Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar Siswa Kelas IX di SMPN 4 Ciputat

(1)

Silvia Framita, 105011000117

Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang dirasakan sangat diperlukan dan sudah merupakan bagian integral dari suatu program institusional yang disajukan di sekolah-sekolah. Melalui pelaksanaan bimbingan ini diharapkan siswa mampu bertindak dan bertingklah laku sesuai dengan tuntunan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh guru atau tenaga kependidikan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik agar perkembangan peserta didik berjalan optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif-analisis yang didukung teknik-teknik pengumpulan data dengan teknik pengambilan random sampling dengan bilangan ganjil genap. Jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.

Dari hasil perhitungan dengan angka korelasi sebesar 0,524 dan dengan df sebesar 90 diperoleh r tabel pada taraf 5% signifikan sebesar 0,207; sedangkan pada taraf 1 % diperoleh r tabel sebesar 0,270. Ternyata rxy (0,524) adalah lebih

besar dari pada r tabel (yang besarnya 0,207 dan 0,270). Karena rxy lebih besar

dari rtabel maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak.

Berarti terdapat korelasi yang positif antara variabel X dan variabel Y. Dan korelasi tersebut tergolong korelasi yang sedang/cukup kuat. Kemudian berdasarkan tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel maka diketahui bahwa variabel X memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap variabel Y. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasinya sebesar 27,5%.


(2)

Segala puji dan syukur penulis penjatkab kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tanpa ada halangan dan rintangan yang berarti. Sholawat dan salam semoga Allah tetap melimpahkannya kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.

Dalam penelitan skripsi ini tidak begitu banyak kesulitanyang berarti yang penulis hadapi, hal ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang berupa sumbangan pikiran, motivasi maupun materi. Sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMPN 4 CIPUTAT” telah selesai dengan baik. Selain skripsi ini untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar sarjana, mudah-mudahan juga dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada semua pihak, khususnya mereka para akademis untuk menambah wawasan intelektualnya. Untuk itu dengan ketulusan hati penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, M.A selaku dosen pembimbing akademik, bapak Drs. Paimun selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, dan bapak Dr. Khalimi, MA selaku penguji sidang munaqasah yang meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis selesai menyusun skripsi ini.

4. Bapak/ibu dosen dan karyawan/karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru terutama guru mata pelajaran Agama Islam dan Guru BK serta siswa-siswa SMP Negeri 4


(3)

6. Ayahanda Drs. M. Nur Zein, MPd dan Ibunda Titin Sumarni tercinta, terima kasih yang tak terhingga. Sebuah ucapan terima kasih yang tak dapat penulis ungkapkan meskipun dengan ungkapan kata-kata terndah. Yang tak pernah bosan dan henti-hentinya memberikan do’a dan kasih sayang, materi serta semangat sehingga penulis tetap bisa berdiri tegar menghadapi segala halangan dan rintangan.

7. Kasihku tercinta Yudi Sulaeman dan adik-adikku tersayang yaitu Alan Budiman, Khaidar Ar Roni dan Ade Ayu Larassati yang selalu memberikan dukungan, do’a, semangat dan kebersamaan. Ketulusan hati kalian membawa kemudahan dan berkah dalam kehidupan penulis.

8. Teman-teman seperjuanganku (PAI C 2005), khususnya Rahma, Rani, Isty, May, Vivit, Yona, Yayah, Iif, Tami, Echa, Sinta, Adhet, Dian, dan Cici yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh rekan dan rekanita, dan seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam tulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan apabila di dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai sesuai dengan apa yang penulis harapkan dan cta-citakan, amiin….

Jakarta, Februari 2010

Penulis


(4)

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoritik... 7

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 7

a. Pengertian Bimbingan... 7

b. Pengertian konseling ... 9

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 12

d. Fungsi Bimbingan dan Konseling... 13

e. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ... 14

f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling ... 15

g. Jenis-jenis Bimbingan dan konseling... 16

h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 18

2. Prestasi Belajar... 24

a. Pengertian Prestasi Belajar... 24

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27

3. Siswa ... 32

a. Pengertian Siswa ... 32


(5)

C. Hipotesa Penelitian... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian ... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Definisi konseptual dan Definisi Operasional... 43

2. Kisi-kisi instrumen Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 44

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 47

1. Teknik Pengolahan Data ... 47

2. Teknik Analisa Data... 48

G. Hipotesa Statistik ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 51

B. Analisa dan interpretasi Data ... 52

1. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Tabel Berdistribusi Frekuensi ... 53

2. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment... 71

C. Keterbatasan Penelitian... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA...84

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Bimbingan dan Konseling... 44 Tabel. 2 Kisi-kisi Wawancara Bimbingan dan Konseling ... 46 Tabel. 3 Penetapan Skor Untuk Skala Layanan Bimbingan dan Konseling ... 47 Tabel. 4 Interpretasi secara kasar/sederhana ... 49 Tabel. 5 Guru Bimbingan dan Konseling membantu memecahkan masalah

siswa... 52 Tabel. 6 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan dan

konseling secara rutin... 53 Tabel. 7 Guru Bimbingan dan Konseling cepat tanggap dalam membantu

memecahkan masalah siswa... 54 Tabel. 8 Layanan konseling secara perorangan diberikan oleh guru BK

kepada kamu ... 54 Tabel. 9 Bila ada masalah yang tidak terpecahkan saya mengkonsultasikan

kepada guru Bimbingan dan Konseling ... 55 Tabel. 10 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan pula

bimbingan secara kelompok... 56 Tabel. 11 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan bimbingan

belajar... 56 Tabel. 12 Setelah mendapat bimbingan belajar, saya lebih mudah memahami

pelajaran ... 57 Tabel. 13 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan informasi tentang

cara belajar yang baik... 58 Tabel. 14 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan bagaimana cara

mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu... 58 Tabel. 15 Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling

mengadakanperlombaan mengenai bakat masing-masing siswa ... 59 Tabel. 16 Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa dilakukan secara

tuntas dan berkesinambungan ... 60


(7)

konseling menggunakan ruangan khusus... 61 Tabel. 19 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara

meningkatkan motivasi belajar kepada siswa ... 62 Tabel. 20 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara memahami

diri (kemampuan, bakat, minat belajar) ... 63 Tabel. 21 Pada awal tahun pelajaran di sekolah diadakan MOS (Masa

Orientasi Siswa) ... 64 Tabel. 22 Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat

layanan kunjungan ke rumah ... 64 Tabel. 23 Menjelang kelulusan di sekolah disediakan informasi tentang

sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling ... 65 Tabel. 24 Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling

bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid) ... 66 Tabel. 25 Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan

masalah, memberikan kesempatan kepada siswa menentukan caranya sendiri ... 67 Tabel. 26 Guru Bimbingan dan Konseling pernah melakukan himpunan

data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa.... 68 Tabel. 27 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan tentang

cara mengerjakan tugas dengan baik... 68 Tabel. 28 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan

pembelajaran mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan gotong royong ... 69 Tabel. 29 Guru Bimbingan dan Konseling pernah memberikan arahan

tentang cita-cita yang kamu inginkan ... 70 Tabel. 30 Dalam rangka meningkatkan mutu, BK meminta informasi kepada

siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini ... 71


(8)

Tabel. 33 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X dan Variabel Y... 75


(9)

ix


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan putra putri bangsa yang cerdas dan berkompeten dalam setiap bidang yang ditekuninya. Selain itu juga menghasilkan perubahan-perubahan yang positif dalam pribadi siswa menuju kedewasaan, baik dalam tingkah laku, sikap maupun cara berpikirnya.

Sekolah atau lembaga pendidikan sebagaimana telah diketahui bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Di tinjau dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikemukakan bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang sdemokratis serta bertanggung jawab”.1

1

UURI, SISDIKNAS, (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003) h.12


(11)

Setiap anak di Indonesia, berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pembelajaran. Karena belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.2

Akan tetapi apabila dilihat dari kenyataannya banyak sekali anak-anak Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan yang pantas. Sekali pun ada, masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan juga kekurangan-kekurangan diberbagai aspek, yang hal tersebut akan mempengaruhi siswa dalam pelaksanaan proses belajarnya. Kekurangan-kekurangan itu meliputi segi intelektual latar belakang keluarga, fisik, cara atau metode belajar yang digunakan agar lebih cepat memahami pelajaran, maupun dalam hal menyalurkan bakat, minat dan kemampuan siswa itu sendiri.

Setiap manusia satu dengan lainnya tidak sama, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Begitu pula antara siswa yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, sehingga menimbulkan prestasi yang berbeda pula.

Keberhasilan belajar merupakan salah satu faktor yang menjadi tujuan utama dari keseluruhan proses pembelajaran di lembaga pendidikan. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran merupakan tolak ukur terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian hasil belajar dalam sebuah buku laporan hasil pendidikan (rapor).

Keberhasilan belajar juga didukung oleh faktor yang berasal dari dalam diri anak (internal) dan dari luar diri anak (ekternal).3Namun, keberhasilan belajar tersebut dapat terhambat dikarenakan masalah-masalah yang belum ada jalan keluarnya. Oleh karena itu sekolah sebagai suatu

2

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h.89

3

Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985),cet. 1, h.1


(12)

lembaga pendidikan harus mampu menjembatani dan membantu siswanya untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya, demi tercapainnya keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena setiap siswa memiliki pribadi yang berbeda, dan tidak semua mampu menanggung dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Proses pembelajaran dapat diartikan bukan hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peserta didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi yang ada dalam peserta didik, sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Proses pembelajaran tersebut harus berjalan dengan baik dan efektif yaitu proses pembelajaran yang menyenangkan, menggembirakan, bergairah, penuh motivasi tidak membosankan serta menciptakan kesan yang baik pada diri peserta didik. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian itu, maka proses pembelajaran harus disertai dengan memelihara motivasi, kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesedihan-kesedihan dan perbedaan-perbedaan perseorangan di antara peserta didik.4

Salah satu sarana untuk membantu siswa memecahkan masalahnya adalah dengan mengadakan program Bimbingan dan Konseling di sekolah, agar setiap siswa yang bermasalah dapat diketahui penyebabnya sehingga dengan demikian siswa dapat terbantu.

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu, agar ia memahami kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efekif di dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidupnya secara bertanggung jawab.

Dalam hubungannya dengan pendidikan bimbingan merupakan bagian integral dalam program pendidikan dan merupakan pelengkap bagi semua segi pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif. Sesuai dengan perumusan di atas,

4

Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: UIN Press, 2005), cet.1, h.225


(13)

bimbingan memilih bidang masalah yang dihadapi atau yang dialami oleh individu sebagai bidang operasinya.5

Diantara peran bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi akademis dan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.6

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling sangat penting dan diperlukan untuk membantu siswa mencapai tingkat perkembangan yang optimal, sesuai dengan kemampuan dan dapat mengatasi segala kesulitan yang dihadapinya, agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai dengan baik.

Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul:

PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP N 4 CIPUTAT”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Permasalahan – permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi, yaitu: a. Program layanan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat

b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat. c. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.

d. Hambatan-hambatan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.

e. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.

5

Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985),cet.1, h. 103

6


(14)

2. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan tersebut, penulis membatasinya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat. b. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.

c. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.

d. Pelakanaan pelayanan bimbingan dan konseling difokuskan pada kelas 3 di SMP N 4 Ciputat.

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu :

a. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diberikan di SMP N 4 Ciputat?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?

c. Adakah pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh penulis dari skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.

b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.

c. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar di SMP N 4 Ciputat.

2. Manfaat Penelitian

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran bagi pihak yang ingin mengkaji lebih jauh lagi masalah ini.


(15)

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi baru yang mendorong penulis untuk menindaklanjuti penelitian tersebut sehingga dapat diupayakan wujud nyatanya.

c. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk SMP N 4 Ciputat khususnya, atau sekolah lain pada umumnya, sehingga dapat diupayakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah lebih ditingkatkan lagi


(16)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memadu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).1

Menurut Arthur J. Jones, et. al, 1970 tentang bimbingan yang dikutip oleh Drs. Dewa Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu penerimanya (siswa atau klien) untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.2

1

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 5

2

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8


(17)

Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif, sebaliknya pernuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi oleh orang-orang sekelilingnya.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Imran ayat 159:3

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Al-Imran: 159)

Ayat di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa sebuah bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan, melainkan dengan lemah lembut, penuh penghayatan, dan pendekatan kemanusiaan, yang pada akhirnya tumbuh kesadaran dan tanggung jawab pada diri klien.

