pemanenan yang dilakukan pun berbeda untuk tiap jenis tanaman. Pemanenan untuk jenis tanaman kayu, baik kayu gelondongan maupun kayu bakar akan
dilakukan bila petani sangat membutuhkan saja. Kayu gelondongan ditebang dengan sistem tebang pilih setelah pohon berumur lima sampai sepuluh tahun atau
diameter minimal 7 cm menggunakan golok atau kapak. Petani kebun campuran hanya akan menjual pohon apabila sudah ada penawaran dari petani lain atau
tengkulak sebagai pengumpul. Sedangkan untuk kayu bakar petani akan mengambil sesuai dengan kebutuhan dengan memotong ranting pohon
menggunakan golok atau kapak atau mengumpulkan ranting yang telah jatuh. Hasil yang diperoleh dari jenis tanaman buah antara lain buah, kayu, dan
daun. Hasil buah dan daun dari jenis tanaman buah ini tidak dapat dilakukan secara menyeluruh walaupun buah berasal dari pohon yang sama. Hal ini
disebabkan karena tingkat kematangan buah yang tidak sama. Dengan begitu, petani akan mengambil hasil buah secara bertahap. Sedangkan untuk hasil kayu
biasa dilakukan dengan menebang pohon buah yang dianggap sudah tidak produktif atau terkena penyakit. Kayu yang diperoleh dapat digunakan untuk
membuat jembatan, berbagai macam furniture, dan bahan bakar. Sebagian besar petani melakukan kegiatan pemanenan hasil tanaman
pertanian sendiri oleh pemilik lahan atau menggunakan jasa tenaga kerja minimal 1 orang buruh untuk mempercepat proses pemanenan dengan upah
Rp 25.000,-HOK. Penggunaan jasa buruh banyak dilakukan pada waktu panen singkong dan ubi jalar. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan parang,
cangkul, dan golok.
4.3.2.7. Pemasaran Hasil
Petani kebun campuran di Desa Sukadamai sebagian besar merupakan petani kecil. Produk yang dihasilkan pun beragam dan tersebar hampir di seluruh
wilayah desa. Proses pengumpulan dan pengangkutan dibutuhkan guna memudahkan kegiatan pemasaran dan menekan biaya transportasi. Tengkulak
adalah pengumpul hasil panen petani kebun campuran untuk kemudian disalurkan ke pasar, industri pengolahan, dan atau ke konsumen langsung.
Kegiatan pemasaran hasil kebun campuran dari jenis tanaman buah dan tanaman pertanian yang banyak dilakukan petani adalah penjualan ke tengkulak
langsung setelah proses tawar-menawar. Tengkulak datang langsung ke kebun campuran petani dengan tujuan agar dapat melihat dengan jelas jumlah dan
kondisi hasil kebun campuran yang selanjutnya akan dipasarkan. Namun terdapat sebagian kecil petani yang langsung memasarkan hasil kebun campuran yang
dimilikinya dengan cara menjualnya di warung sendiri dan pasar. Saluran pemasaran hasil kebun campuran di Desa Sukadamai selengkapnya disajikan pada
Gambar 7.
Gambar 7 Saluran pemasaran hasil kebun campuran. Selain sistem pembayaran secara langsung, beberapa sistem pembayaran
yang biasa digunakan oleh para petani sebelum kegiatan pemanenan adalah sistem tebasan, sistem kontrak, dan sistem borongan. Sistem tebasan yaitu petani
menawarkan kepada pembeli pohon jenis tanaman buah-buahan atau tanaman pertanian ketika tanaman tersebut sedang berbunga sedangkan sistem kontrak
yaitu petani menawarkan kepada pembeli untuk mengontrak tanamannya tanpa melihat apakah tanaman tersebut berbunga atau tidak. Kedua sistem ini kerap
dipakai karena petani sudah memperoleh uang sebelum panen dilakukan sehingga petani dapat menggunakan uang yang telah diperoleh untuk keperluan lain.
Pemasaran hasil untuk jenis tanaman kayu biasanya tengkulak sudah memesan ketika masih berumur muda karena jumlah pohon yang terdapat di kebun
campuran responden terbatas. Sistem borongan biasa dilakukan petani untuk jenis tanaman manggis, pisang, kelapa, mangga, dan alpukat. Sistem borongan yang
dilakukan yaitu pembeli akan menawarkan suatu harga tertentu dengan penilaian menurut hasil yang dapat diperoleh secara keseluruhan dari tiap pohon.
Petani Kebun Campuran
Pengumpul Pasar atau
Konsumen
Industri Pengolahan
4.4. Kontribusi Pendapatan