pencatatan perkawinan dalam hukum Islam, dan pencatatan perkawinan dalam Hukum Nasional
BAB KETIGA : Menguraikan konsep mashalahah Al-Syathibi. Pada
bagian ini penulis akan membahas biografi, karya, metodologi istinbat hukum dan konsep mashlahah Al-Syathibi.
BAB KEEMPAT : Dalam bab ini penulis akan meninjau pencatatan
perkawinan di Indonesia dan relevansinya dengan teori mashlahah Al-Syatibi. Hal-hal yang akan dibahas pada bab ini mengenai problematika pencatatan
perkawinan di Indonesia, relevansi konsep mashlahah terhadap pencatatan perkawinan di Indonesia, dan pandangan penulis tentang pencatatan
perkawinan.
BAB KELIMA : Adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran.
15
BAB II PENCATATAN PERKAWINAN
A. Pengertian, Tujuan, dan Prinsip Perkawinan
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan merupakan arti kata pernikahan yang berasal dari bahasa arab.
1
Perkawinan merupakan suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt. sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.
2
Artinya melalui perkawinan tersebut umat manusia mempertahankan esksistensi kemanusiaannya di muka bumi ini dengan menciptakan suatu
masyarakat kecil dalam bentuk keluarga.
3
Secara etimologis perkawinan dalam Bahasa Arab berarti nikah atau zawaj. Nikah mempunyai arti al-
wath’i, al-dhommu, al-tadakhul, al-jam’u atau ibarat
‘an al-wath wa al aqd yang berarti bersetubuh, berhubungan badan, berkumpul, jima
’ dan akad. Sedangkan secara terminologis perkawinan atau nikah adalah akad yang membolehkan terjadinya
istimta’ melakukan perbuatan yang menyenangkan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
4
1
Fuan Mohd. Fachrudiin, Kawin Mut’ah dalam Pandangan Islam, Jakarta, Pedoman Ilmu
Jaya, 1992, h.1.
2
H.M.A. Tihami, Fiqih Munakahat, Jakarta, Rajawali pers, 2009, h.6.
3
Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahan Al-Musa Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan dan Masalahnya, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1993, terjemah, h.14.
4
Mardani, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009, h.4.