Epidemiologi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus .1 Definisi Diabetes Mellitus

sehingga terjadi hiperinsulinemia, kadar glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat, selanjutnya terjadi kelelahan sel beta pankreas, baru terjadi diabetes tipe 2 yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah Waspadji, 2007. Penderita diabetes mellitus tipe 2 mengalami penurunan sensitivitas terhadap kadar glukosa, yang berakibat pada pembentukan kadar glukosa yang tinggi. Keadaan ini disertai dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan glukosa, sehingga mekanisme ini menyebabkan meningkatnya resistensi insulin perifer Perkeni, 2003. Gejala klasik diabetes mellitus tipe 2 adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering buang air kecil terutama di malam hari, dan berat badan turun cepat, kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan kabur, gairah seks menurun dan luka sukar sembuh Waspadji, 2007.

2.1.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus tipe 2 meliputi lebih dari 90 dari semua populasi diabetes. Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6 dari orang dewasa. Prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dilaporkan lebih dari 40 adalah dewasa dengan umur lebih dari 40 tahun, rata-rata prevalensi di Amerika Latin antara 15-41 orang dewasa dengan umur lebih dari 45 tahun dengan gaya hidup barat dan sebesar 3 yang menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan gaya hidup setempat. Prevalensi umur 30-64 tahun di Pasific Island of Kiribati dan Samoa barat 11-16, dan Universitas Sumatera Utara Melanesians Papua New Guinea 37 The Diabetes Preventation Program Research Group, 2003. Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia dilaporkan sebesar 6,15 di Manado, Jakarta sebesar 12,8, Jawa Barat sebesar 1,1, dan Makasar sebesar 2,9 Soegondo, 2004. Diabetes mellitus tipe 2 sangat sulit untuk ditanggulangi karena penyebab terjadinya diabetes mellitus tipe 2 belum diketahui secara pasti, namun dari beberapa penelitian diketahui beberapa faktor risiko yang meningkatkan kejadian diabetes mellitus tipe 2 misalnya umur, riwayat keluarga, pola makan, obesitas, aktifitas fisik, hiperlipidemia dan hipertensi Rimbawan, 2004. a. Agent Bibit Penyakit Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit yang tidak disebabkan oleh masuknya agent tertentu dari luar tubuh penderita, melainkan karena disebabkan oleh faktor individu itu sendiri. Beberapa teori tentang penyebab diabetes mellitus tipe 2 telah diajukan tetapi belum ditemukan hasil yang memuaskan. b. Host Penjamu Beberapa pendapat menyebutkan adanya hubungan faktor individu yang berpengaruh terhadap terjadinya diabetes mellitus tipe 2, antara lain umur, hipertensi, obesitas, riwayat keluarga Turtle, 1999. 1. Umur Penelitian yang dilakukan CDC Centre Disease Control and Preventation di Atlanta dari suatu survey epidemiologi bahwa prevalensi penderita diabetes Universitas Sumatera Utara mellitus diderita dewasa berumur 18 tahun sebesar 20 jika ada faktor riwayat keluarga. Prevalensi diabetes mellitus pada umur 40 tahun meningkat menjadi 40. Berdasarkan Perkeni 2003 DM diderita usia lebih dari 45 tahun, dan semakin tingginya usia harapan hidup maka kemungkinan akan menderita diabetes. 2. Hipertensi Penelitian di Hongkong China 1997 oleh Chan, dilaporkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat dari kurang 5 pada orang normal menjadi 15-25 dengan intoleransi glukosa. Hipertensi menyebabkan resistensi insulin, dislipidemia, meningkatnya albuminuria dan pencatatan tekanan darah selama 24 jam dengan orang yang menderita diabetes mellitus. 3. Obesitas Obesitas adalah faktor risiko utama untuk diabetes mellitus. Berat badan yang lebih dapat membuat dan menggunakan hormon insulin dengan baik. Diabetes Program Prevention DPP menunjukkan bahwa berkurangnya berat badan dapat membantu mengurangi risiko peningkatan diabetes mellitus karena hal itu akan membantu hormon insulin yang digunakan oleh tubuh lebih efektif. Orang-orang yang berat badannya turun antara 5-7 akan mengurangi risiko terkena diabetes mellitus sebesar 58. Moore, et.al 2003 menunjukkan bahwa penurunan berat badan 3,7 – 6,8 kg pada individu yang berusia 30-50 tahun mengurangi risiko diabetes mellitus sebesar 33 dibandingkan dengan berat badan yang tetap gemuk. Hal ini Universitas Sumatera Utara menunjukkan faktor risiko obesitas merupakan faktor utama untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. 4. Riwayat Keluarga Pada banyak keluarga dan studi kembar, komponen yang besar dari faktor genetik pada etiologi diabetes mellitus. Rata-rata penderita diabetes mellitus dengan kembar monozygot sebesar 70-80, kembar dizygot sebesar 10-20. Hal yang menarik tentang diabetes mellitus dari beberapa studi menunjukkan bahwa ibu kandung yang menderita diabetes mellitus lebih menurunkan kepada anak dari pada bapaknya yang menderita diabetes mellitus The Diabetes preventation Research Group, 2003. c. Environment Lingkungan Faktor lingkungan merupakan salah satu pemicu timbulnya diabetes mellitus. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah gaya hidup lifestyle yang terdiri dari pola makan dan aktifitas fisik. Kedua faktor ini sangat berperan menyebabkan tingginya kasus diabetes mellitus. 1. Pola Makan Diet merupakan salah satu determinan penting penyebab obesitas dan banyak hal penting dalam perkembangan diabetes mellitus. Suatu studi historical menunjukkan diabetes mellitus diantara orang-orang yang terpapar dengan makanan yang kurang dan makanan yang lebih pada populasi yang banyak di Nauruans, dengan masukan kalori yang tinggi dan tingkat obesitas Universitas Sumatera Utara yang tinggi, mendukung hubungan yang signifikan untuk terjadinya diabetes mellitus. Heather, et.al., 2001 menunjukkan bahwa karbohidrat yang berbeda akan memberikan efek berbeda pada kadar glukosa darah dan respon insulin, walaupun diberikan dalam jumlah sama. Jumlah karbohidrat bukan dasar yang cukup untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Hasil penelitian bahwa pangan dengan Index Glicemi rendah dapat memperbaiki pengendalian metabolik pada penderita diabetes mellitus Rimbawan, 2004. 2. Aktifitas Fisik Penelitian yang dilakukan di USA pada 21.217 dokter selama lima tahun menemukan bahwa kasus diabetes mellitus lebih tinggi pada kelompok yang melakukan latihan jasmani kurang dari satu kali perminggu dibandingkan dengan kelompok yang melakukan latihan jasmani lima kali perminggu. Penelitian lain yang dilakukan selama delapan tahun pada 87.353 perawat wanita yang melakukan latihan jasmani ditemukan penurunan risiko diabetes mellitus The Diabetes preventation Research Group, 2003.

