bermimpi, maka setelah itu tidur dan bermimpi lagi. Karena hidup dari mimpi ke mimpi.
Rembulan yang bersinar terang menghiasi malam, kaki melangkah pelan menyusuri malam yang sepi, hanya penjaga malam yang masih bermain kartu.
Sementara yang lain sudah kembali bermimpi dan terus bermimpi, hingga mimpi itu berganti menjadi mimpi kembali.
Wanita kesepian di penghujung malam yang menginginkan sebuah kebahagiaan. Mengharapakan teman walau hanya untuk berbincang. Ia tetap
menunggu, menunggu dan terus menunggu hingga seseorang yang tak dikenal datang untuk memecah kesunyian. Tapi bukan lelaki beristri yang ia harapkan
melainkan lelaki bujang yang bisa membawanya dalam sebuah kebahagiaan. Ia tetap menunggu dan menunggu dalam sepi hingga kematian datang menjelang.
2. “Legenda Wongasu”
Suatu ketika, seorang tukang cerita akan menuturkan sebuah legenda. Terjadi karena masa krisis ekonomi yang berkepanjangan di sebuah negeri.
legenda itu adalah Legenda Wongasu. Krisis moneter lima tahun yang lalu membuat sukab menjadi pemburu
anjing, ia dahulu bekerja di sebuah pabrik namun karena krisis moneter ia di PHK dan membuatnya harus menjadi pemburu anjing untuk menghidupi keluarganya.
Kemiskinan telah memojokannya ke sebuah gubuk berlantai tanah di pinggir kali bersama lima orang anaknya dan seorang perempuan yang disebut isrtinya itu.
Isterinya terpaksa me;lajur di bawah jembatan melayani supir-supir bajaj demi anak-anaknya.
Kepahitan karena isrterinya melacur itulah yang membuat sukab menjadi pemburu anjing, masih terbayang di depan matanya, bagaimana ia mengelilingi
kota sambil membawa karung kosong mengincar anjing yang sedang berkeliaran di jalan, menerkamnya tiba-tiba seperti harimau menyergap rusa dan langsung
dimasukannya kedalam karung dan membunuhnya dengan cara yang tidak usah
Universitas Sumatera Utara
diceritakan disini. Tidak aka nada orang yang akan menghalanginya karena anjing yang ditangkapnya merupakan anjing yang tidak terdaftar atau anjing liar dan tidak
dilindungi, boleh diburu, dibinasakan dan dimakan. Apabila sudah mendapatkan seekor anjiing maka ia akan melemparkannya begitu saja kepada pemilik warung
yang menjual tongseng anjing dan pemilik warung akan memberinya sejumlah uang tanpa berkata-kata dan pemilik warung memberikan kepala anjing kepada
isteri sukab untuk dimakan oleh anak-anaknya dan membuat kelima orang anaknya menjadi gemuk dan lincah, begitulah sukab yang menjadi pemburu anjing
di Jakarta. Di sepanjang rel anak-anak mengejeknya wongasu, mila-mula sukab tidak
perduli tetapi perempuan yang disebutnya isterinya itu berkata anak-anak itu berkata wajah kita mirip anjing. Anak-anaknya tidak lagi bermain dengan anak-
anak tetanggakarena mereka mengejejnya sebagai wongasu. Pada suatu hari sukab kembali kegubuknya di pinggir kali dan seseorang berteriak kepadanya bahwa
penduduk mendatangkan petugas yang membawa kerengkeng beroda dan menangkap isteri dan anak-anaknya. Di kantor polisi terdekat sukab bertanya
apakah mereka tahu akan adanya pengerangkengan semena-menasebuah keluarga di tepi kali, namun polisi mengatakan bukan polisi tetapi petugas tibum. Polisi
menceritakan bahwa salah seorang anak sukab menggigit seorang anak yang melempar batu kepadanya ia tidak tahan karena selalu dilempari batu.
Setelah malam tiba, sukab kembali ke gubuk dengan tangan hampa, ia menangis tapi suara yang keluar adalah suara lolongan anjing. Hal ini membuat
orang-orang di pinggir kali gelisah dan ketakutan membuat mereka mendatangi sukab yang masih melolongkearah rembulan dengan membawa segala macam
senjata tajam dan mereka membantai sukab dan pulang membawa daging sukab ke gubuk mereka masing-masing. Keesokan harinya mereka semua terkejut ketika
saling memandang,mereka bangkit dan menyalak-nyalak, lari kian kemari sambil berkaing-kaing seperti anjing. Kepala mereka berubah menjadi kepala anjing dan
menjadi Wongasu. Ujar tukang cerita itu, para penonton terlongong dengan lidah
Universitas Sumatera Utara
terjulur. Pertunjukan akhirnya benar-benar selesai, tukang cerita kembali memasukan kembali wayangnya ke dalam kotak dan penonton yang semuanya
berkepala anjing itu pulang ke rumah dengan pengertian yang lebih baik tentang asal usul mereka sendiri.
3. “Avi”