BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengkajian dan penilaian terhadap antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” karya Seno Gumira
Ajidarma, maka diperoleh data-data yang berkaitan dengan stuktur kepribadian tokoh berupa id, ego, dan superego. Kepribadian para tokoh tersebut dianalisis berdasarkan
kajian psikoanalisis Sigmund Frued. Data-data tersebut kemudian disajikan dalam dua bentuk yaitu hasil penelitian dan pembahasan.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam antologi cerpen ”’Aku Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” karya Seno Gumira Ajidarma ini terdiri atas 1 identifikasi
tokoh dengan penerapan teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra dan 2 struktur kepribadian Sigmund Freud berupa analisis id, ego, dan superego.
4.1.1 Identifikasi tokoh
Identifikasi tokoh dalam sebuah penelitian diperlukan guna pengenalan para tokoh. Identifikasi tokoh dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik
pembentukan tokoh dalam karya sastra, teknik-teknik tersebut adalah teknik ekspositori analitik, teknik cakapandialog, teknik tingkah laku perbuatan, teknik
42
Universitas Sumatera Utara
arus kesadaranpsikologis, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan fisik,teknik pelukisan latar, teknik pikiran dan perasaan. Sejalan dengan
penganalisisan antologi cerpen ini, maka tidak semua teknik tersebut dapat digunakan. Hal ini dikarenakan ada beberapa teknik yang lebih mendekati ke teknik
lainnya dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun hasil identifikasi tokoh dalam penelitian ini adalah 1 cerpen ”’Aku
Kesepian, Sayang.’, ’Datanglah, Menjelang Kematian.’” dengan tokoh ‘aku’, menggunakan dua teknik yaitu teknik percakapan dan teknik pikiran dan perasaan,
2 cerpen “Legenda Wongasu” dengan tokoh ‘Sukab’ menggunakan satu teknik yaitu teknik reaksi tokoh, 3 cerpen “Avi” dengan tokoh ‘Avi’ menggunakan teknik
pikiran dan perasaan dan teknik percakapan, 4 cerpen “Penjaga Malam dan Tiang Listrik” dengan tokoh ‘Penjaga Malam’ menggunakan dua teknik yaitu teknik
percakapanreaksi tokoh lain dan teknik reaksi tokoh. Khusus pada cerpen yang keempat ini, peneliti menyamakan teknik
percakapan dengan teknik reaksi tokoh lain. Hal ini dikarenakan konflik timbul dimulai dari sebuah percakapan antara tokoh utama dengan tokoh pendamping
kemudian disusul dengan terjadinya pertengkaran yang diakibatkan sikap tokoh pendamping semena-mena dan cenderung mengganggu aktivitas rutin tokoh utama
sebagai penjaga malam.
Universitas Sumatera Utara
Berikut kutipan teks dalam antologi cerpen yang dikategorikan berdasarkan teknik-teknik pembentukan tokoh dalam karya sastra.
1. Judul cerpen
: AKSDMK Aku Kesepian, Sayang. Datanglah, Menjelang Kematian.
Tokoh : Aku
Teknik : 1. Percakapan
Kutipan : ”Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah
beristri? Bukan mauku menjadi pengganggu rumah tangga
orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku
meski aku akan selalu merindukanmu.”
”Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, jika tahu dikau akan jatuh ke pelukan seseorang.”
”Kamu kejam, kamu tidak mempunyai perasaan. Tahu dirimu tidak bisa kawin denganku, kau bikin
aku jatuh cinta padamu tanpa kebebasan. Aku tidak mau terombang-ambing begini, aku ingin jatuh cinta
kepada seseorang dengan ikatan.” ”Jika hal itu kau lakukan, engkau menjerumuskan aku
ke dalam kehancuran.” ”Itu sangat tidak kuinginkan. Apa yang harus
kulakukan?”
Teknik : 2. Pikiran dan Perasaan
Kutipan : ”Aku keluar kamar, aku juga ingin pergi ke suatu
tempat, supaya bisa duduk mendengarkan blues di sebuah tempat yang bersih dan terang. Tapi kutahu
tempat seperti itu tidak ada. Semua kafe di kota ini lampunya remang-remang. Tidak ada sesuatu yang
boleh terlihat sebagai kenyataan, semua orang membutuhkan mimpi, sama seperti membutuhkan
nasi. Bayangkanlah betapa semua orang dalam pengaruh minuman itu pulang menjelang pagi dan
Universitas Sumatera Utara
bermimpi lagi. Kita semua hidup dari mimpi ke mimpi.”
”Kupandang rembulan yang sedang terang, aku memang tidak usah pergi ke mana-mana untuk
mengetahui apa yang terjadi di tempat lain, tapi aku tidak ingin mengetahui semuanya. Sudah cukup
bagiku memastikan bahwa kedua manusia di kafe itu akan bertemu pandang. Aku tidak ingin tahu apa yang
akan terjadi selanjutnya. Bisa saja mereka bersikap seolah-olah memang sudah berjanji untuk saling
bertemu di situ. Bisa juga tidak akan pernah terjadi apa-apa. Lelaki itu duduk sendiri dan perempuan itu
juga masih tetap sendiri, saling memunggungi.”
2. Judul cerpen
: LW Legenda Wongasu Tokoh
: Sukab Teknik
: Reaksi Tokoh Kutipan
: ”Semenjak di-PHK lima tahun yang lalu, dan menganggur lontang lantung tanpa punya pekerjaan,
Sukab terpaksa menjadi pemburu anjing supaya bisa bertahan hidup. Kemiskinan telah memojokkannya ke
sebuah gubuk berlantai tanah di pinggir kali bersama lima anaknya, sementara istrinya terpaksa melacur di
bawah jembatan, melayani supir-supir bajaj.
Dulu ia begitu miskin sehingga tidak mampu membeli potas, yang biasa diumpankan para pemburu anjing
kepada anjing-anjing kurang pikir, sehingga membuat anjing-anjing itu menggelepar dengan mulut berbusa.”
3. Judul cerpen
: A Avi Tokoh
: Avi Teknik
: 1. Pikiran dan Perasaan Kutipan
: ”Aku sudah mulai menua, kalau aku masih juga
bertahan di duniaku yang gemerlapan ini, artinya aku tidak tahu diri. Aku ingin mengundurkan diri sebagai
model, lantas kawin, cari duit, dan berbahagia.” Hmm. Bahagia.
Universitas Sumatera Utara
”Karena itu, aku ingin dipotret olehmu untuk yang terakhir kalinya.
Bawalah kameramu, bawalah satu rol film, potretlah aku, abadikan aku dalam foto-fotomu.”
Aku ingin tetap berada di dalam dunia mimpi ini, dunia tempat aku bisa berpose dengan abadi, tanpa
diganggu oleh kenyataan sama sekali. Biarlah aku tetap disini, dunia mimpi yang indah dan
abadi. Inilah satu-satunya kesempatanku, jangan kau cetak aku – aku tidak ingin kembali....”
Lantas Avi kembali kepada posenya yang semula, menjadi gerak yang terhentikan selama-lamanya.
Teknik : 2. Percakapan
Kutipan : ”Ada apa,vi? Aku siap mencetak dan mengembalikan
kamu ke dunia ini.” ”Jangan, jangan cetak aku,” katanya.
”Kenapa?” ”Aku sudah enak di sini.”
”Tadi kalian berebut mau kembali.” ”Kamu tidak memperhatikan, tigapuluhlima tiruanku
yang ingin kembali, tapi aku tidak.” ”Jadi kamu yang asli?”
”Iya, aku, yang jadi pilihanmu.” ”Maksudmu”
”Karena kamu memilih satu, maka yang lain menjadi sampah.”
”Wah, hukum mana itu?” ”Entahlah, jangan tanya aku, pokoknya aku jangan kau
cetak, karena aku ingin tetap tinggal di sini.” ”Dimana?”
”Di duniaku sekarang ini.” ”Di dalam film negatif itu? Kenapa?”
Kulihat Avi yang kecil di dalam negatif itu terdiam sejenak, sebelum melanjutkan kata-katanya.
”Aku ingin tetap berada di dalam dunia mimpi ini, dunia tempat aku bisa berpose dengan abadi, tanpa
duganggu oleh kenyataan sama sekali.”
4. Judul cerpen
: PMTL Penjaga Malam dan Tiang Listrik Tokoh
: Penjaga Malam
Universitas Sumatera Utara
Teknik : 1. PercakapanReaksi Tokoh Lain
Kutipan : Sejam telah berlalu. Tiba saatnya penjaga malam itu
harus memukul tiang listrik sebanyak satu kali saja. Ia keluar dari gardunya, melangkah ke tiang listrik
terdekat.
Namun, seorang lelaki yang tidak dikenalnya berdiri di dekat tiang listrik itu.
”Maaf, saya mau memukul tiang listrik itu,” katanya. Lelaki itu tidak beranjak.
”Aku ada disini memang untuk menghalangimu, wahai penjaga malam.”
Lelaki itu tersenyum-senyum mendekapkan tangan. Ia bersandar di tiang listrik sambil memperhatikan
sikap sang penjaga malam. Adapun penjaga malam itu hanya memikirkan
waktu. Ia harus memukul tiang listrik satu kali tepat pada pukul 01:00.
