4.4 Analisis Multivariat
Berdasarkan analisis hubungan antara komunikasi petugas PIO yang terdiri dari isi informasi, metode informasi, dan peran petugas dengan kepatuhan pasien
diabetes mellitus, maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan variabel independen dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada uji chi square
menunjukkan nilai p 0,25 Ridwan, 2005. Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengidentifikasi variabel
independen yang mempunyai pengaruh paling dominan secara statistik terhadap variabel dependen, dan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik dengan
metode enter. Hasil analisis statistik penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12. Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Komunikasi Petugas PIO Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien DM Rawat Jalan di
RSUD. dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
Variabel Exp B P Value
Isi Informasi 1,072
0,029 Metode Informasi 1,101
0,026 Peran Petugas 1,137
0,003 Constant 0,000
0,001
Pada tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi logistik ketiga variabel komunikasi petugas PIO yaitu isi informasi, metode
informasi, dan peran petugas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien DM rawat jalan RSUD.dr.H.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
dengan nilai signifikansi masing-masing variabel 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis uji regresi logistik juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien DM rawat jalan
RSUD.dr.H.Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi adalah peran petugas dengan nilai p value 0,003 dimana nilai p value tersebut paling kecil dari variabel lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Isi Informasi terhadap Kepatuhan Minum Obat
Isi informasi dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang harus disampaikan oleh petugas PIO kepada pasien DM ketika melakukan komunikasi yang
berkaitan dengan obat dan tindakan pengobatan yang akan dijalani oleh pasien. Hasil penelitian menunjukkan dari 17 responden yang menyatakan isi
informasi yang disampaikan petugas PIO baik, 12 70,6 patuh minum obat, dari 15 responden yang menyatakan isi informasi kurang baik, 6 40,0 patuh minum
obat, dan dari 14 responden yang menyatakan isi informasi yang disampaikan petugas PIO tidak baik, hanya 4 28,6 patuh minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa isi
informasi yang disampaikan oleh petugas PIO penting dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pasien DM.
Menurut Smet 1994, salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah pemberian informasi, pemberian informasi yang jelas pada pasien dan
keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Dalam hal ini pemberian informasi yang jelas tentang penggunaan obat secara benar dan
tindakan pengobatan yang harus dijalani pasien DM, sehingga pasien dapat paham dan akhirnya patuh terhadap anjuran pengobatan.
Menurut Niven 2002 tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Hasil penelitian Ley dan Spelman
Universitas Sumatera Utara
Niven, 2002 menemukan bahwa lebih dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan terlalu banyak memberikan instruksi
yang harus diingat oleh pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat 10 responden 71,4
yang menyatakan bahwa isi informasi yang disampaikan oleh petugas PIO tidak baik, dan 9 responden 60,0 yang menyatakan isi informasi yang disampaikan kurang
baik, dan ini berdampak secara langsung terhadap kepatuhan minum obat pasien DM. Hal ini kemungkinan disebabkan masih kurangnya sumber informasi yang dimiliki
oleh petugas PIO dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien, seperti buku-buku tentang pengelolaan DM dan layanan informasi elektronik internet dan
kurangnya kemampuan petugas PIO dalam menyusun isipesan agar mudah dipahami dan tepat pada sasaran. Hal ini kemungkinan karena tidak terfikirkan oleh pimpinan
untuk mendukung sarana dan prasarana PIO di IFRS. Menurut Depkes RI 1999, dalam menyusun isipesan untuk Promosi
Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami, jumlah pesan yang tidak terlalu banyak dan dikemukakan secara
sistematis, serta disesuaikan dengan pendidikan, tingkat ekonomi, dan adat istiadat sasaran. Oleh sebab itu perlu dilakukan konsultasi redaksi kepada ahli bahasa agar isi
