime
. Dalam kegiatan-kegiatan ataupun program yang dilakukan oleh NCB-Interpol selalu bertindak sesuai dengan fungsi dan perannya yaitu Konstitusi ICPO Pasal 2
95
1. Facilitates cross-border police co-operation in overcoming
transnational crime : memfasilitasi upaya kerjasama antar institusi
kepolisian dalam penanganan kejahatantransnasional atau fasilitator penanganan kejahatan transnasional;
:
2. Supports
: menyediakan bantuan teknis untuk memperkuat
kapabilitasnasional dalam penanganan kejahatan transnasional;. 3.
Assistance : mengidentifikasi, membangun dan menjadi sumber utama
dalam internasional best practice dan untuk mempromosikan penanganan kejahatan transnasional serta mendukung penanggulangan
kejahatan transnasional oleh semua organisasi internasional;
4. Authorities and services whose mission is to prevent or combat
international crime : mempunyai kewenangan dan tugas untuk
mencegah atau memerangi kejahatan internasional. Ada beberapa kegiatan NCB-Interpol yang dilakukan untuk
mengimplementasikan perannya di dunia internasional to prevent or combating transnational crime
adalah sebagai berikut
96
95
Ibid , hal. 78
:
96
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1. Melakukan kerjasama Ekstradisi yaitu : penyerahan oleh antar negara,
yang meminta penyerahan seseorang yang disangka atau dipidanakan karena melakukan suatu kejahatan di luar wilayah negara yang
menyerahkan dan di dalam yuridiksi wilayah negara yang meminta penyerahan tersebut karena berwenanguntuk mengadili dan
memidananya; 2.
Melakukan kerjasama Mutual Legal Assistace on Criminal Matters MLA yaitu: bantuan timbal balik antar negara yang meminta dalam
hal menghadirkan barang bukti atau saksi kejahatan; 3.
Melakukan Memorandum of Understanding MoU dalam penanganan kejahatantransnasional;
4. Interpol’s Global Police System
IGCS 1-247 : sistem komunikasi kepolisian global yang terkoneksi jaringan 1-247 terpusat di lyon
perancis untuk bertukar informasi yang aman dan cepat; 5.
Konferensi tahunan para pimpinan NCB-Interpol tiap-tiap negara anggota ICPO. NCB-Interpol sebagai organisasi internasional
memiliki sebuah hubungan yaitu, hubungan organisasi dengan lingkungan tempatnya melakukan aktifitas sangat penting. Suatu
organisasi berada di dalam kebudayaan dan struktur sosial masyarakat yang sangat luas, agar dapat bertahan hidup, organisasi harus mampu
memenuhi fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat. Untuk itu NCB- Interpol menyadari pentingnya kerjasama dengan pemerintah,
Universitas Sumatera Utara
kelompok masyarakat, serta LSM sebagai lembaga kemasyarakatan. NCB-Interpol harus mampu menciptakan lingkungan dan perangkat
kebijakan yang tidak hanya memungkinkan pelaksanaan tujuan utama secara efektif, tetapi juga harus dapat merangsang pemikiran dan
pembaharuan yang efektif serta dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Fungsi NCB-Interpol untuk facilitating cross-border police co-operation, and supports and assists all organizations, authorities and services whose mission is to
prevent or combat international crime adalah menopang, memperkuat, dan
mendukung suatu usaha yang diarahkan pada pencegahan kejahatan transnasional di wilayah perbatasan. NCB-Interpol dalam melakukan kegiatan untuk membantu
menyelesaikan suatu permasalahan keamanan di suatu negara adalah penjabaran dari tugas dan peran NCB-Interpol sebagai organisasi penanggulangan kejahatan
transnasional dunia. Disamping itu, apabila telah melibatkan lebih dari satu negara, maka
penanganannya akan menghadapi berbagai permasalahan antara lain masalah batas negara dan yurisdiksi, perbedaan hukum nasional masing-masing negara, ada
tidaknya perjanjian ekstradisi, ada tidaknya perjanjian mengenai bantuan timbal balik mutual legal assistance dan kecepatan dalam pertukaran informasi antara negara-
negara yang menjadi tujuan peredaran gelap narkotika. Kewenangan aparat penegak hukum dalam melakukan penegakan hukum dibatasi oleh suatu wilayah negara yang
berdaulat penuh sebagai batas dari yurisdiksi hukum yang dimilikinya. Sedangkan di
Universitas Sumatera Utara
sisi lain para pelaku kejahatan dapat bergerak dengan lebih bebas melewati batas wilayah negara sepanjang didukung dengan adanya dokumen keimigrasian yang
memadai. Pada umumnya kecepatan gerak penegak hukum jauh tertinggal dari kegesitan pelaku, untuk itu diperlukan pemantapan kerjasama internasional yang
dilakuka n oleh Polri. Langkah masyarakat Internasional menurut Romli Atmasasmita dalam
pencegahan dan pemberantasan kejahatan transnasional dan kejahatan internasional terbukti masih bertumpu pada prinsip kedaulatan negara state’s sovereignty yaitu
hak ekslusif negara untuk melakukan penuntutan dan peradilan terhadap pelaku- pelaku kejahatan dalam wilayah teritorial negara tersebut.
97
Salah satu kebijakan yang ditempuh untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan, Polri melakukan berbagai upaya dan terobosan-terobosan dengan
Hal ini berbeda dengan politik ekonomi global yang mengurangi makna batas wilayah yuridiksi negara
sehubungan dengan perjanjian perdagangan bebas sejak tiga puluh tahun yang lalu dan Indonesia telah menyepakati perjanjian perdagangan bebas tersebut. Dalam
praktik pencegahan dan pemberantasan kejahatan transnasional dan internasional sampai saat ini prinsip kedaulatan negara dan yuridiksi pengadilan nasional serta
perbedaan sistem hukum merupakan tiga faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilannya.
97
Romli Atmasasmita, Pemberantasan Kejahatan Transnasional Dalam Peta Politik Ekonomi Global
, Makalah disampaikan pada “FGD RUU EKSTRADISI” diselenggarakan DIVKUM MABES POLRI, Tanggal 17 Desember 2013, hal. 2
Universitas Sumatera Utara
mengedepankan upaya pemantapan kerjasama internasional dalam penanggulangan kejahatan narkotika terorganisir sebagai berikut
98
1. Lebih intensifnya Polri dalam mengembangkan kerjasama secara regional
dan internasional di bidang operasional misalnya kerjasama dengan Kepolisian Negara Asia Pasifik HONLEA, kerjasama Colombo Plan,
kerjasama dengan ICPO-Interpol dan INCB-PBB untuk melakukan tindakan pemberantasan kejahatan narkotika terhadap pelaku sebagai
warga negara dari negara yang tidak terikat kerjasama secara bilateral. :
2. Membentuk perjanjian ekstradisi, khusus terhadap pelaku kejahatan
peredaran gelap narkotika antar negara serta keterpaduan sistem hukum legal system yang berlaku secara internasional dalam
penanggulangan sindikat narkotika internasional. Perjanjian ekstradisi ini didasarkan pada asas-asas sebagai berikut perjanjian dan hubungan
baik, Double Criminality, daftar kejahatan yang diperjanjikan atau atas kebijaksanaan Negara yang diminta.
99
98
Anjan Pramuka Putra, Strategi Peningkatan Kerjasama Penanggulangan Kejahatan Narkoba Internasional Guna Mengakselerasi Grand Strategi Polri Dalam Rangka Mewujudkan
Stabilitas Keamanan Nasional , Naskah Akhir Strategi Perorangan untuk memenuhi persyaratan
kurikulum SESPATI Polri dalam rangka penyelesaian program pendidikan Dikreg XVIII Tahun Pendidikan 2010.
99
Karobinops Bareskrim Polri, Permasalahan Dalam Extradisi, tanggal 17 Desember 2013.
Adapun syarat permintaan ekstradisi antara lain bagi terpidana yakni asli atau salinan otentik
putusan pengadilan, keterangan untuk tetapkan identitas dan warga Negara, asli atau salinan otentik surat perintah penahanan, syarat-
syarat lain dari Negara diminta. Sedangkan bagi terdakwatersangka
Universitas Sumatera Utara
antara lain asli atau salinan otentik Sprin penangkapanpenahanan, uraian kejahatan, ketentuan hukum yang dilanggar, bunyi ancaman
hukuman, keterangan saksi dibawah sumpah, keterangan untuk tetapkan identitas dan warga Negara, permohonan penyitaan Barang
Bukti bila adadiperlukan, syarat-syarat lain dari Negara diminta.
100
3. Polri lebih memfokuskan dalam penyitaan dan penelusuran harta
kekayaan hasil kejahatan narkotika yang dilakukan oleh pelaku dengan memanfaatkan financial system dengan maksud menyamarkan,
menyembunyikan, mengalihkan harta kekayaan kejahatan, bertujuan untuk pembiayaan sindikat narkotik antar negara. Tindakan
penelusuran dilakukan melalui inventarisasi aset yang dimiliki tersangka seperti rekening bank, rumah dan saham yang berada di
dalam dan luar negeri. Pentingnya pemberantasan kejahatan narkotika melalui kerjasama
internasional yang dilakukan oleh Polri didasarkan pada dampak yang ditimbulkan baik dampak sosial maupun dampak ekonomi yang mengkhawatirkan dunia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya. Data menunjukkan di Amerika Serikat, biaya ekonomi dan sosial akibat narkotika mencapai 181milyar, di Canada 8,2
milyar dan di Australia kerugian mencapai sekitar 8,190 juta. Perbandingan kerugian akibat narkotika terhadap gross domestic product GDP di Amerika Serikat
100
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sebesar 1,7, Canada 0,98, Australia 0,88 dan Perancis 0,16. Di Indonesia kerugian diperkirakan Rp.23,6 triliyun atau 2,6 milyar BNN,2009
101
2. Kerjasama yang dilakukan dalam pemberantasan kejahatan narkotika
cenderung diarahkan pada pertukaran informasitentang pelaku dan sindikatnya, serta modus operandi yang digunakan. Belum sepenuhnya
mengarah pada mekanisme kerjasama antar negara dalam penanggulangan dan penangkapan terhadap para pelaku kejahatan
narkotika. Hal ini dapat dilihat dari bentuk kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam forum International Drug
. Polri selaku institusi pemerintah yang melaksanakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yakni bertanggungjawab dalam mewujudkan
keamanan dalam negeri telah melakukan berbagai upaya pemberantasan kejahatan transnasional, khususnya narkotika, diantaranya melalui kerjasama antar negara dan
berperan aktif dalam organisasi-organisasi internasional. Kerjasama yang telah dilakukan selama ini, secara faktual dirasakan belum optimal dalam menanggulangi
kejahatan narkotika yang terus meningkat. Untuk itu kerjasama internasional dipandang perlu untuk terus dikembangkan, baik dari aspek teknis atau mekanisme
maupun strategi. Kondisi faktual kerjasama yang dilakukan oleh Polri saat ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
101
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Enforcement Conference IDEC di tingkat regional Far East
Regional Working Group Meeting dengan sasaran prioritas kerjasama
berupa: Pertama, daftar target target list yang meliputi target operasi dan intelijen;dan Kedua, daftar target yang termasuk daftar buronan
fugitive list dan daftar yang diawasi watch list. 3.
Kerjasama bilateral, regional dan internasional, misalnya forum International Drug Enforcement Conference
IDEC masih terjalin di tingkat regional ASEAN Far East Regional Working Group Meeting,
belum melibatkan negara-negara lainnya yang terindikasi sebagai jalur peredaran narkotika yang dikendalikan oleh sindikat internasional.
Walapun ada kerjasama dengan Interpol, namun tidak secara spesifik dalam pemberantasan sindikat kejahatan narkotikainternasional. Hal
ini terbukti daridata kewarganegaraan pelaku kejahatan narkotika yang berhasil diungkap Polri menunjukkan bahwa negara asal pelaku belum
tergabung dalam forum IDEC, atau forum kerjasama internasional lainnya.
4. Kerjasama yang diikuti oleh Indonesia Direktorat IV Tipid Narkoba
Bareskrim Polri pada tahun 2009 lebih difokuskan pada kegiatan rapat koordinasi Perfektur Kepolisian Fukuoka, Jepang 16 Januari 2009,
pelatihan Bangkok, Thailand 12-23 Januari 2009, konferensi, pertemuan formal maupun informal, seminar, lokakarya, kursus,
pertemuan bilateral, pertemuan Penegak Hukum Narkotika Tiga
Universitas Sumatera Utara
Negara Filippina, Indonesia dan Malaysia. Sedangkan pada tahun 2010 bersifat kegiatan pemusnahan barang bukti narkotika oleh
pemerintahan Kamboja Drug Burn, pertemuan informal, pertukaran informasi Teheran, 22-25 Februari 2010 danpertemuan ADEC ke-15,
konferensi. Pada dua tahun tersebut menunjukkan bahwa kerjasama yang dilakukan belum diarahkan untuk membentuk perjanjian
ekstradisi terhadap pelaku yang melakukan kejahatan peredaran gelap narkotika antar negara serta keterpaduan sistem hukum legal system
yang berlaku secara internasional dalam penanggulangan peredaran gelap narkotika.
5. Polrimelalui Direktorat IV Tipid Narkoba Bareskrim Polri dan Jabatan
Siasatan Jenayah Narkotik JSJN Polis Diraja Malaysia menyadari betapa pentingnya kerjasama untuk bersama-sama memerangi
kejahatan ini, mengingat Indonesia dan Malaysia memiliki garis perbatasan darat dan garis perbatasan perairan atau pantai yang cukup
panjang dan sangat berpeluang sebagai jalur perdagangan gelap narkotika. Untuk itu, Polri maupun PDRM terus meningkatkan
kerjasama dalam bentuk pertukaran informasi dan penyelidikan bersama guna membongkar dan menghancurkan sindikat perdagangan
Universitas Sumatera Utara
gelap narkotika jaringan Indonesia-Malaysia.Kondisi faktual kerjasama dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini
102
Tabel 8 : Implementasi kegiatan kerjasama Indonesia Polri dengannegara lain Tahun 2009
:
NO MITRA
KERJASAMA JENIS
KEGIATAN LOKASI
URAIAN KEGIATAN KET
1 2
3 4
5 6
1. Jepang
Pertemuan Formal
Fukuoka, Jepang 16 Jan 2009
Rapat Koordinasi dan Pertukaran Informasi tentang Kasus Penyelundupan
Narkoba oleh 12 Anak Buah Kapal ABK WNI di Jepang
2. ILEA – Bangkok
Pelatihan Bangkok,
Thailand 12-23 Jan 2009
Pelatihan “Clandestine Laboratory Investigations Course”
3. Interpol
Meeting Bangkok,
Thailand 10-13 Feb 2009
Head of National Law Enforcement Authority HONLEA Asia Pasifik ke-
32 4.
JSJN – PDRM Pertemuan
Bilateral 12-14 Feb 2009
Rapat koordinasi dengan Jabatan siasatan Jenayah Narcotic PDRM
5. CND Commission on
Narcotic Drugs Konferensi
Vienna, Austria Maret 2009
High–Level Segment Of The Fifty– Second Session Of The Commission On
Narcotic Drugs, 6.
