commit to user 65
terpenuhi, maka keluarga akan mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non pangan.
Peningkatan proporsi pengeluaran untuk kelompok pangan dapat menjadi indikator menurunnya kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan
penduduk sangat berpengaruh terhadap akses ekonomi rumah tangga terhadap pangan sehingga juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi. Semakin menurunnya tingkat kesejahteraan rumah tangga, maka rumah tangga akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan
pangannya yang berguna untuk mengatasi rasa lapar, sehingga kualitas pangan kurang diperhatikan. Sebaliknya, rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan
tinggi, akan mampu mencukupi kebutuhannya tidak hanya untuk pangan, namun juga untuk non pangan. Hal ini seperti apa yang berlaku pada hukum
Engel, bahwa proporsi dari total pengeluaran yang dialokasikan untuk pangan akan berkurang dengan meningkatnya pendapatan. Selain itu, dengan
bertambahnya pendapatan, rumah tangga dapat membeli pangan yang baik, sehingga tidak hanya berfungsi untuk mengatasi rasa lapar, namun juga untuk
memenuhi kebutuhan gizi anggota rumah tangganya. Pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari usahatani dan luar usahatani tersebut, prioritas pertamanya
adalah pengeluaran untuk konsumsi berupa kebutuhan pangan dengan proporsi pengeluaran pangan mencapai 60.
E. Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga
Konsumsi pangan merupakan sejumlah makanan dan minuman yang dimakandiminum pendudukseseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan
fisiknya. Konsumsi pangan dihitung dari makananminuman yang dimakan setiap anggota rumah tangga tanpa mempertimbangkan asal makanan tersebut
masak sendiri ataupun membeli. Konsumsi pangan yang dinilai adalah konsumsi energi dan konsumsi protein. Konsumsi energi adalah sejumlah
energi pangan yang dikonsumsi per orang per hari yang dinyatakan dalam kkaloranghari dan konsumsi protein adalah sejumlah protein pangan yang
dikonsumsi yang dinyatakan dalam gramoranghari.
commit to user 66
Konsumsi gizi rumah tangga diketahui dengan menghitung konsumsi rumah tangga 24 jam yang lalu dengan pedoman Daftar Komposisi Bahan
Makanan DKBM. Selanjutnya, konsumsi gizi ini dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi AKG untuk mengetahui nilai Tingkat konsumsi Gizi
TKG. Besarnya AKG berbeda-beda untuk setiap individu karena AKG ditentukan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Rata-rata angka kecukupan
gizi, baik energi dan protein rumah tangga responden diperoleh dengan menjumlahkan AKG setiap anggota keluarga menurut golongan umur dan jenis
kelamin, kemudian dibagi dengan jumlah total anggota keluarga. Berikut ini merupakan rata-rata konsumsi energi dan protein rumah
tangga responden dan tingkat konsumsi gizinya. Tabel 26. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi
TKG Rumah Tangga Responden di Kabupaten Kulon Progo Keterangan
Energi kkal Protein gram
Rumah Tangga
Per orang per hari
Rumah Tangga
Per orang per hari
Konsumsi 6.229,06
1.698,70 184,22
50,26 AKG dianjurkan
7.306,67 1.994,58
193,90 53,24
TKG 85,17
85,17 94,41
94,41 Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata konsumsi energi rumah tangga responden adalah 1.698,70 kkaloranghari dan
konsumsi protein sebesar 50,26 gramoranghari. Besarnya rata-rata konsumsi energi masih kurang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi AKG yang
dianjurkan yaitu sebesar 1.994,58 kkaloranghari, demikian juga dengan rata- rata konsumsi protein yang masih kurang dibandingkan dengan AKG yang
dianjurkan yaitu sebesar 53,24 gramoranghari. Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Energi TKE rumah tangga
responden adalah 85,17 dan bila dilihat dari tingkat konsumsi gizinya dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan untuk TKE termasuk dalam kategori
sedang. Beras merupakan satu-satunya pangan pokok sekaligus sumber energi utama yang dikonsumsi rumah tangga responden. Akan tetapi, jumlah yang
dikonsumsi masih kurang dan belum mencapai angka kecukupan energi. Pada
commit to user 67
penelitian ini rata-rata konsumsi beras 7,30 kg per minggu, sedangkan konsumsi nasi sebesar 12,95 kg per minggu. Bila konsumsi beras
dikonversikan ke konsumsi nasi, maka konsumsi nasi rata-rata 14,60 kg per minggu. Konsumsi nasi yang lebih rendah daripada konsumsi beras disebabkan
karena beberapa hal seperti saat penelitian sesudah masa tanam, sehingga pekerjaan petani tidak begitu berat. Selain itu juga mengkonsumsi makanan
jadi seperti bakso atau mie ayam dam makanan lain seperti mie instan. Nasi yang sisa biasanya dijemur untuk dijadikan nasi aking atau untuk makan ayam.
