Kategorisasi Tokoh Hakikat .1 Cerpen

2.2.2.6 Gaya Bahasa Situmorang dalam Ambarita 2004: 2 mengemukakan, ”Gaya bahasa adalah cara pengarang mengekspresikan atau melahirkan isi hatinya.” Sejalan dengan pendapat di atas, Tarigan dalam Ambarita 2004: 2 juga mengemukakan, ”Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum.” Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan pengarang untuk mengekspresikan isi hatinya untuk meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum.

2.2.3 Kategorisasi Tokoh

Dilihat dari segi keterlibatannya, tokoh dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Sayuti 2000: 74 berpendapat, ”Tokoh utama dapat ditentukan melalui tiga cara. Pertama, tokoh itu yang paling banyak terlibat dengan makna atau tema. Kedua, tokoh itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Dan ketiga, tokoh itu yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan”. Dapat disimpulkan bahwa tokoh utama ialah tokoh yang mengambil bagian terbesar dalam setiap peristiwa dalam penceritaan, sedangkan tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya muncul dalam beberapa kali cerita, dan itu pun hanya dalam takaran cerita yang cukup pendek. Universitas Sumatera Utara Altenbernd dan Lewis dalam Aminuddin 1990: 128 mengemukakan pembagian tokoh menjadi dua bagian yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab terjadinya masalah atau konflik dalam suatu cerita, berposisi dengan tokoh secara langsung ataupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin. Nurgiyantoro juga membagi-bagi tokoh dalam keterlibatan cerita, yaitu tokoh sederhana dan tokoh bulat. ”Tokoh sederhana adalah tokoh yang memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat dan watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tak diungkapkan berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Ia tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sedangkan tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkapkan sebagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Nurgiyantoro 1998: 178 Altenbernd dan Lewis dalam Sayuti 2000: 188 berpendapat, ”Tokoh dibagi menjadi empat bagian, yaitu tokoh statis, tokoh berkembang, tokoh tipikal, dan tokoh netral”. Tokoh statis berarti tokoh yang pada hakikatnya tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi, sedangkan tokoh berkembang merupakan tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan watak sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot Universitas Sumatera Utara yang dikisahkan. Artinya ia aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun lainnya yang pada akhirnya kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap watak dan tingkah lakunya. Tokoh tipikal adalah tokoh yang lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh tipikal merupakan cerminan penggambaran, pencerminan, atau pertunjukan terhadap orang, atau dengan kata lain seorang individu sebagai bagian dari suatu lembaga di dunia nyata. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imanjiner yang hanya hidup dalam dunia imajinatif. Ia hadir atau dihadirkan semata-mata demi cerita atau bahkan dialah sebenarnya yang empunya cerita, pelaku cerita, dan yang diceritakan. Dapat disimpulkan dalam penelitian ini, peneliti membatasi pelibatan tokoh pada tokoh utama saja, namun keterlibatan tokoh pendamping relatif dicantumkan apabila konflik yang terbangun melibatkan rutinitas tokoh utama. Hal ini didasarkan pada defenisi cerpen yang merupakan cerita pendek dengan mayoritass penampilan satu sampai tiga tokoh saja untuk membangun kejadian atau konflik dalam cerita. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Teknik-teknik Pembentukan Tokoh dalam Karya Sastra