commit to user 50
ayah, ibu, kakak, menantu dan cucu yang makan dalam satu dapur. Kebanyakan anak-anak petani yang telah dewasa tidak tinggal bersama dengan
orang tuanya. Mereka biasanya bekerja di luar kota ataupun telah menikah. Banyaknya jumlah anggota rumah tangga akan berpengaruh terhadap besarnya
pendapatan rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga yang bekerja, maka semakin besar pendapatan rumah tangganya. Besarnya jumlah
anggota rumah tangga juga akan berpengaruh terhadap pengeluaran dan kebutuhan pangan rumah tangga. Semakin banyak anggota rumah tangga,
maka pengeluaran dan kebutuhan pangannya juga semakin banyak.
B. Pendapatan Rumah Tangga Responden
Pendapatan rumah tangga merupakan sejumlah uang yang diperoleh dari masing-masing anggota rumah tangga dari pekerjaan yang dilakukan
dalam satu bulan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber pendapatan rumah tangga petani diperoleh dari usahatani dan luar usahatani.
Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dari sawah, tegal dan pekarangan. Pendapatan luar usahatani diperoleh dari pekerjaan anggota rumah
tangga sebagai PNS, karyawan swasta, buruh pabrik, buruh bangunan, sopir, tukang parkir dan berdagang di pasar maupun di warung. Pada Tabel 20 dapat
dilihat besarnya rata-rata pendapatan responden. Tabel 20. Besarnya Rata-rata Pendapatan per Bulan Rumah Tangga Responden
di Kabupaten Kulon Progo No.
Sumber pendapatan Pendapatan
Pendapatan Rpbulan
1. Pendapatan usahatani
a. Sawah MT I RpMT b. Sawah MT II RpMT
c. Sawah MT IIIRpMT d. Pekarangan Rpth
Total Rpth Pendapatan Rpbln
4.231.500,00 3.509.166,67
861.666,67 359.833,33
8.962.166,67 746.847,22
46,87 2.
Pendapatan luar usahatani 846.666,67
53,13 Jumlah
1.593.513,89 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
commit to user 51
Pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor penentu kualitas dan kuantitas konsumsi pangan. Keluarga yang mempunyai pendapatan tinggi akan
lebih mementingkan kualitas makanan dibandingkan dengan keluarga berpendapatan rendah. Rumah tangga dengan penghasilan yang terbatas, dalam
pemilihan konsumsi pangan masih didominasi oleh bagaimana memperoleh pangan secara cukup secara kuantitas dan belum mementingkan gizi yang
terkandung di dalamnya. Pada penelitian ini responden adalah petani pemilik penggarap, ini
berarti petani mendapatkan penghasilan dari kepemilikan sawah, pengolahan sawah dan produksi dari sawah. Petani pemilik penggarap ada yang
mengerjakan sawahnya sendiri. Namun juga ada yang membayar orang sebagai
buruh tani untuk menggarap sawah, misalnya seperti saat musim tanam dan musim panen. Petani pemilik penggarap cenderung memiliki pendapatan yang
lebih tinggi daripada petani penyewa dan petani penyakap, hal ini dikarenakan petani pemilik penggarap tidak perlu mengeluarkan biaya sewa lahan yang
digunakan usahataninya sehingga dapat mengurangi biaya usahatani dan dapat meningkatkan pendapatan usahataninya.
Pendapatan usahatani pada penelitian ini berasal usahatani sawah dan pekarangan, yaitu sebesar Rp 746.847,22 per bulan. Usahatani sawah petani
responden terdiri dari usaha tani padi-padi-palawija. Musim tanam I adalah bulan Oktober-Januari, musim tanam II bulan Februari-Mei dan musim tanam
III atau palawaija adalah bulan Juni-September. Palawija yang ditanam, dari 30 responden, 29 responden menanam kedelai, sedangkan 1 responden menanam
kacang hijau karena pada musim tanam tahun lalu saat menanam kedelai tidak memberikan penghasilan sehingga lebih memilih menanam kacang hijau
daripada kedelai. Petani lebih memilih menanam kedelai daripada jagung karena tanaman
jagung boros pupuk yang menyebabkan tanah menjadi kering karena banyaknya pupuk kimia yang diberikan saat menanam jagung yang pada
akhirnya akan merusak kesuburan tanah. Pendapatan dari usahatani palawija lebih sedikit dibandingkan dengan pendapatan dari usahatani padi, hal ini
commit to user 52
disebabkan produksi kedelai yang rendah karena tingginya curah hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan banyak bunga tanaman kedelai yang gugur,
sehingga tidak terjadi penyerbukan dan pembuahan pada tanaman kedelai yang menyebabkan sedikitnya hasil tanaman kedelai. Dari pekarangan petani
responden mendapatkan penghasilannya dari bertanam ketela pohon, kelapa, pepaya dan pisang. Tanaman ketela pohon tidak begitu memberi pemasukan
karena hanya cukup dikonsumsi sendiri dan harga di pasar sangat murah yaitu Rp 1.000,00 per kilogram.
Pada penelitian ini, karakteristik pada setiap desa berbeda. Desa Donomulyo tidak menganut sistem panen tebasan, namun di Desa Wijimulyo
dan Desa Kembang masih menganut sistem panen tebasan. Hal ini dikarenakan hasil produksi padi di Desa Donomulyo memiliki kebernasan yang rendah.
Postur tanaman padi baik, namun kulit gabah tebal dan isinya kecil. Masih banyaknya pohon-pohon besar seperti jati dan mahoni yang menghalangi sinar
matahari pada tanaman padi. Berbeda dengan Desa Wijimulyo dan Desa Kembang, masih ada petani responden yang menganut sistem panen tebasan,
biasanya pada rumah tangga petani yang bertanah luas. Hasil produksi padi sebagian dijual, namun sebagian disimpan untuk dikonsumsi sendiri.
Pendapatan dari luar usahatani adalah pendapatan dari anggota rumah tangga yang diperoleh dari pekerjaannya di luar usahatani seperti PNS,
karyawan swasta, buruh pabrik, buruh bangunan, sopir, tukang parkir dan berdagang di pasar maupun di warung. Dalam penelitian ini, pendapatan dari
lainnya adalah berupa kiriman dari anak yang tidak tinggal dalam satu rumah bekerja diluar daerah. Pada Tabel 21 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
pendapatan luar usahatani pada penelitian ini adalah sebesar Rp 846.666,67 per bulan.
Persentase pendapatan usahatani sebesar 46,87 dan persentase pendapatan luar usahatani sebesar 53,13. Pendapatan dari luar usahatani
lebih dapat diandalkan karena mendatangkan penghasilan yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga. Jika petani hanya
mengandalkan pendapatannya dari usahatani, maka petani tidak akan dapat
commit to user 53
mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Suatu kenyataan bahwa petani pada umumnya hanya menguasai tanah pertanian kurang dari 0,50 ha. Pada
penelitian ini, lahan yang dimiliki petani responden sebesar 0,35 ha. Semakin sempit lahan yang mereka miliki, pendapatan yang diperoleh dari usahatani
akan rendah, selain itu semakin mahalnya kebutuhan rumah tangga baik pangan maupun non pangan menuntut petani untuk mencari tambahan
penghasilan dari luar usahatani. Pendapatan dari luar usahatani sangat membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga,
karena jika hanya mengandalkan pendapatan dari usahatani tidaklah cukup.
C. Pengeluaran Rumah Tangga Responden