46
B. Deskripsi Puisi “Padamu Jua” dan Puisi “Doa”
1. Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah
Di antara sastrawan-sastrawan Pujangga Baru, nama Amir Hamzah tentu paling dikenal dalam bidang puisi. Hal ini tidak lepas juga dari gelar
yang telah dilekatkan padanya oleh H. B. Jassin sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Puisi Amir Hamzah berjudul Padamu Jua, tidak bisa
dilepaskan dari ciri khas Amir Hamzah yang sering mengangkat tema-tema
agama.
Berikut ini penulis paparkan puisi “Padamu Jua” karya Amir Hamzah dan p
uisi “Doa” karya Chairil Anwar. PADAMU JUA
Karya Amir Hamzah
Habis kikis Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu
Satu kekasihku Aku manusia
Punya rasa Rindu rupa
Di mana engkau Rupa tiada
Suara sayup Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gila sasar Sayang berulang padamu jua
47
Engkau pelik menusuk ingin Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri
Lalu waktu
– bukan giliranku Matahari
– bukan kawanku Padamu Jua adalah puisi yang mengisahkan tentang pertemuan dua
orang kekasih yang telah lama terpisah, yaitu antara aku lirik dengan kekasihnya. Puisi ini banyak menggunakan bahasa simbol dengan konotasi
positif, seperti kandil, pelita, sabar, setia, dara. Selain itu banyak juga digunakan kata-kata berkonotasi negatif, seperti kikis, hilang, cemburu,
ganas, cakar, lepas, nanar, sasar, sunyi. Kata-kata tersebut dapat membantu kita untuk memahami maksud dari puisi tersebut. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa pertemuan yang dimaksud adalah pertemuan yang abadi, yaitu setelah kematian aku lirik. Sedangkan kekasih yang dimaksud adalah
Tuhan aku lirik yang selalu mencintainya walupun aku lirik telah berpaling dari-Nya.
Pada bait pertama, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa aku lirik merasakan bahwa ia tidak bisa menghindar dari kekasihnya, Tuhannya.
Walaupun cinta itu sampai habis terkikis oleh masa dan hilang terbang ke tempat yang antah-berantah, aku lirik tetap tidak bisa melepaskan diri dari
kekasihnya. Pulang kembali aku padamu, kata aku lirik dalam salah satu baris puisinya. Bahkan untuk menguatkan keteguhan cinta kekasih aku lirik
tersebut, Amir Hamzah menambahkan Seperti dahulu. Ini menandakan bahwa memang cinta yang diberikan oleh kekasih aku lirik tidak dapat
berubah. Dan itu tetap dirasakan aku lirik ketika ia melakoni “pulang kembali” tersebut.
Pada bait kedua, aku lirik memperlihatkan bagaimana ketulusan cinta kasih yang diberikan kekasihnya pada dirinya. Cinta yang diberikan
kekasihnya diibaratkan sebagai kandil kemerlap dan pelita jendela di malam gelap yang selalu sabar dan setia menanti kedatangan aku lirik dari perginya
yang lama.