Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas

3.8.1. Uji Multikolinearitas

Pada mulanya multikolinearitas ini berarti adanya hubungan linier yang “ sempurna” atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Koefisien-koefisien regresi biasanya diinterprestasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas lainnya dianggap tetap. Namun, interprestasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antara variabel bebas. Menurut Priyatno 2008 Mulitikolinearitas dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan L.R. Klein, yaitu sebagai berikut: Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual r 2 dengan nilai determinasi secara serentak R 2 . Adapun caranya adalah dengan meregresikan setiap variabel independen dengan variabel independen lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai koefisien r 2 untuk setiap variabel yang diregresikan. Selanjutnya nilai r 2 tersebut dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R 2 . Kemudian hasil pengujiannya dapat diinterprestasikan dengan kriterianya sebagai berikut: 1. Jika r 2 R 2 , maka terjadi multikolinearitas. 2. Jika r 2 R 2 , maka tidak terjadi multikolinearitas. Masalah multikolinearitas tidak selalu buruk jika tujuan untuk melakukan prediksi, karena koefisien determinan yang tinggi merupakan ukuran kebaikan dari prediksi. Oleh sebab itu bila koefisien determinan tinggi signifikansi koefisien Universitas Sumatera Utara slope tinggi maka model regresi pada umumnya tidak mengalami masalah multikolinearitas.

3.8.2. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap kesalahan pengganggu  1 untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan suatu bilangan konstan dengan symbol  2 . Sarwoko 2005 mengatakan sebuah model dengan varian residual yang bersifat heteroskedastik, memiliki error term berdistribusi normal dengan varian tidak konstan berubah-ubah meliputi semua pengamatan. Secara simbolik ditulis sebagai berikut: E  i 2 =  2 i ……………………………………………… ...................3.8.1 Di mana i = 1,2,...,n Sebaliknya, sebuah model dengan varian residul yang bersifat homoskedastik, memiliki error term berdistribusi normal dengan varian konstan tidak berubah- ubah meliputi semua pengamatan. Secara simbolik ditulis sebagai: E  i 2 =  2 ………………………………………………… ..………….3.8.2 Perbedaan antara persamaan 38.1 dan 38.2 terletak pada notasi i yang melekat pada  2 , yang secara tidak langsung menyatakan bahwa error term yang bersifat heteroskedastisitas berubah seiring perubahan pengamatan ke i. Persamaan 38.2 dikatakan sebagai persamaan yang memenuhi Asumsi klasik. Semua pengamatan terhadap error term dapat dianggap berasal dari distribusi yang sama, Universitas Sumatera Utara yaitu suatu distribusi yang memiliki rata-rata 0 dan varian  2 . Varian  2 tidak berubah untuk pengamatan yang berbeda terhadap error term. Dalam prakteknya, heteroskedastisitas banyak ditemui pada data cross- section, karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang sama, akan tetapi bukan berarti heteroskedastisitas tidak mungkin terjadi dalam data time series. Pada penelitian ini untuk pengujian heteroskedastisitas akan digunakan uji koefisien Spearman’s rho. Menurut Priyatno 2008 uji Spearman’s rho adalah mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan: 1. tingkat sig. 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. tingkat sig. 0,05, maka terjadi heteroskedastisitas.

3.8.3. Uji Normalitas