commit to user
8
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Menurut Marwanti 2002, dalam penelitiannya yang berjudul Pola Pengeluaran untuk Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk Indonesia Analisis
Data Susenas 1999 bahwa pengeluaran untuk konsumsi pangan dan gizi penduduk Indonesia lebih besar dari pengeluaran konsumsi bukan pangan.
Pada tingkat pengeluaran rendah, peningkatan pengeluaran masih meningkatkan konsumsi beras dengan proporsi yang semakin menurun, tetapi
pada tingkat pengeluaran tinggi terjadi penurunan konsumsi beras dengan proporsi yang semakin meningkat. Pola konsumsi beras ini memberi petunjuk
bahwa diversifikasi konsumsi pangan pokok sumber gizi lebih diarahkan kepada golongan penduduk berpendapatan menengah dan tinggi. Bagi
penduduk berpendapatan rendah, beras masih menjadi prioritas sumber gizi. Djiwandi 2002 dalam penelitiannya tentang Sumber Pendapatan dan
Proporsi Pengeluaran Keluarga Petani untuk Konsumsi, Tabungan dan Investasi Studi Kasus Petani di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten,
menyatakan bahwa konsumsi rumah tangga petani menghabiskan 59,89 atau hampir 60 dari pendapatannya. Untuk tabungan rata-rata keluarga
petani mengalokasikan 23,97 atau hampir 24 dari pendapatan dan 16,14 untuk diinvestasikan.
Penelitian Rachman dkk 2003 yang berjudul Distribusi Provinsi di Indonesia Menurut Derajat Ketahanan Pangan Rumah Tangga, menyatakan
bahwa apabila hanya memperhatikan indikator pangsa pengeluaran pangan sebagai proksi indikator ekonomi, maka rumah tangga berpendapatan rendah
adalah rumah tangga yang termasuk kategori rentan pangan dan rawan pangan. Proporsi rumah tangga kedua kategori tersebut di desa mencapai
89, sedangkan di kota sebesar 61. Hal ini membuktikan bahwa aspek pendapatan untuk meningkatkan akses terhadap pangan merupakan faktor
penting dalam peningkatan ketahanan pangan rumah tangga. Secara agregat, rumah tangga yang tergolong tahan pangan di Indonesia pada tahun 1999
commit to user 9
hanya 12,2. Sebaliknya rumah tangga yang rawan pangan mencapai lebih dari 30. Lima provinsi dengan proporsi rumah tangga rawan pangan
tertinggi 43,33-33,26 berturut-turut adalah Jawa Timur, NTT, Jawa Tengah, Jambi dan DI. Yogyakarta.
Suhartini dkk 2005 dalam penelitiannya tentang Pola Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Kaitannya dengan Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Kasus di Desa Sambelia, Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, menunjukkan bahwa secara umum sektor pertanian masih tetap
merupakan sumber pendapatan rumah tangga. Sumber pendapatan rumah tangga di Desa Sambelia dari berbagai aktivitas usaha di bidang on farm, off
farm dan non farm. Sumber pendapatan utama petani kaya diperoleh dari usaha on farm. Sebaliknya petani dengan lahan garapan sempit dan rumah
tangga yang tidak mempunyai lahan, usaha off farm dan non farm memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan. Pendapatan rumah tangga yang
diperoleh dari ketiga bidang tersebut, prioritas pertama adalah pengeluaran untuk konsumsi berupa kebutuhan pangan dengan pangsa pengeluaran
pangan mencapai diatas 50 persen. Dari pangsa pengeluaran pangan tersebut diketahui bahwa ketahanan pangan rumah tangga di Desa Sambelia relatif
rendah. Nuryani 2007 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Hubungan
Proporsi Pengeluaran dan Konsumsi Pangan dengan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa proporsi
pengeluaran untuk pangan rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo lebih besar dibanding bukan pangan yaitu sebesar 57,13 konsumsi energi dan
protein rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo mempunyai tingkat kecukupan gizi sebesar 137,95 untuk energi dan 182,71 untuk protein.
Semakin rendah proporsi pengeluaran konsumsi pangan, maka akan semakin tinggi kecukupan konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di
Kabupaten Sukoharjo. Ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Sukoharjo sebagian besar termasuk tahan pangan.
commit to user 10
Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai besarnya proporsi pengeluaran pangan dan konsumsi pangan rumah
tangga petani di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada penelitian
Rachman dkk 2003 mempunyai rumah tangga rawan pangan cukup tinggi. Pendapatan yang rendah akan menuntut rumah tangga untuk mendahulukan
pengeluaran untuk pangan khususnya pangan pokok. Berdasarkan penelitian- penelitian di atas, pengeluaran pangan merupakan pengeluaran terbesar dalam
rumah tangga. Analisis proporsi pengeluaran pangan dalam rumah tangga petani penting untuk dilakukan karena merupakan salah satu indikator
ketahanan pangan rumah tangga petani disamping analisis kecukupan konsumsi energi.
B. Tinjauan Pustaka