pasien DM, dan akan semakin besar kemungkinan pasien DM patuh terhadap anjuran pengobatan yang harus dijalani.
5.3. Pengaruh Peran Petugas PIO terhadap Kepatuhan Minum Obat
Peran petugas dalam penelitian ini adalah penilaian responden terhadap kemampuan petugas dalam berkomunikasi dan kemampuan petugas dalam
memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada responden selama mendapatkan PIO.
Hasil analisis uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan minum obat pasien DM rawat jalan RSUD. dr. H.
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi adalah peran petugas dengan nilai p value 0,003 dimana nilai p value tersebut paling kecil dari variabel lainnya.
Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa dari 13 responden yang menyatakan peran petugas PIO baik, 12 92,3 patuh minum obat, dari 23 responden yang
menyatakan peran petugas PIO kurang baik, 6 26,1 patuh minum obat, dan dari 10 responden yang menyatakan peran petugas PIO tidak baik, hanya 4 40,0 patuh
minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa peran petugas PIO penting dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pasien DM.
Hasil uji chi-square penelitian diatas sama dengan penelitian yang dilakukan Hutabarat 2008 di Kabupaten Asahan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
peran petugas dengan kepatuhan minum obat. Hasil penelitian yang sama
Universitas Sumatera Utara
diperlihatkan oleh Rachmalina dan Sunanti 1999 bahwa ada pengaruh peran petugas kesehatan terhadap ketaatan penderita berobat.
Niven 2002 menyatakan kualitas interaksi antara petugas kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
Meningkatnya interaksi petugas kesehatan dengan pasien adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang
diagnosis, dimana pasien membutuhkan penjelasan tentang kondisinya, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kondisi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat 6 responden 60,0 yang menyatakan bahwa peran petugas PIO tidak baik, dan 17 responden 73,9
yang menyatakan peran petugas PIO kurang baik. Dan hal ini berdampak secara langsung terhadap kepatuhannya, berarti petugas belum berperan maksimal dalam
memberikan PIO kepada pasien. Dari data kepegawaian RSUD. Dr .H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi
diketahui bahwa jumlah Apoteker yang melaksanakan PIO di RS tersebut hanya 7 tujuh orang, sedangkan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Apoteker
harus membagi waktu diantara tugas-tugas kefarmasian lainnya. Kurangnya jumlah dan waktu yang diberikan Apoteker sebagai petugas PIO dibandingkan dengan
jumlah pasien yang harus dilayani, menyebabkan kurang maksimalnya peran Apoteker sebagai petugas PIO. Oleh karena itu perlu dilakukan pemetaan terhadap
pasien yang memperoleh PIO, misalnya PIO dilakukan hanya pada pasien dengan penyakit kronik atau pasien yang tidak patuh saja atau dengan melakukan penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
secara berkala berdasarkan jenis penyakit berdasarkan jadwal yang telah ditentukan. Selain itu kurangnya pengetahuan dan kemampuan petugas dalam berkomunikasi
dengan pasien serta memberikan toleransi dan empati dalam komunikasi tersebut juga berpengaruh terhadap kepatuhan pasien.
Menurut Bart 1994 berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan petugas kesehatan mempengaruhi tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan
pengawasan yang kurang, ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan petugas kesehatan, dan ketidakpuasan terhadap pengobatan yang diberikan.
Menurut Joenoes 1998 seorang petugas kesehatan yang tidak komunikatif terhadap penderita akan menyebabkan penderita tidak mematuhi atau tidak
menggunakan obat yang diberikan kepadanya. Penyuluhan yang efektif diberikan petugas kesehatan akan memberikan motivasi untuk patuh oleh penderita. Efektivitas
komunikasi petugas dengan penderita akan membuat penderita patuh menggunakan obat, dengan jelas mengutarakan berapa jumlah obat sekali pakai, berapa kali sehari
dan harus diteruskan berapa hari. Joenoes juga menyatakan apabila penderita tidak dapat baca tulis maka petugas kesehatan memberikan keterangan secara lisan dan
berulang-ulang sehingga penderita merasa yakin atau mengerti informasi yang diberikan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari responden yang menyatakan peran petugas baik, ternyata hanya 1 2,2 tidak patuh minum obat, dan responden
yang menyatakan peran petugas tidak baik, ternyata 4 8,7 patuh minum obat. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya faktor internal seperti : umur, jenis kelamin,
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, dan faktor eksternal pasien seperti : dukungan keluarga, lama menderita dan menjalani pengobatan, sehingga menimbulkan motivasi diri untuk patuh terhadap
perintah pengobatan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin maksimal peran petugas PIO akan
semakin meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat dan melaksanakan anjuran pengobatan yang harus dijalani, sehingga akan meningkatkan daya hidup
penderita DM.
5.4 Pengaruh Komunikasi Petugas PIO dengan Kepatuhan Minum Obat