Defenisi Kepribadian Teori Struktur Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud

manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Seks dan insting-insting hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu libido Freud berpendapat bahwa manusia dapat menjadi neurotik – bahkan psikotik struktur mental menjadi tidak seimbang. Pada orang-orang normal, ego memiliki kekuatan untuk mengontrol insting dari id dan untuk menahan hukuman dari superego Freud, 2006: 435. Freud sebagai pakar dibidang psikologi juga berhasil menciptakan formulasi psikoanalisis tentang kepribadian, psikoanalisis yang diciptakan Freud terbagi atas beberapa bagian, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian dan perkembangan kepribadian. Penelitian ini hanya meniliti para tokoh melalui struktur kepribadiannya saja.

2.3.3 Defenisi Kepribadian

Kata kepribadian sesungguhnya berasal dari kata latin, yaitu pesona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan perannya. Lambat laun, kata persona personality berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial yang diterimanya. Kepribadian menurut Semiun 2006: 28 adalah, ”Organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara- caranya yang unik dan khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Universitas Sumatera Utara Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik. Maka sukar sekali dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian, yang dapat kita lakukan adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita dan persoalan- persoalan yang dihadapi seseorang. Persoalan-persoalan tentang penyikapan kehidupan yang menyerang para tokoh secara otomatis akan berpengaruh pada kepribadiannya, oleh sebab itu luapan kepribadian tersebut akan diteliti dengan menggunakan teori stuktur kepribadian Sigmund Freud.

2.3.4 Teori Struktur Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud

Menurut Freud 2006: 594 kepribadian memiliki tiga unsur penting, yaitu id aspek biologis, ego aspek psikologis, dan superego aspek sosiologis. 2.3.4.1 Id das Es Id merupakan sistem kepribadian yang paling primitifdasar yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. Id adalah sistem kepribadian yang di dalamnya terdapat faktor – faktor bawaan. Freud 2006:596. Faktor bawaan ini adalah insting atau naluri yang dibawa sejak lahir. Naluri yang terdapat dalam diri manuasia dibedakan menjadi dua, yaitu naluri kehidupan life instincts dan naluri kematian death instincts. Naluri kehidupan oleh Freud adalah naluri yang ditujukan pada pemeliharaan ego the conservation of the individual dan pemeliharaan kelangsungan jenis the Universitas Sumatera Utara conservation of the species. Dengan kata lain, naluri kehidupan adalah naluri yang ditujukan kepada pemeliharaan manusia sebagai individu maupun spesies. Sedangkan naluri kematian adalah naluri yang ditujukan kepada penghancuran atau pengrusakan yang telah ada” Koswara, 1991:38-39 Freud 2006: 597 berpendapat, “Naluri memiliki empat sifat, yakni Sumber insting, yang menjadi sumber insting adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tujuan insting adalah untuk menghilangkan ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi yang tidak dapat diredakan. Objek insting adalah benda atau hal yang bisa memuaskan kebutuhan. Pendorong insting adalah kekuatan insting itu, yang bergantung pada besar kecilnya kebutuhan. 2.3.4.2 Ego das Ich Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan pribadi untuk berhubungan dengan dunia nyata Freud 2006:599. Seperti orang yang lapar harus berusaha mencari makanan untuk menghilangkan tegangan rasa lapar dalam dirinya. Hal ini berarti seseorang harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataannya. Hal inilah yang membedakan antara id dan ego. Dikatakan aspek psikologis karena dalam memainkan peranannya ini, ego melibatkan fungsi psikologis yang tinggi, yaitu fungsi konektif atau intelektual Freud 2006: 603. Ego selain sebagai pengarah juga berfungsi sebagai penyeimbang antara dorongan naluri Id dengan keadaan lingkungan yang ada. Universitas Sumatera Utara Ego dalam perjalanan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuas kebutuhan atau naluri yang berasal dari id, melainkan bertindak sebagai perantara dari tuntunan–tuntunan naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan naluri–naluri yang tidak layak atau yang tidak bisa diterima oleh lingkungan. 2.3.4.3 Superego das über Ich Superego adalah aspek sosiologis dari kepribadian dan merupakan wakil dari nilai–nilai tradisional atau cita–cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orangtua kepada anak–anaknya, yang dimaksud dengan berbagai perintah dan larangan Freud 2006:605. Dengan terbentuknya superego pada individu, maka kontrol terhadap sikap yang dilakukan orang tua, dalam perkembangan selanjutnya dilakukan oleh individu sendiri. Superego pada diri individu bisa dikatakan terdiri dari dua subsistem. “Apapun yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan cenderung menjadi suara hatinya conscience, apa pun juga yang mereka setujui dan menghadiahi anak akan cenderung menjadi ego-ideal anak” Freud 2006:606. Freud berpendapat bahwa fungsi pokok dari superego dapat dilihat dari hubungannya aspek kepribadian yang lain, yaitu : a Merintangi implus–implus id, terutama implus seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat Universitas Sumatera Utara b Mendorong superego untuk lebih mengejar hal–hal yang bersifat moralistis daripada yang realistis c Mengejar kesempurnaan Mengakhiri uraian instansi kepribadian di atas, dapat dipahami bahwa kepribadian adalah bentukan dari tiga instansi yang berbeda fungsi dan operasinya tetapi saling mempengaruhi sehingga membentuk satu totalitas dan tidak bisa dipisahkan Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode memegang peranan penting dalam sebuah penelitian. Karena semua kegiatan yang dilakukan dalam upaya membuktikan sesuatu di dalam penelitian sepenuhnya bergantung kepada metode yang digunakan. Maksudnya untuk mencapai sasaran dan tujuan penelitian, metode merupakan kunci sekaligus kendali dalam suatu proses penelitian. Arikunto 1993: 22 mengatakan, ”Metode penelitian merupakan suatu yang sangat penting karena berhasil tidaknya penelitian dan rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam memilih metode penelitian”. Sama halnya dengan pendapat di atas, metode penelitian adalah cara mencari ketenaran dan azas-azas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995: 741. Metode dalam sebuah penelitian dapat menggunakan metode kuantitatif berupa angka dan metode kualitatif berupa penjabaran melalui penyajian kata-kata. Metode kualitatif merupakan wujud kata-kata dan bukan angka. Data ini telah dikumpulkan dalam aneka macam cara seperti observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman, dan biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan atau melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis, tetapi analisis kualitatif 37 Universitas Sumatera Utara