Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Data

commit to user 25 anggota dari populasi dipilih satu persatu dengan memakai interval tertentu. Pemilihan petani sampel ditentukan dengan cara sistematis. Cara sistematis yaitu sampel yang ditarik dengan memasukkan anggota-anggota populasi terlebih dahulu di dalam suatu daftar atau bentuk deretan lain. Sesudah menentukan darimana dimulai, maka anggota-anggota sampel itu dipilih dengan menggunakan interval tertentu Sevilla et al, 1993. Pada penelitian ini, jumlah populasi petani padi sawah di lokasi Desa Donomulyo adalah 1163 orang dan besar sampel yang akan diambil adalah 11 orang. Interval adalah hasil bagi antara jumlah populasi dan jumlah sampel sehingga didapatkan nilai 105. Sampel pertama dipilih adalah responden yang memiliki nomor urut 105. Sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan nilai 105 pada nomor urut sampel pertama, demikian seterusnya hingga didapatkan sampel ke-11. Pada Desa Wijimulyo jumlah populasi petani padi sawah adalah sebesar 1062 orang dan besar sampel yang akan diambil adalah 10 orang dengan interval 106. Pada Desa Kembang populasi petani sebesar 980 orang dan sampel yang akan diambil adalah 9 orang dengan interval 108 sehingga didapatkan responden di Kecamatan Nanggulan sebanyak 30 orang.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer meliputi data mengenai karakteristik responden, pendapatan rumah tangga petani, pengeluaran rumah tangga petani dan banyaknya makanan yang dikonsumsi 24 jam yang lalu. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara mengutip data laporan maupun dokumen dari instansi pemerintah atau commit to user 26 lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini, di antaranya Badan Pusat Statistik BPS, Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan Kabupaten Kulon Progo dan Kantor Kecamatan Nanggulan. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi data mengenai kondisi umum Kabupaten Kulon Progo yang terdiri dari keadaan alam, keadaan penduduk, keadaan pertanian, keadaan perekonomian dan kondisi ketahanan pangan wilayah. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian yang berupa kondisi wilayah dan responden. b. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer melalui tanya jawab langsung kepada responden petani dengan bantuan daftar pertanyaan dan catatan sebagai alat bantu. c. Pencatatan Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data, baik data dari responden maupun data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian. d. Recall Method Metode Pengingatan Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah satuan pangan yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir dihitung sejak saat wawancara dilakukan Syarief, 1992.