Definisi bimbingan dalam proses pendidikan, menurut Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa bimbingan dalam proses pendidikan adalah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya pribadi dan dunia sekitarnya, dan dapat mengambil keputusan untuk

3

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 103


(18)

melangkah lebih maju secara optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.4

Definisi bimbingan yang dikemukakan oleh Mortensen dan Schmuller, 1976 yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, “Bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu meyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokratis”5

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa agar siswa mampu membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, serta siswa dapat mengenal, memahami, menerima dirinya sendiri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan kehidupan sehingga mencapai kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial dalam pengembangan dirinya secara optimal.

b. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyimpulkan”.

Konseling menurut Tolbert, 1959 yaitu “bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua

4

Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 1, h. 6

5

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 94


(19)

orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar”. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.6

Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantu di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.

Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbulah pada diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.7

6

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99-101

7

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h.9


(20)

Islam pun memandang pentingnya sebuah konseling di dalam kehidupan manusia seperti yang difirmankan Allah SWT, dalam surat Yunus, ayat 57-58 :

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".8( Q.S. Yunus: 57-58)

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bimbingan dan konseling secara umum adalah proses pemberian tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada klien atau konseli secara sistematis melalui pertemuan tatap muka diantara keduanya, yang dimaksudkan agar konseli dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan menemukan masalah yang dialami serta dapat memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta dapat menyesuaikan diri terhadap tuntunan hidup.

Bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh kondisi psikis seseorang terhadap penyesuaian dirinya di rumah atau di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial ataupun pekerjaan.

8

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 215


(21)

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Menurut Rogers dan Smith, mereka mengatakan bahwa tujuan proses membantu adalah untuk memperlancar dan mempermudah perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan kliennya secara sosial. Untuk dapat memperlancar dan mempermudah pertumbuhan psikologis kliennya helper (konselor) harus memiliki kegairahan produktif dan ingin menghibur orang lainnya.

Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting sekolah maka dapatlah dirumuskan tujuan program layanan bimbingan sebagai berikut, yaitu:

1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam kemajuan di sekolah.

2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab.

3) Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang lain. 4) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

5) Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

6) Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. 7) Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam

bidang-bidang kehidupan lainnya.9

WS. Winkel membedakan tujuan bimbingan dan konseling dalam dua bagian, yaitu “tujuan sementara dan tujuan akhir”. Tujuan sementara ialah agar seseorang dapat bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir ialah agar seseorang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai

9

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 11


(22)

pandangannya sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.10

d. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud.

Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan yangdiberikan oleh seorang konselor. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.

Adapun fungsi- fungsi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:11

1) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) danlingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapakan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2) Fungsi Pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

10

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT. Gramedia, 1985), cet. 5, h. 17

11

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 196 – 197


(23)

3) Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.12

4) Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.13

5) Fungsi Pengembangan

Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar.14

e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Bimbingan harus merupakan bagian integral (terpadu) dari proses pendidikan di sekolah

2) Pelayanan bimbingan dilakukan secara terus menerus

3) Bimbingan dan penyuluhan berpusat pada siswa, artinya harus sesuai dengan kebutuhan siswa

4) Bimbingan tidak bersifat memerintah, melainkan memberikan masukan kepada siswa, dan keputusan terakhir dalam proses bimbingan dintentukan oleh siswa yang dibimbing.

5) Dalam pelaksanaan bimbingan para petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai pendekatan dan teknik yang tepat dalam melaksanakan tugasnya.15

12

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 16

13

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 215

14

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 12


(24)

6) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.

7) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan.

8) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.

9) Fungsi bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.

10)Akhirnya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesedihan dan kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri.16

f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan-pelayanan yang dapat dilaksanakan di sekolah, antara lain sebagai berikut:

1) Layanan Pengumpulan Data

Layanan pengumpulan data yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang peserta didik beserta latar belakangnya.

2) Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik.

3) Layanan Penempatan

15

Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2006), h.21-22

16

Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi dan karir), (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2005 ), cet. 2, h. 29-30


(25)

Layanan penempatan yaitu layanan untuk membantu peserta didik agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik.

4) Layanan Konseling

Layanan konseling yaitu layanan kepada peserta didik yang menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling.

5) Layanan Referal

Layanan referal yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani itu diluar kemampuan dan kewenangan personil atau guru pembimbing di sekolah tersebut.

6) Layanan Penilaian dan Tindak Lanjut

Layanan penilaian dan teknik tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan. Hasil penilaian ini selanjutnya dianalisis dan direncanakan tindak lanjut bimbingan berikutnya.17 Langkah tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan efektif tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan. Langkah ini merupakan langkah membantu siswa (klien) melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu siswa kembali memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalahnya semula.18

g. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling

Bimbingan terhadap anak dilakukan untuk sesuatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tentunya bermacam-macam bentuk bimbingan yang harus diberikan sedemikian rupa , sehingga tujuan tersebut akan tercapai.

17

H. Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, kurikulum 2004, (Jakarta: PT. Grasindo Anggota IKAPI, 2005), cet. 1, h. 19-20

18

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet. 1, h. 85-86


(26)

Sesuai dengan masalah yang akan dihadapi oleh seorang siswa, maka macam bimbingan dapat dibagi dalam:

1) Bimbingan Pengajaran dan Belajar

Bimbingan pengajaran dan belajar, dengan tujuan memecahkan persoalan berhubung dengan masalah belajar anak sekolah di sekolah dan di luar sekolah

Dengan bimbingan belajar diharapakan siswa melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin, sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.

2) Bimbingan Pendidikan

Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan.19

Bimbingan ini menitikberatkan pemberian bantuan kepada individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk menguasai berbagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang tercantum dalam kurikulum yang sedang berlaku.20

3) Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial bertujuan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik.

4) Bimbingan Masalah Pribadi

Bimbingan masalah pribadi bertujuan membantu siswa mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuannya siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya.

5) Bimbingan dalam Menggunakan Waktu Senggang

19

Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 34-35

20

Drs, Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, (Bandung: PT. ERESCO, 1988),cet. 1, h. 98-99


(27)

Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang yaitu bertujuan membantu siswa dalam mengisi waktu senggang, juga dilakukan secara individual, karena setiap siswa mempunyai bakat dan ciri kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda.

Bimbingan diberikan dalam hal pengisian waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang prestasi-prestasi di sekolah maupun di bidang lain dalam pekerjaan dan rekreasi yang sehat serta bermanfaat.

6) Bimbingan Pekerjaan

Bimbingan pekerjaan bertujuan memberikan penerangan mengenai pekerjaan dan tugas-tugas apakah yang tercakup dalam pekerjaan tersebut.