Jika terlambat ia tidak tahu caranya memukul tiang listrik untuk mengabarkan waktu telah tiba pada pukul
01:01. Ia juga tidak pernah dan tidak akan pernah bisa melompatinya sampai pukul 02:00.
Tidak mungkin. Tidak akan pernah mungkin. Kecuali dunia kiamat –
tapi sekarang kan belum?
Teknik : 2. Reaksi Tokoh
Kutipan : Waktunya tidak banyak. Ia berlari ke tiang listrik yang
lain. Tetapi tiba-tiba saja lelaki itu sudah berada di tiang listrik itu juga, memang dengan sengaja
menghalangi. Penjaga malam itu merasa sangat gelisah.
Ia berlari lagi ke tiang listrik lain. Ternyata lelaki itu pun sudah ada di sana.
Wajahnya tersembunyi di balik topi lebar, mendekapkan tangan tenang-tenang, tersenyum-
senyum melihat kegelisahan penjaga malam itu. Meski wajah orang itu tersembunyi di balik topi,
penjaga malam itu masih bisa melihat senyum dikulum pada mulutnya yang mengejek.
Waktunya tinggal sedikit.
Universitas Sumatera Utara
”Minggirlah,” Katanya. ”Ak harus memukul tiang listrik itu satu kali.”
Lelaki itu tidak minggir, dari mulutnya masih terlihat senyuman, yang bukan hanya mengejek, tetapi
sudah menghina. Penjaga malam itu mengambil pisau belati yang
selalu tergantung di pinggangnya. Senjata tajam itu sudah berkarat, maka tidak ada yang berkilat di bawah
cahaya bulan. ”Minggirlah, aku tidak punya waktu lagi,” katanya.
Lelaki itu tidak beranjak. ”Aku di sini untuk menghalangimu,” katanya,
”Lakukanlah apa yang harus kamu lakukan.” Penjaga malam itu menggerakkan pisaunya.
Kemudian, seorang perempuan yang tak bisa tidur karna patah hati, mendengar tiang listrik dipukul batu
sebanyak satu kali. Suaranya bergema di tengah malam yang sunyi. Tepat
pada waktunya.
Berikut tabel identifikasi tokoh dengan penerapan teknik-teknik
pembentukkan tokoh dalam karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 1 IDENTIFIKASI TOKOH No
Judul Cerpen
Tokoh Teknik-teknik Pembentukan Tokoh dalam Karya Sastra
Teknik Percakapan Teknik Pikiran dan Perasaan
1. AKS
DMK Aku
Perem puan
ma lam
”Kenapa aku selalu bertemu lelaki yang sudah beristri? Bukan mauku menjadi
pengganggu rumah tangga orang. Pergilah. Pulanglah. Jangan kembali lagi padaku
meski aku akan selalu merindukanmu.” ”Aku tidak akan pernah melepaskan
kamu, jika tahu dikau akan jatuh ke pelukan seseorang.”
”Kamu kejam, kamu tidak mempunyai perasaan. Tahu dirimu tidak bisa kawin
denganku, kau bikin aku jatuh cinta padamu tanpa kebebasan. Aku tidak mau terombang-
ambing begini, aku ingin jatuh cinta kepada seseorang dengan ikatan.”
”Jika hal itu kau lakukan, engkau menjerumuskan aku ke dalam kehancuran.”
”Itu sangat tidak kuinginkan. Apa yang harus kulakukan?” hal 5
”Aku keluar kamar, aku juga ingin pergi ke suatu tempat, supaya bisa duduk mendengarkan blues di
sebuah tempat yang bersih dan terang. Tapi kutahu tempat seperti itu tidak ada. Semua kafe di kota ini
lampunya remang-remang. Tidak ada sesuatu yang boleh terlihat sebagai kenyataan, semua orang
membutuhkan mimpi, sama seperti membutuhkan nasi. Bayangkanlah betapa semua orang dalam pengaruh
minuman itu pulang menjelang pagi dan bermimpi lagi. Kita semua hidup dari mimpi ke mimpi.”
”Kupandang rembulan yang sedang terang, aku memang tidak usah pergi ke mana-mana untuk
mengetahui apa yang terjadi di tempat lain, tapi aku tidak ingin mengetahui semuanya. Sudah cukup bagiku
memastikan bahwa kedua manusia di kafe itu akan bertemu pandang. Aku tidak ingin tahu apa yang akan
terjadi selanjutnya. Bisa saja mereka bersikap seolah- olah memang sudah berjanji untuk saling bertemu di
situ. Bisa juga tidak akan pernah terjadi apa-apa. Lelaki itu duduk sendiri dan perempuan itu juga masih
tetap sendiri, saling memunggungi.” hal 8
49
Universitas Sumatera Utara