“Aku Kesepian, Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian.

Lampiran 3 Sinopsis Cerpen

1. “Aku Kesepian, Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian.

Rumah adalah semesta manusia. Semesta adalah rumah manusia. Suka atau tidak, manusia berumah dalam semesta, menjadikan rumah dan semesta sebagai dunianya dan tiada tempat lain ke mana ia bisa pergi jika tidak bisa hidup di dalamnya. Cerita ini tentang seorang wanita kesepian yang mengharapkan kebahagiaan. Ia berada di dalam kamar tetapi tahu bagaimana keadaan diluar. Jika malam bagi orang-orang adalah waktu untuk beristirahat, namun berbeda dengannya. Baginya malam adalah awal dari sebuah perjalanan yang panjang. Ia menganggap dunia malam adalah dunia mimpi. Meskipun mimpi itu tidak seindah yang diharapkan, tetapi mimpi itu lebih baik daripada kenyataan yang mengenaskan. Semua ativitas yang ia inginkan ia lakukan di dalam kamar, tanpa ia sadari jam terus berjalan yang menunjukkaan malam semakin larut, tapi tetap saja ia hingga saat ini masih ada di dalam kamar. Meskipun ia berada dalam kamar ia mengetahui keadaan di luar, ada lelaki yang setelah pulang dari pekerjaan langsung pulang dan ada yang langsung meluncur entah kemana untuk mencari sebuah kebahagiaan. Banyak alasan mereka untuk tidak pulang, ada yang banyak permasalahan, bosan atau memang lelaki nakal yang mencari kebahagian diluar walau hanya semalam. Malam memang sunyi, tapi tidak ada satu orangpun yang ingin kesepian. Setiap orang membutuhkan orang lain sebagai teman. Malam yang sepi, namun beda bagi sebagian orang yang tertidur di berbagai gang-gang yang terusik dengan teriakan dan suara gitar di hujung jalan. Dia wanita penggoda yang tahu bagaimana keadaan diluar, karena kesehariannya seperti dia mengamati semuanya. Menjadi simpanan lelaki beristeri. Ia ingin sekali dinikahi dengan lelaki itu, tetapi karena lelaki itu sudah beristri ia Universitas Sumatera Utara mengurungkan niatnya. Hatinya begitu hancur karena ia begitu mencintai lelaki beristri itu. Meskipun begitu tersakiti ia harus mengurungkan niatnya, ia akan menanti dan mengharapkan seorang lelaki yang datang kepadanya dengan menawarkan ikatan hubungan yang pasti akan membahagiakannya. Cafe yang terlihat remang-remang, di dalam sana banyak orang-orang yang menghilangkan kekesalan dan masalahnya walau hanya semalam. Musik yang mengajak semua orang di dalamnya bergoyang mengikuti irama tanpa masalah, lampu yang samar membuat semua terlihat samar, memang tidak ada yang terlihat jelas jika malam semuanya akan samar-samar. Disetiap sudut, semua kursi terisi dengan wajah yang samar-samar. Wanita dengan celana dalam terindah duduk menikmati blues, segelas tequila dan merokok santai dengan bibir setengah terbuka. Ia duduk seorang diri seolah-olah menunggu seseorang. Ia tidak seperti perempuan lain yang mudah berpindah ke tempat lain dengan sekali pandang, menggoda bahkan mencoba mengundang. Ia wanita yang terlihat terhormat meskipun masih sendirian. Mungkin tidak ada seorangpun yang menyadari ia menggunakan celana dalam terindah yang begitu menjanjikan di atas ranjang. Ia begitu terlihat indah meskipun di bawah lampu yang samar. Setiap orang yang memandang akan mengira dirinya sedang menunggu seseorang, hal itu lebih menenangkan hatinya daripada semua orang tahu bahwa ia tidak menunggu seorangpun di cafe itu. Ia datang tanpa janji, mencari sesuatu yang tidak pasti entah apa, dan mengharapkan sebuah kebetulan yang dapat membahagiakan hatinya. Ia hanya mengharapakan seseorang yang bisa diajak berbincang meskipun tidak dikenal. Tetapi sayang, tidak terjadi kebetulan seperti yang ia harapkan. Wanita itu keluar dari kamar berjalan pelan untuk menghilangkan rasa kesepian. Ia mengharapkan sebuah kafe terang, tapi semuanya sia-sia tidak ada kafe yang terang, semua lampunya samar-samar. Karena tidak ada yang boleh terlihat dengan kenyataan. Semua orang membutuhkan mimpi, selayaknya membutuhkan nasi. Ketika orang pulang dengan kedaan mabuk menjelang pagi Universitas Sumatera Utara bermimpi, maka setelah itu tidur dan bermimpi lagi. Karena hidup dari mimpi ke mimpi. Rembulan yang bersinar terang menghiasi malam, kaki melangkah pelan menyusuri malam yang sepi, hanya penjaga malam yang masih bermain kartu. Sementara yang lain sudah kembali bermimpi dan terus bermimpi, hingga mimpi itu berganti menjadi mimpi kembali. Wanita kesepian di penghujung malam yang menginginkan sebuah kebahagiaan. Mengharapakan teman walau hanya untuk berbincang. Ia tetap menunggu, menunggu dan terus menunggu hingga seseorang yang tak dikenal datang untuk memecah kesunyian. Tapi bukan lelaki beristri yang ia harapkan melainkan lelaki bujang yang bisa membawanya dalam sebuah kebahagiaan. Ia tetap menunggu dan menunggu dalam sepi hingga kematian datang menjelang.

2. “Legenda Wongasu”