Bagi anak-anak yang sudah meningkat dewasa, perlu diberikan penerangan-penerangan mengenai pekerjaan yang dapat dipilihnya kelak, meliputi macam-macam pekerjaan, tugas-tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan masing-masing.21

h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen (bagian) dari keseluruhan penyelengaraan pendidikan di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai strategi dasar sebagian tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan/pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan yang memiliki masalah. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling ialah suatu proses pemberian bantuan/pelayanan kepada siswa pada setiap jenjang sekolah, dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa dalam rangka mengembangkan pribadinya secara optimal. Sehingga siswa dapat memahami tentang diri, mengarahkan diri, serta perilaku atau

21

Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 36-38


(28)

bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Bantuan mana yang diberikan dengan melalui cara-cara yang efektif yang bersumberkan pada ajaran agama serta nilai-nilai agama yang ada pada diri pribadinya.22

Langkah ini pada pokoknya merupakan seperangkat kegiatan yang telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan berkelanjutan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa aspek di antaranya:

a. Persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling

Dalam persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah, langkah-langkah yang harus dilalui diantaranya meliputi:

1) Studi Kelayakan. dalam studi kelayakan perlu dipertimbanglan beberapa aspek diantaranya sarana dan prasarana. Dari hasil pengkajian tersebut beberapa kesimpulan (a)Suatu kegiatan layak diksanakan, b) suatu kegiatan layak dilaksanakan, c) kegiatan layak dilaksanakan.

2) Penyususnan Program. Program bimbingan dan konseling di sekolah di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan berkelanjutan. Setiap tahun ajaran sekolah hendaknya menyusun program bimbingan dan konseling yang selaras dengan program sekolah secara keseluruhan.

3) Penyediaaan fasilitas Bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem akan membutuhkan ruang dan waktu serta perlengkapan. Dalam penerapannya keadaan untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling nini tidak selalu memadai suatu hal yang lumrah pada hampir semua kegiatan. Fasilitas yang perlu disediakan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

22

Kartini kartono, Bimbingan dan dasar-dasar pelaksanaan, (Cv. Rajawali, 1985), cet. 1, h.6


(29)

a) Fasilitas Fisik berupa

1. Menetapkan ruangan khusus untuk keperluan bimbingan dan konseling dari bangunan sekolah yang ada.

2. Memanfaatkan ruang-ruang kegiatan lain untuk

kepentingan bimbingan dan konseling saat tidak dipakai. 3. Memanfaatkan lapangan, halaman atau lahan kosong

sekolah untuk kegiatan bimbingan dan konseling.

4. Menyediakan ruang penyimpanan hasil-hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling.

5. Menyiapkan ruangan sumber bimbingan dan konseling 6. Menetapkan ruang khusus untuk penyuluhan

7. Menyediakan alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling yang memadai, seperti papan pengumuman, almari, meja, kursi dan sebagainya

b) Fasilitas teknis. Penyediaan fasilitas teknis meliputi seperti tes psikologi, angket, kuesioner, inventori dan buku paket bimbingan dan konseling dan buku tugas bimbingan dan konseling serta sumber-sumber informasi, seperti: Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI).

c) Penyediaan anggaran. Anggaran yang perlu dipersiapkan di antaranya untuk pos-pos: pembiayaan personil, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknik, biaya operasional dan biaya riset.

4) Pengorganisasiaan. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diorganisasikan semua kegiatan bimbingan dan konseling. Pengorganisasian bertujuan mengatur cara kerja, prosedur, kerja, dana pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah ialah kepala


(30)

sekolah, koordinator BP beserta guru BP lainnya, wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, pejabat dan tokoh masyarakat, serta unsur-unsur yang terkait.

5) Pertemuan petugas Bimbingan dan Konseling dengan Staf Sekolah yang terkait. Mengadakan pertemuan antara petugas bimbingan dan konseling dengan staf sekolah lainnya yang terkait pihak-pihak yang lain meliputi: pertemuan insidentil, pertemuan rutin, dan pertemuan khusus.

6) Menerapkan instrumen, paket bimbingan dan konseling. Pengadaan instrumen, paket BK dan sumber informasi mengenai bimbingan dan konseling dilakukan dengan cara:

a) Menugaskan pada setiap siswa untuk membeli paket bimbingan dan konseling yang telah diterbitkan oleh penerbit.

b) Menggunakan paket BK yang sama jumlahnya dengan banyak siswa secara mandiri.

c) Mengadakan paket BK terbatas untuk satu atau dua kelas saja (LKS) digandakan sesuai dengan jumlah siswa masih mengenai pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.

d) Menyediakan informasi, seperti informasi mengenai

pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya. e) Instrumen tentang bakat dan minat.

b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa sapek, diantaranya:

1) Layanan informasi, kepada: siswa, guru bidang studi, wali kelas, orang tua/wali, instansi, masyarakat. Layanan informasi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting, karena informasi merupakan suatu proses yang dinamis dalam menuju suatu sasaran pengetahuan, dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu para siswa untuk memahami


(31)

dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya.

2) Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa. Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa adalah merupakan seperangkat kegiatan berupa pengaturan jadwal pemberian tugas kepada siswa sehingga para siswa di sekolah tetap dapat melakukan tugas-tugas intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler, disamping melaksanakan tugas-tugas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

3) Ceramah dari tokoh berkarir. Dalam memberikan informasi tentang karir dapat pula diberikan atau dilakukan dengan mengundang orang-orang atau tokoh-tokoh berkarir tertentu ke sekolah-sekolah untuk memberikan ceramah.

4) Kunjungan pengumpulan informasi di berbagai perusahaan atau pun perguruan tinggi (PTN/PTS) dari lapangan pekerjaan. Kunjungan pengumpulan informasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan mendapatkan berbagai keterangan yang bersangkut paut dengan kehidupan, dunia kerja, pendidikan, dan instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang dikunjungi. 5) Membuat peta dunia kerja di lingkungan daerahnya. Kegiatan

dalam pelaksanaan penyusunan program bimbingan karir di sekolah-sekolah kiranya terlebih dahulu perlu dibuat peta dunia kerja.

6) Konsultasi/konseling. Konseling yang dimaksud disini ialah suatu proses pemberian bantuan kepada siswa secara individu agar dapat memilih program studinya di sekolah secara tepat. Konseling merupakan teknik bimbingan yang dilaksanakan memulai pendekatan individu dalam rangkaian wawancara konseling.


(32)

c. Program penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling Penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling adalah seperangkat kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya untuk mengatasi berbagai bentuk hambatan yang dihadapi dan dijumpai dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Kegiatan penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling meliputi:

1) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di kelas dan tindak lanjutnya, meliputi:

a) Menilai sampai seberapa jauh para siswa mampu memilih secara tepat program studi pilihan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

b) Menilai sampai seberapa jauh siswa memiliki motivasi untuk berprestasi.

c) Mengadakan follow-up studies terhadap lulusan, terutama berkaitan dengan kelanjutan studi dan proses memasuki dan mengembangkan karirnya.

d) Membuat kemungkinan-kemungkinan perbaikan program bimbingan dan konseling.

2) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di ruang bimbingan dan tindak lanjutnya, diantaranya:

a) Menilai seberapa jauh dilaksanakan koordinasi pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b) Menilai keberhasilan mekanisme kerja antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

c) Menilai seberapa banyak data-data siswa yang telah terkumpul, diolah, dan bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling.

d) Menilai keberhasilan penyusunan program bimbingan dan konseling baik yang dilaksanakan di kelas maupun di luar sekolah.


(33)

e) Mengadakan follow-up studies terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah disusun.

f) Mengadakan kemungkinan perbaikan program.

3) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah dan tindak lanjut, diantaranya:

a) Menilai sampai seberapa jauh dapat dikumpulkannya informasi-informasi yang dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

b) Menilai hasil-hasil kegiatan siswa yang telah terkumpul berupa laporan kegiatan.

c) Menilai sampai seberapa jauh sekolah dapat melaksanakan orientasi atau latihan kerja bagi para siswa di instansi/masyarakat.

d) Memonitoring terhadap siswa yang melakukan orientasi atau latihan kerja.

e) Menilai sampai seberapa jauh dalam dimanfaatkannya sumber yang tersedia di masyarakat.

4) Penilaian program bimbingan dan konseling secara keseluruhan dan tindak lanjutnya. Kegiatan tersebut merupakan seperangkat kegiatan untuki mengetahui sampai seberapa jauh tingkat keberhasilan keseluruhan bimbingan dan konseling dan usaha-usaha untuk mengatasinya. Biasanya penilaian dan tindak lanjutnya diselenggarakan pada akhir masa program.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang


(34)

menggambarkan tentang hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.

Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing kedua kata tersebut.

Prestasi artinya hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan.23

Prestasi adalah merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai.24

Menurut M. Ngalim Purwanto prestasi adalah merupakan “sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswa-siswanya atau dosen kepada mahasiswa-siswanya dalam waktu tertentu”.25

Hilgard mengatakan : “Learning is the prosses by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factory not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar.26

Definisi belajar mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.27

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

23

Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454

24

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h.51

25

M. Ngalim purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997),h. 6

26

Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.2, h. 35

27

Drs. Martinis Yamin, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h.99


(35)

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.28

Biggs dalam pendahuluan Teaching for learning

mengidentifikasikan belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif.

Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar.

Adapun pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau mutu), ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.29

Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu panjang. Selain

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h. 2

29

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 90-91


(36)

itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.

Dari pengertian-pengertian prestasi dan pengertian-pengertian belajar maka dapat yang disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.

Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap kemampuan kognitif, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah nilai raport siswa.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.

Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu:

a. Faktor-Faktor Internal 1) Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.


(37)

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.30

2) Faktor Psikologis a) Intelegensi

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya unuk memperoleh sukses.31

b) Perhatian

Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal). Atau sekumpulan objek. Untuk mendapat hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,

30

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.54-55

31

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 134


(38)

sehingga is tidak suka lagi untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.32

c) Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkainkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

d) Bakat

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebenarnya setiap orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.33 Bakat itu ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.34Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi

e) Motiva

belajar.

si

3232

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.56

33

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 135-136

34

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet.7, h. 168


(39)

Yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Sartain motivasi yaitu suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.35 Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan m

aan-kebiasan h lingkungan yang memperkuat, jadi, latihan

f)

emperhatikan teknik di faktor fisiolog

s ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnyamemperoleh tenaga kembali.37

elaksanakan kegiatan yang berhubungan menunjang belajar.

Jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu didalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebias

dan pengaru

/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.36

Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa m

is, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar haru

35

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),cet. 12. h. 60

36

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.58

37

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h.57-58


(40)

b. Faktor-Faktor Eksternal 1) Faktor

na dan sampai di mana belajar pai oleh anak-anak.

2) Faktor

iknya, turut menentukan hasil belajar yang

3) Faktor

dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadi

dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman

Keluarga

Cara orang tua mndidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.38Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan denografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.39Suasana keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaima

dialami dan dica

Sekolah

Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak did

dapat dicapai anak.40

Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat

nya.

Pengaruh dari teman bergaul pun siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar

38

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.60

39

Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 138

40

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),cet. 12. h.104


(41)

bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.41

3. Siswa

a. Pengertian Siswa

Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.

Menurut Abu Ahmadi siswa adalah Seseorang yang tidak

bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat dan keinginan sendiri.42

Dalam kamus umum bahasa Indonesia pengertian siswa adalah murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.43

Siswa dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah. Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik/siswa usia SMP adalah semua anak yang berada pada rentang usia sekitar 13-15 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SMP.44

Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan siswa adalah setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.

41

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.69-70

42

http//fatahwarteg.wordpress. com

43

Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454

44


(42)

b. Pengertian Remaja

Masa remaja merupakan masa peralihan, masa ini merupakan masa transisi menuju dunia orang dewasa. Pada umumnya mereka masih belajar di bangku sekolah menengah.45

Menurut Dr. Zakiah Daradjat remaja adalah suatu masa dan umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Biasanya dimulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksuil, biasanya terjadi pada umur antara 13-14 tahun. Perubahan itu disertai atau diiringi oleh perubahan-perubahan lain yang berjalan sampai umur 20 tahun. Karena itulah maka masa remaja itu dapat dianggap terjadi antara umur 13-20 tahun.46

Kemudian menurut Steinberg, remaja (adolescene) berasal dari kata latin yang diperoleh dari kata kerja adolescene, yang berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam pandangan masyarakat, masa remaja adalah waktu untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidak matangan masa kanak-kanak menuju ke arah kematangan pada usia dewasa. Sedangkan menurut Santrock, remaja didefinisikan sebagai transisi periode perkembngan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.47

Dalam perkembangan kepribadian seseorang, remaja mempunyai arti khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk

45

T.O. Ihrom, Sosiologi Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia: 1999), cet. 1, h.117

46

Dr. Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)

47

Zahrotun Nihayah, dkk, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. 2, h. 105-106


(43)

golongan anak, tidak pula termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.48

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, penulis dapat menegaskan bahwa, yang dimaksud remaja adalah individu yang sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan, baik fisik maupun psikis.

c. Ciri-ciri Karakteristik Remaja

Masa remaja merupakan transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, naik fisik maupu psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi. Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah suatu proses transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.

Keadaan labil ini biasa terlihat dan ciri-ciri khas remaja itu sendiri yang membedakan mereka dari kanak-kana dan orang dewasa.

Ciri-ciri khas remaja antara lain:

1) Kecanggungan dalam bergaul dan kaku dalam bergerak, sebagai akibat perkembangan fisik, ini biasanya menyebabkan perasaan rendah diri pada remaja. Untuk menutup hal tersebut remaja terkadang berprilaku berlebihan.

2) Secara keseluruhan tidak ada keseimbangan, terutama emosi yang sangat labil. Emosional yang berubah-ubah, suasanan hati yang tidak

48

F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, ( Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), cet. 14, h. 259


(44)

dapat diduga-duga sering menyulitkan orang tua mereka dan begitupun dewasa untuk mengadakan pendekatan.

3) Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh pada masa sebelumnya. Hal ini menyebabkan perasaan kosong di dalam diri remaja ingin merenggangkan ikatan dengan orang tua atau dengan orang dewasa lainnya.

4) Gelisah, kegelisahan ini terjadi karena remaja mempunyai banyak keinginan tetapi tidak punya kemampuan untuk memenuhinya. Banyak cita-cita dan angan-angan sampai sitinggi langit, tetapi tidak mungkin terpenuhi.

5) Banyak fantasi berkhayal merupakan ciri khas remaja. Banyak hal yang tidak mungkin tercapai, bisa tercapai dengan fantasi. Remaja berfantasi mengenai banyak pengagum untuk mengejarnya, sesungguhnya dalam kesepiannya membuat cerita khayalan tersebut.49

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

1) Masa Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2) Masa Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impluvisitas, dan membuat keputusan-keputusan awal

49

Agoes Dariyanto, Psikologi Perkembangan Remaja, (Jakarta: Ghia Indonesia, 2004), h. 218


(45)

yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3) Masa Remaja Akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.50

Ada beberapa ciri proses perubahan pada masa remaja yang harus diketahui, diantaranya ialah:

1) Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Dalam hal ini kadang-kadang orang tua tidak mau mengerti, dan marah-marah bila anaknya terlalu makan dan banyak tidurnya. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.51

Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, yang tampak pada perilaku yang canggung dalam proses penyesuaian diri remaja, isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung serta “melawan” kewenangan, dan semacamnya.52

50

Dr. Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), cet. 1,h. 28-29

51

Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995),cet. 5, h. 65

52

Prof. Dr. Sunarto & Dra. Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), cet. 1, h. 95


(46)

2) Perkembangan Seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama.

3) Cara Berpikir Kausalitas

Ciri ketiga ialah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk di depan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Andaikan yang dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menurut perintah orang tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk di depan pintu. Bila orang tua tidak mampu menjawab pertanyaan anaknya itu, dan menganggap anak yang dinasihati itu melawan, lalu ia marah kepada anaknya, maka anak yang menginjak remaja itu pasti akan melawannya. Sebab anak itu merasa dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua suka memperlakukannya sebagai anak-anak yang bisa dibodohi. Guru juga akan mendapat perlawanan bila ia tidak mengerti cara berpikir remaja yang kausalitas.

Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berpikir remaja, akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antarpelajar yang sering terjadi di kota besar.


(47)

4) Emosi yang Meluap-meluap

Keadaan emosi remaja masih masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, di lain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya karena, misalnya, dipelototi. Kalau sedang senang-senangnya mereka mudah lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap itu, bahkan remaja mudah terjerumus ke dalam tindakan tidak bermoral, misalnya remaja yang sedang asyik berpacaran bisa terlanjur hamil sebelum mereka dinikahkan, bunuh diri karena putus cintanya, membunuh orang karena marah, dan sebagainya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realitis.

5) Mulai Tertarik kepada Lawan Jenisnya

Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya.

Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang seusia dengannya. Karena itu ia tertarik kepada pemuda yang berusia berapa tahun di atasnya. Keadaan ini terus nerlangsung sampai ia duduk di bangku kuliah. Pada masa itu akan terlihat pasangan muda-mudi yang pemudanya berusia lebih tua daripada gadisnya.

6) Menarik Perhatian Lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapat status dan peranan seperti kegiatan remaja di kampung-kampung yang diberi peranan. Misalnya


(48)

mengumpulkan data atau sumbangan kampung, pasti ia akan melaksanakannya dengan baik. Bila tidak diberi peranan, ia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian masyarakat, bila perlu melakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya anak kecil.53

B. Kerangka Berpikir

Sejalan dengan perkembangan zaman yang maju pesat yang sangan erat hubungannya dengan sumber daya manusia sebagai produsen dan juga pertambahan penduduk yang semakin meningkat, sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Dengan adanya perubahan diberbagai bidang eperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik dalam peningkatan efisien dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan, pemerintah perlu mengadakan perbaikan dan pembaruan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan atas Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan lebih menekankan kepada tujuan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan penuh kreativitas sehingga bisa mandiri yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.

Sumber daya manusia mulai berkembangan kepribadian serta tingkah lakunya (pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya) mulai dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Perguruan Tinggi (PT), begitu juga dengan keadaan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menekankan bahasan pada pengaruh bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX SMPN Ciputat agar didapatkan sumberdaya manusia yang lebih berkualitas untuk masa yang akan datang.