Interpol Konferensi
Vietnam, 12-16 Mei 2009
The 29th Aseanapol Conference 7.
UNODC Seminar
Bangkok, Thailand
27-29 Mei 2009 Seminar “Community policing for
building safer communities” dengan
topik untuk bidang penegak hukum adalah ”Law Enforcement initiatives for
reducing drug abuse and HIVAIDS risks in the country, needs and gaps”
8. Asia Pasific
Economic Forum APEF
Lokakarya Sydney, Australia
9-12 Juni 2009 Lokakarya dengan Australian Federal
Police AFP tentang Pendeteksian dan Pencegahan Pembawa Uang Tunai dan
Penyelundupan Uang dalam jumlah besar Detecting and Deterring Cash
Couriersand Bulk Cash Smugglers
9. SOMTC – 9
Pertemuan Asean Nay Pyi Taw,
Myanmar 28 Juni – 5 Juli
2009 Transnational Crime Meeting
1 2
3 4
5
6
10. JICA
Kursus Pelatihan Japan,
5 Juli – 1 Agst 2009
The Study Program on Drug Abuse and Narcotis Control
11. Royal Thai Police
Pertemuan Bilateral
Bangkok, Thailand
15-18 Juli 2009
Operation Storm II, Planning Meeting
12. ILEA – Bangkok
Kursus Pelatihan Bangkok,
Narcotics Unit Commander Course
102
Direktorat IV Tipid Narkoba Bareksrim Polri
Universitas Sumatera Utara
Thailand 31 Agst-11 Sept
2009 13.
JICA Seminar
Japan, 23 Sept-10 Okt
2009
Seminar “Control on Drug
Offences”
14. JSJN – PDRM
Pertemuan Bilateral
Kuala Lumpur, Malaysia
29 Sept-2 Okt 2009
Rapat Koordinasi dan Pertukaran Informasi
15. JSJN – PDRM
Pertemuan Bilateral
1-5 Nov 2009 Rapat Koordinasi dan Pertukaran
Informasi 16.
Royal Thai Police Pertemuan
Bilateral 11-14 Nov 2009
Rapat Koordinasi dan Pertukaran Informasi
17. JSJN – PDRM
Pertemuan Penegak Hukum
Tiga Negara Indonesia,
Filipina dan Malaysia
Kuala Lumpur, Malaysia
17-19 Nov 2009 Pembentukan Satgas Khusus JSJN
PDRM
18. Australian Federal
Police AFP Pertemuan
Bilateral 14-20 Des 2009
Perumusan SOP dan penyidikan lanjutan terhadap kasus Narkotika yang
melibatkan kedua warga negaraterkait
Sumber: DirektoratIV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013
Tabel 9 :Implementasi kegiatan kerjasama Indonesia Polri dengannegara lain Tahun 2010
NO MITRA
KERJASAMA JENIS
KEGIATAN LOKASI
URAIAN KEGIATAN KET
1 2
3 4
5 6
1. Kamboja dan
Australian Federal Police AFP
Pemusnahan Barang Bukti
Kamboja, 25-30 Jan 2010
Acara pemusnahan sejumlah besar barang bukti precursor dengan cara
dibakar drug burn di Kamboja 2.
National Police Agency NPA -
Japan Pertemuan
Internasional Tokyo, Japan
2-5 Feb 2010 “15th Asia-Pacific Operational Drug
Enforcement Conference ADEC-15th” 3.
Thailand dan ICPO Interpol Lyon
Pertemuan Formal
Bangkok, Thailand
9-10 Feb 2010 2nd Operational Working Meeting on
Cocaine related Crimes in Asia with involvement of West African Drug
Criminal Groups 4.
