Penentuan prioritas pelayanan kesehatan mensyaratkan pemahaman tentang 1 status kesehatan, 2 kebutuhan dan risiko kesehatan, 3 sumber daya dan
kemampuan masyarakat yang terkena dampak sebelum bencana terjadi. Kebutuhan informasi tentang persyaratan diatas, akan dapat menyulitkan koordinasi jika terjadi
bencana di daerah yang menjadi areal service dan tanggung jawab Dinas kesehatan. Oleh karena itu diperlukan suatu pengkajian yang melibatkan semua stake holder
pada tahap pra bencana. Informasi ini penting untuk menyusun rencana contingency yang segera dapat direvisi dan ditindaklanjuti dengan aksi penangggulangan yang
harmonis Pujiono, 2006. Secara umum menurut Proyek Sphere bahwa intervensi kesehatan masyarakat
dirancang untuk menjamin terciptanya manfaat kesehatan dalam hal pertolongan darurat dan pertolongan klinis pada orang cedera atau sakit. Upaya pencegahan pada
saat bencana yang dapat dilakukan bekerja sama dengan sektor terkait lainnya adalah masalah ketersediaan air bersih, gizi pangan, sarana penampungan dan pelayanan
klinis mencegah penyebaran wabah penyakit akibat bencana Pujiono, 2006. Koordinasi lintas sektor berarti bahwa satgas kesehatan tidak pernah dapat
berdiri sendiri untuk menangani segala masalah kesehatan akibat dari bencana. Organisasi PPK di dalam berkoordinasi tidak hanya kepada sumber daya yang berada
dibawah pengawasannya tetapi juga terhadap sumber daya sektor-sektor lain di bawah koordinasi BPBD BNPB, 2007.
2.2 Koordinasi
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang bencana bahwa kegiatan koordinasi merupakan salah satu fungsi Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana. Di samping
itu unsur pelaksana juga melaksanakan fungsi komando dan sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Fungsi komando diperlukan dalam saat
tahap tanggap darurat, dimana tidak ada lagi kesempatan untuk melakukan perdebatan atau argumentasi yang berlarut-larut selain hanya melaksanakan tugas
yang diperintahkan oleh komando atasan. Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 bahwa
penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Kata terpadu dalam
penanggulangan bencana penting karena masalah yang ditimbulkan terkait dengan berbagai sektor yang multi kompleks.
Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Pengertian lain tentang koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim
dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri Hasibuan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Tunggal 2002, mendefinisikan koordinasi coordination sebagai proses pengintegrasian sasaran-sasaran dan aktivitas dari unit kerja yang terpisah
departemen atau area fungsional agar dapat merealisasikan sasaran organisasi secara effektif. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi
dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya.
Griffin 1998, memberikan suatu definisi yang lebih singkat tentang koodinasi yaitu suatu proses menghubungkan linking semua kegiatan dari berbagai-
bagai bagian kerja departement pada lingkup organisasi. Linking diperlukan karena bermakna mengaitkan semua departemen untuk selalu saling membantu dalam
koordinasi yang efektif. Terdapat 3 tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan
organisasi seperti diungkapkan oleh Thompson Handoko, 2003, yaitu: a. Saling ketergantungan yang menyatu pooled interdependence, bila satuan-
satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap
satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir. b. Saling ketergantungan yang berurutan sequential interdependence, di mana
suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
c. Saling ketergantungan timbal balik reciprocal interdependence, merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Handoko 2003, menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat
diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-
organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
2.2.1 Masalah-Masalah dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda. Lawrence dan Lorch Handoko, 2003 mengungkapkan 4 empat tipe perbedaan
dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu: a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari
departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Bagian penjualan
misalnya menganggap bahwa diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya
sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam
periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih
terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
c. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar,
sedang bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang
lain.
d. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk
mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
2.2.2 Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan 2007, terdapat 2 dua tipe koordinasi, yaitu: a. Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya.
b. Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat.
2.2.3 Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan 2007, terdapat 3 tiga sifat koordinasi, yaitu: a. Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
b. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator manajer dalam rangka mencapai sasaran.
Universitas Sumatera Utara
c. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan. Asas koordinasi adalah asas skala hierarki artinya koordinasi itu
dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain.
Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan koordinator harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
2.2.4 Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan 2007, terdapat 4 empat syarat koordinasi, yaitu: a. Sense of cooperation perasaan untuk bekerjasama, ini harus dilihat dari
sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang. b. Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan
antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
c. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
d. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.
