54
orang-orang yang hampir melupakan tuhannya karena alasan sesuatu. Dalam penyesalannya tokoh aku berpasrah pada Tuhannya. Hal itu
membuktikan bahwa kita sebagai makhluk Tuhan tidak bisa lepas dari tuhan.
Rasa susah yang mendalam dan penuh dengan kebingungan dirasakan oleh tokoh aku. Perasaan seperti itu ikut dirasakan oleh
pembaca saat membaca puisi tersebut dan memahami makna yang ada di dalamnya. Makna dan rasa itu akan menyatu dalam hati dan memberikan
pesan yang positif maupun negatif kepada pembaca. Itulah tujuan pengarang menghadirkan puisi semacam itu, agar kita selalu ingat pada
Tuhan, karena sesungguhnya hidup ini diatur oleh-Nya.
d. Amanat
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ´Doa´ ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat
dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung termenung seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga
mengingatkan pada
hakikatnya hidup
kita hanyalah
sebuah ´pengembaraan di negeri asing´ yang suatu saat akan kembali juga. Hal
ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut: Tuhanku,
Di Pintu-Mu Aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling
Adapun analisis puisi “Doa” karya Chairil Anwar berdasarkan fisik puisi adalah sebagai berikut:
a. Diksi Pemilihan Kata
Untuk menghidupkan lukisan dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan gagasan sesuai dengan gagasan yang ingin
dikemukakan oleh penyair dalam puisi “Doa” banyak memanfaatkan kata konotatif disamping kata konkret. Kata konotatif mempunyai arti yang
tidak langsung yang bersifat tambahan atau menimbulkan asosiasi tertentu. Kata konotatif sekaligus untik menciptakan bahasa kias.
55
pemanfaatan kata konotatif ataupun bahasa kias sengaja dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung.
Bait 1 dimanfaatkan bahasa kias berupa majas metafora untuk melukiskan kedekatan antara penyair dengan Tuhan dalam berdoa, pada
baris ketiga Aku masih menyebut nama- mu “Aku” adalah wahana
sedangkan “masih menyebut namamu” merupakan tenor bagian pokok. Bait 2 majas hiperbola dimanfaatkan pada bait 2 dengan
melukiskan sesuatu secara berlebihan. Hiperbola dimanfaatkan untuk menyangatkan arti guna menciptakan efek makna khusus, yaitu
melukiskan bahwa dalam suasana yang gelap dan tenang penyair berdoa memuji tuhannya dengan penuh keikhlasan supaya doanya dikabulkan
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut dilukiskan pada bait ketiga dengan bentuk Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam
sunyi. Bait 4 memanfaatkan majas hiperbola pada baris kedua Aku
hilang bentuk remuk yaitu melukiskan sesuatu yang berlebihan sehingga menimbulkan efek makna khusus.
Bait 5 memanfaatkan majas metafora yang melukiskan bahwasanya penyair rela melakukan apa saja untuk mendapakan ridho
dari Yang Maha Kuasa. Aku mengembara di negeri asing merupakan majas metafora, membandingkan sesuatau tanpa menggunakan
perbandingan. “Aku” adalah wahana sedangkan “mengembara di negeri
asing” adalah tenor. Dalam hal ini hiperbola menyatakan kedekatannya antara penyair
dengan Tuhan, rela mengembara kesebuah negeri asing yang sangat jauh demi mendekatkan diri pada Tuhannya yang dilukiskan dengan Aku
mengembara di negeri asing.
b. Pencitraan
Dalam puisi “Doa” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung.
Pada bait 1 penyair memanfaatkan citraan visual dengan memanfaatkan