Hubungan Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi

commit to user 72 responden masih kurang pangan. Anggota keluarga lain juga masih banyak yang kurang pangan, anggota keluarga lain adalah orang tua, kakak dan cucu. 60 anggota keluarga lain masih kurang pangan yang juga disebabkan usia yang sudah tua sehingga konsumsinya sedikit atau karena rumah tangga tersebut rawan pangan, sehingga bila dilihat dari konsumsinya masih kurang dan terbatasnya pendapatan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan pangannya hanya untuk mengatasi rasa lapar dan kualitas pangan kurang diperhatikan.

F. Hubungan Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi

Proporsi pengeluaran konsumsi pangan mempunyai hubungan terhadap konsumsi energi rumah tangga. Konsumsi energi akan berbeda pada proporsi pengeluaran yang berbeda pula. Dari hasil analisis hubungan korelasi dengan menggunakan program SPSS 16 antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi rumah tangga responden dapat diketahui nilai probabilitasnya adalah 0,019. Nilai probabilitas antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi adalah kurang dari 0,05. Apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 maka Ho ditolak, artinya antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95. Hasil analisis korelasi antara proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi menunjukkan bahwa koefisien korelasinya sebesar – 0,426. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan dengan konsumsi energi mempunyai nilai koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan yang sedang. Nilai koefisien korelasi pada hasil analisis tersebut bernilai negatif yang artinya antara variabel tersebut mempunyai hubungan yang berlawanan, apabila proporsi pengeluaran konsumsi pangan tinggi maka konsumsi energi rendah, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Nyak Ilham dan Bonar M. Sinaga 2008 dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Pangsa Pengeluaran Sebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan, disebutkan bahwa semua persamaan memiliki nilai elastisitas sebesar negatif satu. Dari hasil elastisitas yang negatif dapat dikatakan bahwa hubungan antara kedua variabel commit to user 73 yaitu pangsa pengeluaran pangan berlawanan arah dengan konsumsi energi setiap penduduk. Proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang tinggi menunjukkan kesejahteraan rumah tangga yang rendah dan dapat dikatakan mempunyai pendapatan yang rendah pula, dengan pendapatan yang rendah rumah tangga akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pangannya yang berguna untuk mengatasi rasa lapar, sehingga kualitas pangan kurang diperhatikan yang berakibat pada rendahnya konsumsi energi. Sebaliknya, rumah tangga dengan proporsi pengeluaran konsumsi pangan yang rendah, yang mencerminkan pendapatannya yang tinggi dan tingkat kesejahteraan tinggi, akan mampu mencukupi kebutuhannya tidak hanya untuk pangan, namun juga untuk non pangan. Selain itu, dengan bertambahnya pendapatan, rumah tangga dapat membeli pangan yang baik, sehingga tidak hanya berfungsi untuk mengatasi rasa lapar, namun juga untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota rumah tangganya. Hal ini sesuai dengan hukum Bennet, bahwa peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal per unit zat gizinya. Keterkaitan pendapatan dan ketahanan pangan dapat dijelaskan dengan hukum Engel. Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan proporsi yang semakin mengecil. Sebaliknya, bila pendapatan menurun, porsi yang dibelanjakan untuk pangan semakin meningkat.

G. Ketahanan Pangan Rumah Tangga