2.2.5 Ciri-Ciri Koordinasi
Menurut Handayaningrat 1985, koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi
sering dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak
mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat yang
sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
b. Adanya proses continues process. Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan
sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
c. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha
individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk
mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan
pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
d. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-
usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam
mencapai hasil.
Universitas Sumatera Utara
e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan
tujuan sebagai kelompok di mana mereka bekerja
Dalam operasionalnya koordinasi adalah proses pengintegrasian penggabungan yang padu dari semua tujuan dan kegiatan anggota satuan-satuan
yang letaknya boleh terpisah berjauhan di lingkup organisasi masing-masing, supaya dapat menghasilkan suatu hasil optimal yang disetujui bersama Rowland, 1984.
Kutipan yang dapat disarikan sebagai berikut : 1 Koordinasi dari usaha meliputi penyesuaian dari kegiatan-kegiatan untuk
memperoleh suatu atau sekelompok tujuan. Bila semua pekerja diberikan kebebasan melakukan pekerjaan menurut cara sendiri-sendiri, masing-masing
akan dipandu oleh ide masing-masing tentang apa yang harus dilakukan. Walaupun semua memiliki keinginan untuk kooperatif, hasil akhir dapat
menghasilkan pemborosan waktu, daya upaya, dan sumber daya uang karena tidak ada petunjuk yang jelas memandu usaha tersebut. Secara konsekuen
koordinasi dibutuhkan dan menjadi suatu tanggung jawab utama dari pemimpin-pemimpin manejer-manejer.
2 Koordinasi adalah berbeda sikap kooperatif. Kooperatif boleh terjadi secara spontan di lingkungan kelompok pekerja namun koordinasi terjadi hanya bila di
sana ada kepemimpinan yang efektif effective leadership. Di dalam arti praktis koordinasi berarti konsentrasi dan penggunaan usaha yang kooperatif diseluruh
anggota tim untuk menyelesaikan suatu tugas secara ekonomis dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
3 Untuk dapat memperoleh kualitas koordinasi yang ideal seharusnya manajemen telah memulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dn pengendalian
yang baik. Koordinasi Coordination adalah salah satu dari kegiatan yang dilaksanakan
dalam “manajemen bencana” yang dikenal dengan empat C yaitu Command komando, Control Pengendalian; Coordination Koordinasi dan Communication
Komunikasi. Keempat hal ini kerap dilakukan karena melibatkan multi sektor yang terkait dalam penanganan bencana. Komando adalah fungsi perintah didasarkan atas
sistem hirarki suatu organisasi yang dilakukan secara vertikal. Pengendalian adalah
fungsi mengarahkan dan dilakukan pada suatu situasi yang menyangkut lintas organisasi. Koordinasi adalah fungsi keduanya yang diarahkan pada penggunaan
sumber daya secara sistematis dan efektif Rowland, 1984. Dalam melaksanakan tugas penanganan bencana terutama pada saat tanggap
darurat harus ada satu kesatuan perintah unity of command dari seseorang kepada orang lain yang bertanggung jawab kepadanya, sehingga apa yang mesti dilaksanakan
jelas dan tidak membingungkan Rowland, 1984. Koordinasi adalah proses perpaduan kegiatan lintas sektoral baik dalam
pemerintahan maupun stake holders lainnya dalam upaya penanganan bencana agar dapat mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Fungsi koordinasi
dilakukan secara terintegrasi dengan sektor terkait pada 1 tahap pra dan 2 pasca bencana sedangkan pada tanggap darurat fungsi yang dilaksanakan adalah dominan
Universitas Sumatera Utara
fungsi komando karena fungsi koordinasi telah lebih dahulu dilaksanakan pada tahap pra bencana Depkes RI, 2002.
2.2.6 Tujuan Koordinasi
Koordinasi adalah upaya menyatu padukan berbagai sumber daya dan kegiatan organisasi menjadi suatu kekuatan sinergis, agar dapat melakukan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat akibat kedaruratan dan bencana secara menyeluruh dan terpadu sehingga dapat tercapai sasaran yang direncanakan
secara efektif serta harmonis Depkes RI, 2002. Koordinasi yang baik akan menghasilkan upaya yang terpadu dan terarah
dalam memberdayakan semua potensi yang ada, dengan tujuan : 1. Mencegah duplikasi program. Masing-masing unit pelaksana terkait memiliki
program penanggulangan bencana sesuai dengan tugas dan fungsi dan kemampuan yang sebelumnya telah dinventarisasi dan dilaporkan pada bagian
pengurusan database di dinas kesehatan. 2. Menjawab pertanyaan “siapa mengerjakan? Apa? Bagaimana? dan di mana?”
Dalam situasi darurat bencana selalu terjadi kebingungan dalam siapa yang mengerjakan, apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.