informasi lebih mudah dipahami oleh pasien.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian juga menunjukkan dari 17 responden yang menyatakan isi informasi baik, 5 10,9 tidak patuh minum obat, dan dari 14 responden yang
menyatakan isi informasi tidak baik, 4 8,7 patuh minum obat. Berarti walaupun telah dilakukan pemberian informasi yang baik kepada pasien tidak serta merta
menyebabkan kepatuhan, dan pemberian informasi yang tidak baik kepada pasien, masih dapat menimbulkan sikap patuh minum obat pada pasien, hal ini kemungkinan
disebabkan oleh faktor karakteristik responden, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, lama menderita penyakit dan lama menjalani pengobatan, serta dukungan
keluarga. Menurut Joenoes 1998 untuk patuh minum obat berhubungan dengan
faktor individu penderita faktor internal antara lain umur penderita, jenis kelamin dan pendidikan dan faktor di luar diri penderita faktor eksternal seperti lama
menderita penyakit dan faktor dukungan keluarga. Hasil penelitian diatas sama dengan penelitian Masduki 1993 di Kabupaten Kuningan dan penelitian Hutabarat
2008 di Kabupaten Asahan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor internal yaitu umur, jenis kelamin dan pendidikan, dan faktor eksternal yaitu lama
menderita penyakit dan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat. Menurut pendapat La Greca dalam Smet 1994 bahwa kepatuhan minum obat
pasien berusia lanjut lebih rendah karena daya ingat yang semakin berkurang, oleh karena itu informasi disampaikan kepada keluarga pasien.
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo 2005 bahwa kepatuhan minum obat dipengaruhi faktor dari dalam penderita antara lain jenis kelamin. Menurut pendapat
Universitas Sumatera Utara
Smet 1994 kaum perempuan cenderung lebih patuh minum obat untuk kesembuhannya dibanding dengan laki-laki, karena sesuai dengan kodrat wanita
untuk dapat berpenampilan menarik, karena setiap penyakit yang berakibat buruk terhadap penampilannya diupayakan untuk tidak terjadi dengan mematuhi segala
anjuran teratur minum obat. Menurut Schwart dan Griffin Bart, 1994 pendidikan pasien dapat
meningkatkan kepatuhan sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. Smet 1994 mengatakan bahwa pendidikan yang kurang akan
menyebabkan penderita tidak patuh minum obat, apalagi kalau penderita buta huruf, perlu penanganan lebih teliti untuk mengartikan instruksi tatacara penggunaan obat.
Menurut Niven 2002, keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat
juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota
keluarga yang sakit. Menurut Dickson dkk Bart, 1994, perilaku ketaatan lebih rendah untuk
penyakit kronis karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas, saran mengenai gaya hidup umum dan kebiasaan yang lama, pengobatan
yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, dan perilaku yang tidak pantas. Menurut Sarafino Bart, 1994, tingkat ketaatan rata-rata minum obat untuk
menyembuhkan kesakitan akut dengan pengobatan jangka pendek adalah sekitar
Universitas Sumatera Utara
78, untuk kesakitan kronis dengan cara pengobatan jangka panjang tingkat tersebut menurun sampai 54.
Menurut Feuerstein Niven, 2002, ada lima faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu pendidikan, akomodasi ciri kepribadian dan karakteristik pasien,
dukungan lingkungan sosial termasuk keluarga, model terapi dan lama pengobatan yang dijalani pasien, serta interaksikomunikasi petugas kesehatan.
Hasil uji chi-square menunjukkan secara statistik variabel isi informasi mempunyai hubungan signifikan dengan kepatuhan minum obat pasien DM p =
0,032, dan hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel isi informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan minum obat pasien DM. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin baik informasi yang disampaikan oleh petugas PIO akan semakin meningkatkan kepatuhan minum obat pasien DM, maka akan semakin
besar kemungkinan pasien DM berhasil dalam pengelolaan penyakitnya sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palestin 2000 pada pasien di poliklinik penyakit dalam RSU. dr. Sardjito Yogyakarta
menyatakan bahwa secara statistik terdapat pengaruh yang bermakna isi informasi terhadap kepatuhan dalam pengobatan pada pasien diabetes mellitus. Palestin, 2002.
5.2 Pengaruh Metode Informasi terhadap Kepatuhan Minum Obat