Rumah tangga responden masih menanak nasi masih menggunakan kendil bukan magicjar, apabila api terlalu besar atau memasak terlalu lama
menyebabkan nasi yang dimasak mengeras atau menjadi intip. Besarnya rata-rata Tingkat Konsumsi Protein TKP rumah tangga
responden adalah 94,41 yang termasuk dalam kategori sedang. Konsumsi protein diperoleh dari konsumsi protein nabati dan hewani. Seperti halnya
konsumsi energi, apabila dilihat dari nilai TKP-nya, konsumsi protein rumah tangga responden juga belum mencapai angka kecukupan. Faktor daya beli
merupakan alasan utama kurangnya konsumsi protein dalam rumah tangga. Keterbatasan pendapatan rumah tangga membuat mereka enggan membeli
pangan sumber protein hewani yang mahal seperti daging sapi atau ikan segar. Berdasar pola konsumsi pangan, jenis protein hewani yang sering dikonsumsi
oleh rumah tangga petani adalah telur yang harganya relatif terjangkau. Sedangkan untuk jenis protein nabati, rumah tangga mengkonsumsi lauk pauk
berupa tahu dan tempe. Baik TKE dan TKP belum mencapai angka kecukupan yang
dianjurkan. Namun demikian, konsumsi protein sudah tinggi dan hampir mencapai AKP yang dianjurkan, yaitu sebesar 53,24 gramoranghari. Lebih
tingginya nilai TKP dibandingkan TKE disebabkan karena kecenderungan penduduk mengkonsumsi pangan sumber protein nabati seperti tahu dan tempe
setiap hari dalam jumlah yang cukup. Tahu dan tempe merupakan makanan yang murah dan mudah untuk didapatkan, sehingga rumah tangga responden
hampir mengkonsumsinya setiap hari.
commit to user 68
Anggota rumah tangga terdiri dari suami, istri, anak dan anggota keluarga lain yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, seperti
umur dan jenis kelamin. Perbedaan umur dan jenis kelamin, berarti juga terdapat perbedaan dalam pemenuhan konsumsi gizinya. Rata-rata konsumsi
energi dan protein anggota rumah tangga dan tingkat konsumsi gizi anggota rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Serta Tingkat Konsumsi Gizi TKG Anggota Rumah Tangga Responden di Kabupaten Kulon
Progo
AKG Konsumsi
TKG Energi
Protein Energi
Protein Energi
Protein Suami
Istri Anak Laki-laki
Anak Perempuan AKL Laki-laki
AKL Perempuan 2.243,10
1.771,67 2.059,09
1.947,37 2.060,00
2.100,00 60,00
50,23 50,73
49,42 57,00
57,50 1.968,43
1.464,61 1.836,76
1.697,77 1.584,48
1.634,23 57,02
45,88 52,75
48,24 51,62
53,07 87,75
82,67 89,20
87,18 76,92
77,82 95,03
91,34 104,00
97,61 90,56
92,29
Sumber : Analisis Data Primer Dari Tabel 27 dapat diketahui perbedaan antara angka kecukupan gizi
yang dianjurkan pada setiap anggota keluarga dengan konsumsinya. Rata-rata konsumsi energi anggota rumah tangga masih berada di bawah angka
kecukupan, sedangkan untuk rata-rata konsumsi protein hanya anak laki-laki saja yang sudah mencukupi konsumsi proteinnya. Tingkat konsumsi energi
suami, istri, anak laki-laki dan anak perempuan sudah 80 di atas angka kecukupan energi dan termasuk pada kategori sedang, sedangkan konsumsi
anggota keluarga lain laki-laki dan anggota keluarga lain perempuan masih berada di bawah 80 angka kecukupan energi dan termasuk pada kategori
kurang. Tingkat konsumsi protein anggota rumah tangga responden semuanya sudah berada di atas 80 angka kecukupan protein dan anak laki-laki sudah
memenuhi angka kecukupan protein dan termasuk dalam kategori baik. Perbedaan umur dan jenis kelamin juga menuntut kebutuhan gizi yang
berbeda pula. Pada usia pertumbuhan dan usia produktif, anggota keluarga lebih banyak membutuhkan konsumsi gizi baik energi dan protein. Anggota
keluarga yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak membutuhkan konsumsi gizi yang lebih banyak dibanding dengan anggota keluarga perempuan. Pada
commit to user 69
perempuan hamil dan menyusui juga membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak. Pada penelitian ini hanya ada satu ibu rumah tangga yang menyusui.
Anggota keluarga lain dalam penelitian ini adalah ayah atau ibu responden, menantu atau cucu yang rata-rata masih kurang pangan dan dapat disebabkan
karena usia yang sudah tua sehingga konsumsinya sedikit atau karena rumah tangga tersebut merupakan rumah tangga rawan pangan, sehingga bila dilihat
dari konsumsinya masih kurang. Pangan pokok yang juga sebagai sumber energi pada penelitian ini adalah beras. Ketergantungan yang tinggi pada beras
sebagai sumber energi merupakan penyebab konsumsi energi yang belum mencukupi angka kecukupan energi. Masih rendahnya konsumsi pangan
hewani yang sangat penting peranannya dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia juga merupakan penyebab belum tercapainya angka
kecukupan protein. Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga
responden dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Rumah
Tangga Responden di Kabupaten Kulon Progo Kategori Tingkat Konsumsi Gizi
Energi kkaloranghari
Protein gramoranghari
Jumlah RT
Jumlah RT
Baik TKG
≥100 AKG 2
6,67 9
30,00 Sedang
TKG 80–99 AKG 20
66,67 21
70,00 Kurang
TKG 70–80 AKG 7
23,33 0,00
Defisit TKG 70 AKG
1 3,33
0,00 Jumlah
30 100,00
30 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui sebaran rumah tangga responden
berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein. Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga menunjukkan bahwa status gizi tiap
rumah tangga berbeda. Sebagian besar rumah tangga termasuk dalam kategori sedang. 20 rumah tangga responden berdasarkan tingkat konsumsi energi
termasuk dalam kategori sedang dan 21 rumah tangga responden berdasarkan tingkat konsumsi protein termasuk dalam kategori sedang, artinya sebagian
commit to user 70
besar responden sudah memenuhi kecukupan gizinya 80 dari kecukupan gizi yang dianjurkan. Secara keseluruhan tingkat konsumsi protein rumah tangga
responden lebih baik daripada tingkat konsumsi energinya. Hal ini terkait dengan pola konsumsi beras sebagai pangan pokok tunggal dan belum adanya
pola konsumsi sumber energi lain seperti umbi-umbian. Apabila konsumsi beras sebagai sumber energi utama kurang, maka akan berakibat pada
rendahnya tingkat konsumsi energi. Perbedaan kategori tiap rumah tangga disebabkan perbedaan makanan yang dikonsumsi tiap rumah tangga.
Setiap bahan pangan memiliki sumbangan energi dan protein yang berbeda. Beras sebagai pangan pokok merupakan penyumbang energi terbesar.
Sedangkan penyumbang protein adalah bahan makanan sumber protein nabati dan hewani. Pada penelitian ini, pengeluaran pangan terbesar adalah untuk
padi-padian, sehingga dari sisi konsumsi padi-padian juga memiliki sumbangan energi dan protein terbesar. Di samping itu, umbi-umbian seperti ketela pohon
dan ketela rambat hanya dikonsumsi sesekali saja sebagai makanan selingan. Padahal umbi-umbian mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai
sumber tenagaenergi untuk meningkatkan nilai TKE. Gula juga memiliki energi yang tinggi dan semua rumah tangga responden mengkonsumsi gula
sebagai pemanis minuman. Protein didapatkan dari sayuran dan lauk pauk yang dikonsumsi
keluarga yang terdiri dari protein nabati dan hewani. Sumber pangan nabati yang biasa dikonsumsi oleh rumah tangga petani berasal dari kacang-kacangan
dan hasil olahannya, antara lain tempe dan tahu. Tempe dan tahu merupakan sumber protein dengan harga murah dan mudah didapatkan di pasar atau di
warung, mudah diolah dan rasanya yang enak sehingga menjadi pilihan rumah tangga responden untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk protein hewani berasal
dari telur, ikan dan daging ayam. Kurang beragamnya makanan yang dikonsumsi dan jumlahnya yang terbatas, menyebabkan kurang tercukupinya
gizi rumah tangga responden. Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga
responden dapat dilihat pada Tabel 29 :
commit to user 71
Tabel 29. Sebaran Kategori Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Anggota Rumah Tangga Responden di Kabupaten Kulon Progo
Jumlah Rumah Tangga Jenis
Kelamin Tingkat Konsumsi Energi
Tingkat Konsumsi Protein Baik
Sedang Kurang
Defisit Baik
Sedang Kurang
Defisit Suami
Istri Anak
Anak AKL
AKL L
P L
P L
P 4
3 5
4 20
15 15
11
2 2
4 9
2 4
3 3
1 3
9 7
11 7
1 1
17 17
10 11
1 4
3 5
1 3
1 1
Jumlah 16
65 25
4 36
60 12
2
Sumber : Analisis Data Primer Dari Tabel 29 dapat diketahui sebaran anggota rumah tangga responden
berdasarkan tingkat konsumsi energi dan protein. Sebagian besar anggota rumah tangga termasuk dalam kategori sedang, artinya anggota rumah tangga
responden telah mampu mencukupi kebutuhan energi dan proteinnya. Namun, masih ada pula beberapa anggota rumah tangga responden yang konsumsi
gizinya masih kurang. Pada data di atas masih ada anggota rumah tangga yang konsumsi energinya masih kurang. Ada 5 orang suami atau sebesar 17,42,
12 orang istri atau 40, 2 orang anak laki-laki atau 9,09 dan 4 orang anak perempuan yang masih kurang konsumsi energinya. Sedangkan anggota
keluarga lain laki-laki ada 3 orang atau 60 dan anggota keluarga lain perempuan ada 3 orang atau 60 yang masih kurang konsumsi energinya.
Kurangnya konsumsi gizi dapat disebabkan karena beberapa faktor, yaitu suami sebagai tulang punggung keluarga dan memiliki pekerjaan yang
lebih berat dibanding anggota rumah tangga lainnya sehingga konsumsi gizinya, baik konsumsi energi dan protein lebih banyak. Anak-anak yang
mempunyai aktivitas yang tinggi dan ada pula yang dalam masa pertumbuhan sehingga konsumsinya juga tinggi. Pola sosial budaya dalam penelitian ini juga
mempunyai pengaruh pada konsumsi anggota rumah tangga. Secara tradisional suami mempunyai prioritas utama atas jumlah dan
jenis makanan dalam keluarga. Setelah suami kemudian anak-anak yang menjadi prioritas dalam konsumsi makanan baik jumlah dan jenis makanan,
kemudian baru istri yang hanya memperoleh pangan yang disisakan oleh anggota rumah tangganya. Hal ini yang menyebabkan 40 istri rumah tangga
commit to user 72
responden masih kurang pangan. Anggota keluarga lain juga masih banyak yang kurang pangan, anggota keluarga lain adalah orang tua, kakak dan cucu.
60 anggota keluarga lain masih kurang pangan yang juga disebabkan usia yang sudah tua sehingga konsumsinya sedikit atau karena rumah tangga
tersebut rawan pangan, sehingga bila dilihat dari konsumsinya masih kurang dan terbatasnya pendapatan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan
pangannya hanya untuk mengatasi rasa lapar dan kualitas pangan kurang diperhatikan.
F. Hubungan Proporsi Pengeluaran Pangan dengan Konsumsi Energi