3. Jaminan skala prioritas. Dengan koordinasi yang baik akan diperoleh skala prioritas tindakan yang dijamin dapat dilaksanakan oleh semua pihak.
Universitas Sumatera Utara
4. Adanya pelayanan sesuai “standar”. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar minimal pelayanan kesehatan. Untuk kepastian standar diperlukan SOP
Standard Operating Procedure 5. Tingkat Efektivitas yang tinggi. Tingkat efektivitas adalah terutama dalam
kegiatan penanggulangan bencana. Aspek efisiensi adalah aspek yang berikutnya karena dalam kasus bencana selalu harus ditanggulangi dengan biaya
tak terduga. Namun demikian setiap pelaksana penanggulangan bencana, perlu mengurangi pemborosan tenaga dan waktu dalam melaksanakan kegiatan.
2.2.7 Standard Operating Procedure SOP dalam Koordinasi
Ada beberapa pendapat tentang Prosedur Operasi Standar dalam melaksanakan koordinasi antara lain : Menurut Pusat Penanggulangan masalah
kesehatan Depkes RI 2002, Prosedur Operasi Standar dalam melaksanakan koordinasi adalah : 1 adanya media untuk berkoordinasi, 2 adanya tempat dan
waktu untuk melaksanakan koordinasi, 3 adanya unit atau pihak yang dikoordinasikan. Unit yang dimasud di sini adalah organisasi kesehatan baik instansi
maupun tim kesehatan lapangan, 4 pertemuan reguler. Pertemuan reguler dapat dilaksanakan secara periodik dalam waktu perbulan, pertriwulan, persemester atau
bersifat insidentil apabila diperlukan, 5 tugas pokok dan tanggung jawab organisasi sektor kesehatan yang jelas, 6 informasi dan laporan, 7 kerjasama pelayanan dan
sarana, dan 8 aturan Code of conduct organisasi kesehatan yang jelas
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rapat koordinasi Satkorlak PB, Prosedur Operasi Standar dalam melaksanakan koordinasi adalah sebagai berikut : 1 Tentukan pola koordinasinya
berbagi informasi?, kegiatan bersama?, program terpadu?, 2 Tunjuk penanggungjawabnya, 3 Jadwalkan titik pertemuan koordinasi dan 4 Tentukan
mekanisme pertanggungjawaban. 2.3 Penyusunan Rencana Aksi
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan-tujuan organisasi dan kemudian mengartikulasikanmenyajikan dengan jelas strategi-strategi, taktik-taktik
dan operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut Tunggal, 2002. Perencanaan adalah pemikiran yang logis dan rasional berdasarkan
datainformasi atau perkiraan-perkiraan sebagai dasar kegiatan atau aktivitas organisasi, manajemen maupun individu dalam upaya mencapai tujuan.
Menurut Handoko 1984, Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana,
dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dimana perencanaan dan kegiatan yang
diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang yaitu saat rencana dibuat. Perencanaan memiliki hierarki mulai dari penetapan misi, rencana strategik,
rencana taktis dan rencana operasional yang dibagi menurut kurun waktu tertentu. Stoner dan Kootz dalam Handoko 2003, membagi hierarki rencana organisasi
menjadi; 1 maksud atau misi, 2 sasaran, 3 strategi, 4 prosedur dan aturan
Universitas Sumatera Utara
5 kebijakan utama dan penunjang, 6 program besar atau kecil dan program
pendukung dan 7 anggaran.
Rencana aksi sangat diperlukan bagi semua pelaku organisasi untuk beroperasi secara efektif. Dalam skala kecil dapat berupa aktivitas atau tindakan yang
biasa dilakukan, tetapi skala yang besar dibutuhkan suatu rencana yang tertulis untuk setiap tahapan operasi agar pengendalian dan pengawasan dapat dilaksanakan secara
efektif. Dalam manajemen bencana perencanaan aksi merupakan rencana operasi secara umum sumber daya, pengorganisasian, peran dan fungsi yang mencakup pra,
saat dan pasca bencana, berlaku untuk semua jenis ancaman yang ada dan disusun pada jangka waktu tertentu sebelum terjadi bencana PP No 21 tahun 2008.
Rencana aksi penanggulangan bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana yang dapat dibagi menjadi :
a. Rencana aksi nasional pengurangan bencana. b. Rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana.
Dalam PP No 21 tahun 2008, disebutkan bahwa rencana aksi untuk pengurangan risiko bencana disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu
forum yang meliputi unsur dari pemerintah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha yang dikoordinasikan oleh BPBD.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Efektivitas Organisasi 2.4.1 Pengertian Efektivitas Organisasi