2.1.3 Patofisiologi dan Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus Tipe 2

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN TELEMEDICINE TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

2 14 109

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT JALAN Evaluasi Kepatuhan Minum Obat Antipsikotik Oral Pasien Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah X.

7 19 15

EVALUASI KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIPSIKOTIK ORAL PASIEN SKIZOFRENIA DI INSTALASI RAWAT Evaluasi Kepatuhan Minum Obat Antipsikotik Oral Pasien Skizofrenia Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah X.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat Dan Keberhasilan Terapi Pada Pasien Diabetes Mellitus Instalasi Rawat Jalan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT DAN KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS INSTALASI RAWAT JALAN DI RS X Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat Dan Keberhasilan Terapi Pada Pasien Diabetes Mellitus Instalasi Rawat Jalan Di Rsud Dr

0 1 15

ANALISIS PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN ANALISIS PENGGUNAAN OBAT HERBAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 2 15

EKSPLORASI KEBUTUHAN PASIEN RAWAT JALAN PADA PELAYANAN INFORMASI OBAT DI RUMAH Eksplorasi Kebutuhan Pasien Rawat Jalan Pada Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Kota Malang.

0 6 16

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Sukoharjo.

1 4 14

EVALUASI TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten Sukoharjo.

0 2 17

View of HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI RSUD PENAJAM PASER UTARA

0 0 7