53

Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Remaja Rosda Karya: 1995), cet. 5, h. 65-66


(1)

R Pernyataan/Nilai Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 24 24 25 26

1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 4 4 3 2 4 2 3 3 2 3 4 3 4 4 76 2 4 3 3 2 3 3 1 2 3 1 2 4 4 3 2 2 4 2 4 4 3 2 2 2 4 3 72 3 4 2 3 2 4 2 1 3 3 2 2 4 4 4 3 3 4 1 4 3 2 2 3 2 3 3 73 4 4 2 3 2 3 2 1 2 3 3 2 4 4 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 69 5 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 2 4 4 4 3 3 4 1 3 4 2 2 4 3 3 2 72 6 2 2 3 2 3 1 1 3 3 2 2 3 3 3 2 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 70 7 3 3 4 2 1 2 1 3 4 1 1 3 4 4 3 3 4 2 4 2 3 3 2 2 3 3 70 8 4 3 2 1 2 2 2 4 4 2 1 3 4 3 2 2 4 2 4 3 4 2 1 3 3 4 71 9 3 2 2 1 2 1 2 3 2 3 1 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 2 2 4 67 10 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 4 4 1 3 4 2 2 3 3 2 3 63 11 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 1 2 3 2 3 4 2 3 3 66 12 2 4 1 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 1 3 3 3 4 4 3 4 2 77 13 3 3 2 1 4 2 3 3 2 3 3 4 2 4 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 3 2 77 14 3 4 3 3 4 3 2 4 3 2 4 3 2 3 4 2 4 2 3 4 3 4 2 4 3 3 70 15 4 4 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 1 4 4 3 3 2 4 3 4 78 16 4 2 4 3 3 2 1 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 76 17 3 2 2 3 4 3 1 4 4 3 2 3 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 74 18 3 3 3 2 3 1 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 1 2 3 3 3 4 3 3 3 77 19 4 1 2 1 2 2 3 3 2 2 4 4 3 4 2 2 4 2 2 3 3 2 4 4 2 3 70 20 4 1 1 2 3 1 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 4 1 2 3 4 3 3 3 2 4 70 21 4 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 4 3 2 3 4 74 22 4 1 1 1 3 2 2 1 3 3 2 3 4 3 1 4 4 3 4 3 4 4 2 2 4 4 72 23 3 2 1 2 3 1 3 2 2 3 2 2 3 4 1 4 4 3 3 4 4 3 3 1 3 3 69 24 4 1 1 2 3 3 4 3 1 2 3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 1 3 3 69 25 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 1 3 3 4 3 3 4 1 3 2 4 2 3 1 4 3 69


(2)

26 3 4 3 2 2 4 3 1 3 3 1 4 3 4 1 3 4 2 4 3 4 3 4 2 3 3 76 27 2 4 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 3 4 2 4 4 1 3 4 4 3 4 3 4 3 79 28 2 1 4 2 1 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 2 78 29 2 2 3 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 4 4 4 4 2 3 2 2 3 2 3 2 2 68 30 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 1 4 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 2 4 2 3 71 31 2 3 2 1 3 1 3 2 3 1 2 4 3 3 2 3 4 1 4 4 3 2 3 3 4 2 68 32 3 2 2 1 4 1 3 3 3 2 3 4 4 2 2 2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 2 70 33 3 3 3 1 3 1 4 2 2 1 3 4 3 2 1 4 4 1 3 3 2 4 2 2 3 3 67 34 3 2 3 3 3 1 4 2 1 1 2 3 2 4 2 3 4 1 3 2 3 4 4 2 4 3 69 35 3 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 2 3 3 3 4 4 67 36 3 1 2 3 2 2 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 2 2 4 1 2 2 4 4 4 74 37 4 2 2 2 2 1 4 1 3 3 2 2 4 3 3 4 4 1 2 4 3 3 4 3 3 3 66 38 3 2 3 3 3 1 2 3 4 3 1 3 3 4 2 4 4 2 3 4 3 4 3 3 3 3 76 39 4 2 4 4 4 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 4 4 1 4 4 2 3 2 2 2 2 70 40 3 2 3 4 3 1 1 2 4 2 3 4 2 4 2 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 69 41 4 2 1 4 4 1 2 4 3 1 2 4 3 4 4 2 4 1 4 3 1 3 2 4 3 1 71 42 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 1 75 43 4 3 3 3 2 3 1 4 3 2 4 3 4 4 2 3 4 2 4 3 2 3 4 4 4 2 76 44 4 4 4 2 2 4 2 3 2 2 3 2 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 80 45 4 3 3 4 1 3 2 4 2 3 2 3 3 4 2 2 4 1 4 3 2 3 4 2 4 2 74 46 3 4 2 2 1 3 1 3 3 3 2 3 3 4 2 1 4 2 4 3 1 2 3 3 3 3 68 47 3 2 1 2 1 2 1 4 4 2 1 2 2 4 1 2 4 1 3 2 2 3 2 1 2 4 58 48 3 2 2 1 2 1 3 3 4 3 2 3 2 4 2 2 4 2 3 3 2 2 1 1 3 4 64 49 4 2 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 2 2 4 3 3 1 1 4 4 76 50 4 2 4 3 4 2 1 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 2 3 2 2 3 3 73 51 4 3 4 2 3 1 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 1 4 3 3 4 3 78 52 2 3 4 2 3 4 4 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 3 2 3 2 3 2 2 4 2 78


(3)

53 2 1 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 1 4 2 3 2 3 3 1 3 3 3 71 54 3 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 2 2 4 2 3 3 2 4 1 2 2 4 68 55 3 2 2 1 4 2 3 3 2 1 1 4 4 4 3 2 4 2 2 3 3 4 2 1 2 3 67 56 4 1 3 1 3 4 2 3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 1 3 4 2 4 3 1 4 3 74 57 4 2 3 2 3 3 1 3 2 1 3 4 4 3 2 4 4 2 4 4 2 3 4 2 3 4 74 58 4 1 2 3 2 4 1 4 3 2 2 1 2 3 3 3 4 1 3 4 1 3 3 2 4 4 69 59 3 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 2 3 4 3 4 4 2 2 3 2 2 3 2 3 3 66 60 2 2 2 3 1 4 3 4 4 2 1 2 2 3 3 3 4 3 3 4 2 2 4 3 3 4 73 61 3 3 2 3 1 4 4 4 3 1 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 79 62 4 2 2 4 1 3 1 3 2 3 2 4 4 4 2 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 73 63 4 3 2 3 2 2 1 2 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 4 2 2 3 1 4 2 3 70 64 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 2 1 4 1 3 3 1 3 2 3 2 3 65 65 3 1 1 3 4 1 3 2 2 3 3 3 4 3 3 1 4 2 4 4 1 4 1 2 3 3 68 66 4 4 1 1 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 4 4 1 3 4 1 4 2 1 4 2 72 67 3 4 2 2 2 3 4 3 3 1 1 4 3 3 3 3 4 1 4 3 2 3 1 2 3 2 69 68 4 3 2 3 3 4 3 4 2 2 1 4 2 2 4 2 4 1 3 3 2 2 1 2 3 2 68 69 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3 3 4 4 1 4 3 3 1 1 3 4 3 75 70 4 3 3 4 3 2 2 2 4 4 2 1 2 4 4 3 4 1 3 2 3 2 4 3 4 3 76 71 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 2 4 2 3 3 4 4 1 4 3 2 2 3 4 3 4 70 72 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 2 1 2 3 4 4 70 73 3 2 2 2 3 3 2 3 4 2 3 1 2 2 3 2 4 1 4 3 1 2 2 3 3 3 65 74 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 4 1 4 3 1 2 3 2 3 3 65 75 3 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 3 4 4 3 4 1 3 2 2 3 4 3 3 4 71 76 2 1 3 3 2 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 3 4 4 3 79 77 3 2 2 3 3 1 2 4 2 1 2 4 3 3 3 3 4 1 4 4 3 2 4 3 3 3 72 78 4 2 2 2 3 2 1 4 2 3 3 4 4 4 2 2 4 2 4 4 3 2 3 3 4 3 73 79 4 3 3 2 4 1 2 3 3 2 3 3 3 4 3 1 4 1 4 4 3 3 2 2 4 3 74