E. Metode Analisis Data

1. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Pendapatan adalah penerimaan berupa uang maupun barang yang diterima dihasilkan yang dalam penelitian ini, pendapatan rumah tangga petani merupakan penjumlahan dari pendapatan usahatani on farm dan luar usahatani off farm yang diusahakan oleh rumah tangga petani terpilih, sehingga dapat dituliskan : commit to user 27 Pd = Pd on + Pd off Dimana : Pd : Pendapatan rumah tangga petani Rupiah Pd on : Pendapatan dari usahatani Rupiah Pd off : Pendapatan dari luar usahatani Rupiah Total pengeluaran rumah tangga petani dapat diketahui dengan menghitung pengeluaran pangan dan non pangan. Rumus yang digunakan adalah: TP = Pp + Pn Dimana : TP = Total pengeluaran rumah tangga petani Rupiah Pp = Pengeluaran pangan Rupiah Pn = Pengeluaran non pangan Rupiah Pengeluaran rumah tangga petani dianalisis dengan: a. Angka rata-rata, digunakan untuk mengetahui taksiran secara kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik yang ada. b. Analisis persentase, dilakukan dengan membagi data ke dalam beberapa kelompok yang dinyatakan atau diukur dalam persentase. 2. Proporsi Pengeluaran Pangan terhadap Pengeluaran Total Rumah Tangga Petani. Proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga petani dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : PF = 100 x TP pp Dimana : PF = proporsi pengeluaran pangan pp = pengeluaran pangan Rupiah TP = total pengeluaran Rupiah Ilham dan Bonar, 2008. commit to user 28 3. Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani. Konsumsi pangan rumah tangga petani dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi. Menurut Hadinsyah dan Martianto 1992 jumlah dan komposisi gizi yang diperoleh seseorang atau kelompok orang dari konsumsi pangannya dapat dihitung atau dinilai dari jumlah pangan yang dikonsumsinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan DKBM. Secara umum penilaian jumlah zat gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut : Secara umum penilaian jumlah zat gizi yang dikonsumsi dihitung sebagai berikut : Gij = xKGij Bddj x BPj 100 100 Dimana: Gij : zat gizi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j BPj : berat makanan atau pangan j yang dikonsumsi gram Bddj : bagian yang dapat dimakan dalam persen atau gram dari 100 gram pangan atau makanan j Kgij : kandungan zat gizi tertentu i dari 100 gram pangan j atau makanan yang dikonsumsi Sesuai dengan rumus di atas, maka untuk mengukur jumlah konsumsi energi dapat digunakan rumus sebagai berikut : Gej = xKGej Bddj x BPj 100 100 Dimana Gej adalah energi yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j. Sedangkan konsumsi protein dihitung dengan rumus : commit to user 29 Gpj = xKGpj Bddj x BPj 100 100 Dimana Gpj adalah protein yang dikonsumsi dari pangan atau makanan j. Kuantitas konsumsi pangan ditinjau dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung dalam bahan pangan. Untuk menilai konsumsi pangan secara kuantitatif digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi TKE dan Tingkat Konsumsi Protein TKP. TKE = 100 dianjurkan yang AKE energi konsumsi x å TKP = 100 dianjurkan yang AKP protein konsumsi x å Dimana : TKE : Tingkat konsumsi energi TKP : Tingkat konsumsi potein Σ Konsumsi Energi : Jumlah konsumsi energi kkalkapitahari Σ Konsumsi Protein : Jumlah konsumsi protein gramkapitahari Angka kecukupan gizi AKG yang digunakan dalam penelitian ini merupakan AKG berdasarkan umur dan jenis kelamin sesuai Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG VIII tahun 2004. Berikut ini merupakan daftar AKE dan AKP berdasarkan umur dan jenis kelamin: commit to user 30 Tabel 6. Daftar Angka Kecukupan Energi AKE dan Angka Kecukupan Protein AKP Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Menurut WKNPG Tahun 2004 No. Umur AKEkkal AKPgram 1. Anak 0-6 bl 7-11 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th 550 650 1000 1550 1800 10 16 25 39 45 2. Pria 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65+ th 2050 2400 2600 2550 2350 2250 2050 50 60 65 60 60 60 60 3. Wanita 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65+ th 2050 2350 2200 1900 1800 1750 1600 50 57 55 50 50 50 45 4. Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 +180 +300 +300 +17 +17 +17 5. Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua + 500 + 550 +17 +17 Sumber: WKNPG VIII, 2004 Perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan disebut sebagai tingkat konsumsi gizi TKG. TKG diklasifikasikan berdasarkan pada nilai ragam kecukupan gizi yang dievaluasi secara bertingkat berdasarkan acuan Depkes 1990 dalam Supariasa 2002, yaitu : a. Baik : TKG ≥ 100 AKG b. Sedang : TKG 80 – 99 AKG commit to user 31 c. Kurang : TKG 70 – 80 AKG d. Defisit : TKG 70 AKG 4. Hubungan Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi Proporsi pengeluaran konsumsi pangan mempunyai hubungan terhadap kecukupan energi yang disediakan oleh setiap rumah tangga petani. Konsumsi energi akan berbeda pada proporsi pengeluaran yang berbeda. Untuk mengetahui hubungan proporsi pengeluaran pangan dengan konsumsi energi, dapat diketahui dengan analisis korelasi menggunakan SPSS. Keeratan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya disebut dengan koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi r dapat diketahui dengan program SPSS 16. Nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1 hingga +1, nilai semakin mendekati -1 atau +1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan dua variabel semakin melemah. Nilai positif + menunjukkan hubungan yang searah jika satu variabel naik maka variabel lain juga naik dan nilai negatif - menunjukkan hubungan yang berlawanan jika satu variabel naik akan diikuti penurunan variabel yang lain Priyanto, 2008. Besarnya nilai koefisien korelasi r menurut Alhusin, 2003 dibagi menjadi lima kategori sebagai berikut : c. 0 – 0,20 = sangat rendah hampir tidak ada hubungan d. 0,21 – 0,40 = rendah e. 0,41 – 0,60 = sedang f. 0,61 – 0,80 = cukup tinggi g. 0,81 – 1 = tinggi Untuk menguji probabilitas tingkat signifikasi dari hasil koefisien korelasi menggunakan kriteria sebagai berikut : a. Jika probabilitas r 0,05, berarti Ho diterima tidak terdapat korelasi b. Jika probabilitas r 0,05, berarti Ho ditolak terdapat korelasi commit to user 32 5. Ketahanan Pangan. Penelitian Jonsson dan Toole 1991, menggunakan indikator- indikator proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi untuk mengukur derajat ketahanan pangan rumah tangga. Pengelompokan rumah tangga dengan menggunakan kedua indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Terdapat empat tingkatan ketahanan pangan, yaitu : 1 rumah tangga tahan pangan, 2 rumah tangga rentan pangan, 3 rumah tangga kurang pangan dan 4 rumah tangga rawan pangan. Tabel 7. Pengukuran Derajat Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga Tingkat Konsumsi Energi Proporsi pengeluaran pangan Rendah 60 pengeluaran total Tinggi ≥60 pengeluaran total Cukup 80 kecukupan energi 1. Tahan Pangan 2. Rentan Pangan Kurang ≤80 kecukupan energi 3. Kurang Pangan 4. Rawan Pangan Sumber : Rachman dkk, 2003 commit to user 33

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN