34
golongan anak, tidak pula termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.
48
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, penulis dapat menegaskan bahwa, yang dimaksud remaja adalah individu yang
sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan, baik fisik
maupun psikis.
c. Ciri-ciri Karakteristik Remaja
Masa remaja merupakan transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan, naik fisik maupu psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai
bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduksi. Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai
melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah suatu proses transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil. Keadaan labil ini biasa terlihat dan ciri-ciri khas remaja itu sendiri
yang membedakan mereka dari kanak-kana dan orang dewasa. Ciri-ciri khas remaja antara lain:
1 Kecanggungan dalam bergaul dan kaku dalam bergerak, sebagai akibat
perkembangan fisik, ini biasanya menyebabkan perasaan rendah diri pada remaja. Untuk menutup hal tersebut remaja terkadang berprilaku
berlebihan. 2
Secara keseluruhan tidak ada keseimbangan, terutama emosi yang sangat labil. Emosional yang berubah-ubah, suasanan hati yang tidak
48
F. J. Monks, dkk, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002, cet. 14, h. 259
35
dapat diduga-duga sering menyulitkan orang tua mereka dan begitupun dewasa untuk mengadakan pendekatan.
3 Perombakan pandangan dan petunjuk hidup yang telah diperoleh pada
masa sebelumnya. Hal ini menyebabkan perasaan kosong di dalam diri remaja ingin merenggangkan ikatan dengan orang tua atau dengan
orang dewasa lainnya. 4
Gelisah, kegelisahan ini terjadi karena remaja mempunyai banyak keinginan tetapi tidak punya kemampuan untuk memenuhinya. Banyak
cita-cita dan angan-angan sampai sitinggi langit, tetapi tidak mungkin terpenuhi.
5 Banyak fantasi berkhayal merupakan ciri khas remaja. Banyak hal
yang tidak mungkin tercapai, bisa tercapai dengan fantasi. Remaja berfantasi mengenai banyak pengagum untuk mengejarnya,
sesungguhnya dalam kesepiannya membuat cerita khayalan tersebut.
49
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1 Masa Remaja Awal 12-15 tahun
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang
unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat dengan teman sebaya. 2
Masa Remaja Pertengahan 15-18 tahun Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir
yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini
remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impluvisitas, dan membuat keputusan-keputusan awal
49
Agoes Dariyanto, Psikologi Perkembangan Remaja, Jakarta: Ghia Indonesia, 2004, h. 218
36
yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3 Masa Remaja Akhir 19-22 tahun
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran- peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan
tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam
kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini.
50
Ada beberapa ciri proses perubahan pada masa remaja yang harus diketahui, diantaranya ialah:
1 Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Untuk
mengimbangi pertumbuhan yang cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur yang lebih banyak. Dalam hal ini kadang-kadang
orang tua tidak mau mengerti, dan marah-marah bila anaknya terlalu makan dan banyak tidurnya. Perkembangan fisik mereka jelas terlihat
pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat, sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi
kepalanya masih mirip dengan anak-anak.
51
Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan tingkah laku remaja, yang tampak pada perilaku yang canggung dalam proses
penyesuaian diri remaja, isolasi diri dari pergaulan, perilaku emosional seperti gelisah dan mudah tersinggung serta “melawan” kewenangan,
dan semacamnya.
52
50
Dr. Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, cet. 1,h. 28-29
51
Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995,cet. 5, h. 65
52
Prof. Dr. Sunarto Dra. Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, cet. 1, h. 95
37
2 Perkembangan Seksual
Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian,
bunuh diri, dan sebagainya. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya: alat produksi spermanya mulai berproduksi,
ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya
sudah dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi datang bulan yang pertama.
3 Cara Berpikir Kausalitas
Ciri ketiga ialah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Misalnya remaja duduk di depan pintu,
kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Andaikan yang dilarang itu anak kecil, pasti ia akan menurut perintah orang
tuanya, tetapi remaja yang dilarang itu akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh duduk di depan pintu. Bila orang tua tidak mampu
menjawab pertanyaan anaknya itu, dan menganggap anak yang dinasihati itu melawan, lalu ia marah kepada anaknya, maka anak yang
menginjak remaja itu pasti akan melawannya. Sebab anak itu merasa dirinya sudah berstatus remaja, sedangkan orang tua suka
memperlakukannya sebagai anak-anak yang bisa dibodohi. Guru juga akan mendapat perlawanan bila ia tidak mengerti cara berpikir remaja
yang kausalitas. Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan
bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Bila guru dan orang tua tidak memahami cara berpikir remaja,
akibatnya timbullah kenakalan remaja berupa perkelahian antarpelajar yang sering terjadi di kota besar.
38
4 Emosi yang Meluap-meluap
Keadaan emosi remaja masih masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali,
di lain waktu ia bisa marah sekali. Hal ini terlihat pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya karena,
misalnya, dipelototi. Kalau sedang senang-senangnya mereka mudah lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap itu,
bahkan remaja mudah terjerumus ke dalam tindakan tidak bermoral, misalnya remaja yang sedang asyik berpacaran bisa terlanjur hamil
sebelum mereka dinikahkan, bunuh diri karena putus cintanya, membunuh orang karena marah, dan sebagainya. Emosi remaja lebih
kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realitis.
5 Mulai Tertarik kepada Lawan Jenisnya
Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan remaja, mereka mulai tertarik
kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran. Jika hal ini orang tua kurang mengerti, kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah,
dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya. Secara biologis anak perempuan lebih cepat matang daripada
anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai dengan 18 lebih cenderung untuk tidak merasa puas dengan perhatian pemuda yang
seusia dengannya. Karena itu ia tertarik kepada pemuda yang berusia berapa tahun di atasnya. Keadaan ini terus nerlangsung sampai ia
duduk di bangku kuliah. Pada masa itu akan terlihat pasangan muda- mudi yang pemudanya berusia lebih tua daripada gadisnya.
6 Menarik Perhatian Lingkungan
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapat status dan peranan seperti kegiatan
remaja di kampung-kampung yang diberi peranan. Misalnya
39
mengumpulkan data atau sumbangan kampung, pasti ia akan melaksanakannya dengan baik. Bila tidak diberi peranan, ia akan
melakukan perbuatan untuk menarik perhatian masyarakat, bila perlu melakukan perkelahian atau kenakalan lainnya. Remaja akan berusaha
mencari peranan di luar rumah bila orang tua tidak memberi peranan kepadanya karena menganggapnya anak kecil.
53
B. Kerangka Berpikir
Sejalan dengan perkembangan zaman yang maju pesat yang sangan erat hubungannya dengan sumber daya manusia sebagai produsen dan juga
pertambahan penduduk yang semakin meningkat, sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Dengan adanya perubahan diberbagai bidang eperti
ekonomi, sosial, budaya, dan politik dalam peningkatan efisien dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan, pemerintah perlu mengadakan perbaikan dan
pembaruan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan atas Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan lebih menekankan kepada tujuan untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dan penuh kreativitas sehingga bisa mandiri yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual. Sumber daya manusia mulai berkembangan kepribadian serta tingkah
lakunya pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilannya mulai dari Taman Kanak-kanak TK, Sekolah Menengah Pertama SMP, Sekolah Menengah
Atas SMA, sampai Perguruan Tinggi PT, begitu juga dengan keadaan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menekankan
bahasan pada pengaruh bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX SMPN Ciputat agar didapatkan sumberdaya manusia yang
lebih berkualitas untuk masa yang akan datang.
53
Drs. Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, Bandung: Remaja Rosda Karya: 1995, cet. 5, h. 65-66