(4)

80 4 3 3 2 3 2 1 2 4 1 1 3 4 3 4 2 4 2 3 4 2 4 3 1 3 3 71 81 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 4 3 4 1 3 3 2 4 4 1 3 3 69 82 2 4 2 1 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 4 2 3 3 1 3 4 2 2 3 69 83 2 3 2 2 2 4 2 2 1 2 2 3 4 3 2 3 4 1 4 4 2 3 3 3 3 3 69 84 3 3 2 3 1 4 2 3 1 3 1 4 4 4 3 4 4 2 3 4 2 2 2 3 3 4 74 85 3 2 2 3 2 3 1 3 2 4 2 4 4 3 3 3 4 1 3 3 2 1 2 2 4 4 67 86 3 3 2 2 4 2 2 3 1 4 3 3 2 4 4 2 4 2 2 3 2 2 3 4 3 3 72 87 3 3 2 2 3 3 1 3 2 3 4 2 2 4 3 3 4 1 3 3 3 2 4 3 4 3 70 88 4 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 2 3 2 2 3 4 2 4 4 75 89 4 4 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 1 4 2 3 4 1 3 2 3 4 3 2 4 3 72 90 4 3 4 2 4 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 3 4 2 3 2 3 2 3 1 4 3 70


(5)

PEDOMAN WAWANCARA GURU BK SMP N 4 CIPUTAT

Masalah : Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMP N 4 Ciputat.

Interview : Puji Rahayu, S.Pd Tempat : SMPN 4 Ciputat Tanggal : Rabu, 20 Mei 2009 Waktu : 09.00 WIB

1. Apakah yang melatarbelakangi rutinitas pelaksanaan bimbingan dan konseling? 2. Permasalahan apa saja yang sering dihadapi siswa yang berpengaruh terhadap

prestasi belajarnya?

3. Apakah pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan secara berkesinambungan kepada semua siswa yang membutuhkan bantuan?

4. Dalam pelaksanaan konseling, adakah ruangan khusus yang digunakan?

5. Apakah siswa yang mendapat layanan bimbingan dan konseling datang sendiri untuk meminta bantuan kepada konselor?

6. Pelayanan-pelayanan BK apa saja yang anda berikan kepada siswa agar prestasi belajar siswa meningkat?

7. Apakah pelayanan bimbingan yang diberikan berpengaruh baik (positif) terhadap prestasi belajar siswa? Apa saja pengaruh baik tersebut?

JAWABAN

1. Perkembangan siswa perlu mendapatkan pengamatan, karena perkembangan siswa sangat karakteristik. Siswa perlu mendapatkan bimbingan khusus atas perubahan-perubahan, perkembangan dalam dirinya.

2. Permasalahan yang dihadapi oleh para siswa yaitu: a. Cara belajar yang salah

b. kurang tepat dalam memilih teman c. tidak punya tujuan hidup yang jelas


(6)

d. kurangnya sarana belajar dirumah e. terlalu banyak bermain

3. a. Secara umum pelaksanaan BK dilakukan secara terus menerus sampai siswa dapat memecahkan masalahnya sendiri

b. secara khusus ada siswa yang cepat dapat menyelesaikan masalahnya 4. Dalam memberikan konseling kepada siswa disediakan ruangan khusus,

karena azas kerahasiaan harus dijaga.

5. Siswa yang mendapat bantuan layanan BK ada 3 kategori. 1. Siswa datang sendiri

2. Siswa yang dipanggil oleh konselor

3. Siswa yang dirujuk oleh guru atau wali kelas 6. - Layanan orientasi dan informasi

- Layanan penempatan dan penyaluran - Layanan pembelajaran

- Layanan konseling individu - Layanan konseling kelompok - Layanan bimbingan individu - Layanan bimbingan kelompok - Layanan konsultasi

- Layanan mediasi

7. Layanan berpengaruh positif (+)

- Siswa menyadari atas sikap dan perbuatannya - Siswa bangkit motivasinya


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 205 Kalideres Jakarta Barat

0 6 65

Peran Bimbingan belajar guru PAI Terhadap Prestasi belajar Siswa Pada mata Pelajarn Pendidikan agama Islam Kelas 11 di SMPN 2 Ciputat

0 4 85

Pengaruh bimbingan dan konseling terhadap peningkatan prestasi belajar pendidikan Agama Islam Siswa di SMPN 13 Depok

0 11 87

Stategi Bimbingan Dan Konseling Dalam Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMPN 2 Ciputat

0 3 90

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Bimbingan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas VII SMP NEGERI 2 GATAK TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 15

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII Pengaruh Bimbingan Konseling Dan Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri I Sine Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 14

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN CARA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI Pengaruh Bimbingan Konseling Dan Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri I Sine Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 16

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Bimbingan Konseling Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada SMA Negeri I Jatisrono Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 17

PENGARUH BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pengaruh Bimbingan Konseling Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada SMA Negeri I Jatisrono Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 16

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR (LBB) DENGAN SISWA YANG TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR KELAS IX DI SMPN 1 NGANJUK

0 0 12