Iran, Department for Combating against
Drug of the Islamic Republic of Iran
Police Pertemuan
Informal Teheran, Iran
22-25 Feb 2010 Pertemuan informal dan pertukaran
informasi tentang maraknya permasalahan penyelundupan narkoba
yang dilakukan oleh Iranian Syndicate di Indonesia
1 2
3 4
5 6
5. FDEA, DEA
SingaporeOffice, Thailand
Konferensi Bangkok,
Thailand 1-3 Maret 2010
IDEC Far East Regional Working Group Meeting
, pertemuan IDEC kelompok Regional Timur Jauh
6. Vienna, Austria
Konferensi Vienna, Austria
8-12 Maret 2010 Sidang Komisi Narkoba Commission on
Narcotic Drugs-CND sesi ke-53
7. Rio de Janeiro, Brasil
Konferensi Rio de Janeiro,
Brasil 27th International Drug Enforcement
Conference pertemuan tahunan IDEC
Universitas Sumatera Utara
25- 29 April 2010 8.
Hong Kong SAR Pertemuan
Bilateral Hongkong,
Macao 17-21 Mei 2010
Coordination, Meeting and Information Exchange
antara Polri dengan Hongkong Police Force, Hongkong Custom and
Excise Department dan Macau Judiciary
Police 9.
Kamboja Konferensi
Phnom Penh, Kamboja
24-28 Mei 2010 30th Aseanapol Conference
10. Australia
Pelatihan Sydney, Australia
1-13 Juni 2010 Money LaunderingInvestigation Training
11. Royal Thai Police
Rapat Koordinasi Bangkok,
Thailand 15-18 Juni 2010
Rapat koordinasi antar lembaga kepolisian untuk mengungkap jaringan
West Afrcan Syndicate WAS
12. Nigeria
Pertemuan Bilateral
Nigeria, 16-18 Juni 2010
Penyusunan draft MOU antara Polri dengan Kepolisian Nigeria
13. Singapura
Workshop Singapura,
20-21 Juni 2010 Narcotic Law Enforcement Workshop
Sumber: DirektoratIV Tipid Narkoba Bareskrim Polri, 2013
Berdasarkan data pada tabel 8 dan 9 di atas tentang implementasi kegiatan kerjasama antara Indonesia yang diwakili oleh Polri dengan negara lain, baik pada
tahun 2009 maupun pada tahun 2010, menunjukkan adanya upaya proaktif yang dilakukan Polri dalam menjalin kerjasama, baik regional maupun internasional,
dengan institusi penegak hukum negara lain maupun dengan organisasi internasional untuk menanggulangi kejahatan narkotika yang terorganisir. Penanggulangan
dimaksud diarahkan agar terimplementasinya kebijakan penanggulangan criminal policy
peredaran gelap narkotika yang meliputi penal policy dan non penal policy. Menurut Barda Nawawi Arief penanggulamgan diartikan sebagai suatu usaha yang
rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan,
103
103
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Loc.cit
atau didefenisikan dengan “the rational organization of the control of crime by society”, dan “Criminal
Universitas Sumatera Utara
Policy is the rational organization of the social reaction to crime ”.
104
Implementasi peran Polri melalui keikutsertaan dalam pertemuan antara negara maupun organisasi
internasional ditujukan untuk menanggulangi peredaran gelap narkotika, misalnya keikutsertaan Polri pada pertemuan internasional yang dilaksanakan oleh National
Police Agency NPA-JAPAN dalam 15
th
Asia-Pacific Operational Drug Enforcement Conference
ADEC-15
th
, konferensi FDEA, DEA Singapore Office, Thailand dalam kegiatan IDEC Far East Regional Working Group Meeting,
kerjasama dengan Australian Federal Police AFP menyangkut perumusan SOP dan penyidikan lanjutan terhadap kasus Narkotika yang melibatkan kedua warga Negara,
pertemuan Interpol pada kegiatan Head of National Law Enforcement Authority HONLEA Asia Pasifik ke-32.
104
Ibid
Universitas Sumatera Utara
94
BAB IV KENDALA DAN UPAYA DALAM PENGEMBANGAN KERJASAMA