commit to user 64
yang masih disimpan dan belum digunakan untuk konsumsi merupakan tabungan.
D. Proporsi Pengeluaran Konsumsi Pangan Terhadap Pengeluaran Total
Rumah Tangga
Proporsi pengeluaran konsumsi pangan merupakan persentase banyaknya pengeluaran pangan dibanding besarnya pengeluaran total. Berikut
ini merupakan proporsi pengeluaran rumah tangga responden. Tabel 25. Proporsi Pengeluaran Rumah Tangga Responden di Kabupaten
Kulon Progo Pengeluaran
Jumlah Rpbulan Proporsi
Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non Pangan
773.743,58 515.858,32
60,00 40,00
Pengeluaran Total 1.289.601,91
100,00 Sumber: Analisis Data Primer
Pengeluaran total merupakan pengeluaran untuk konsumsi pangan ditambah pengeluaran untuk non pangan. Besarnya rata-rata pengeluaran total
pada penelitian ini adalah Rp 1.289.601,91. Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pengeluaran untuk pangan sebesar Rp 773.743,58 atau
mencapai 60,00 dari pengeluaran total dan untuk pengeluaran non pangan sebesar Rp 515.858,32 atau 40,00.
Menurut Ariani
dan Purwantini,
2005, pengeluaran
total dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pengeluaran untuk pangan dan
barang-barang bukan pangan. Proporsi antara pengeluaran pangan dan bukan pangan juga digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat
kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga. Dari proporsi pengeluaran pangan dapat diungkapkan bahwa semakin tinggi proporsi pengeluaran pangan
berarti tingkat kesejahteraan atau ketahanan pangan rumah tangga semakin rendah atau rentan. Berdasarkan data di atas pengeluaran pangan lebih besar
daripada pengeluaran non pangan, ini berarti tingkat kesejahteraan rumah tangga
responden masih
rendah. Rumah
tangga responden
lebih mengutamakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih
dahulu, yakni berupa pangan, apabila kebutuhan dasar tersebut sudah
commit to user 65
terpenuhi, maka keluarga akan mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan non pangan.
Peningkatan proporsi pengeluaran untuk kelompok pangan dapat menjadi indikator menurunnya kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan
penduduk sangat berpengaruh terhadap akses ekonomi rumah tangga terhadap pangan sehingga juga mempengaruhi kuantitas dan kualitas makanan yang
dikonsumsi. Semakin menurunnya tingkat kesejahteraan rumah tangga, maka rumah tangga akan lebih memprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan
pangannya yang berguna untuk mengatasi rasa lapar, sehingga kualitas pangan kurang diperhatikan. Sebaliknya, rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan
tinggi, akan mampu mencukupi kebutuhannya tidak hanya untuk pangan, namun juga untuk non pangan. Hal ini seperti apa yang berlaku pada hukum
Engel, bahwa proporsi dari total pengeluaran yang dialokasikan untuk pangan akan berkurang dengan meningkatnya pendapatan. Selain itu, dengan
bertambahnya pendapatan, rumah tangga dapat membeli pangan yang baik, sehingga tidak hanya berfungsi untuk mengatasi rasa lapar, namun juga untuk
memenuhi kebutuhan gizi anggota rumah tangganya. Pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari usahatani dan luar usahatani tersebut, prioritas pertamanya
adalah pengeluaran untuk konsumsi berupa kebutuhan pangan dengan proporsi pengeluaran pangan mencapai 60.
E. Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga