Meresapi Unsur-unsur Estetik Puisi

31 bacaan puisi lama tentang lafal, into- nasi, dan ekspresi yang tepat Mengomentari pembacaan puisi baru tentang lafal, intonasi, dan eks- presi yang tepat Membacakan puisi karya sendiri de- ngan lafal, intonasi, penghayatan dan ekspresi yang sesuai Menjelaskan unsur- unsur intrinsik cer- pen membacakan puisi la- ma berbalas pantun di depan teman-teman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai  Menanggapi pembaca- an puisi lama berbalas pantun tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat  Menerapkan isi pantun dalam kehidupan se- hari-hari  Mendeklamasikan membacakan puisi baru di depan teman-teman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai  Menanggapi pembaca- an puisi baru tentang lafal, intonasi, dan eks- presi yang tepat  Menandai jeda puisi karya sendiri  Membacakan puisi karya sendiri dengan memperhatikan :  lafal dan intonasi  penghayatan  mimik gerak dan eks- presi yang sesuai  Menentukan makna puisi karya teman  Mengomentari puisi karya teman  Menceritakan kembali isi cerpen  Menjelaskan unsur- unsur intrinsik cerpen 32 XII II Membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurindam Menjelaskan keter- kaitan gurindam de- ngan kehidupan se- hari-hari Mengidentifikasi tema dan ciri-ciri puisi kontemporer melalui kegiatan membaca buku kumpulan puisi komtemporer Menemukan perbe- daan karakteristik angkatan melalui membaca karya sas- tra yang dianggap penting pada setiap periode  Mengidentifikasi ciri- ciri gurindam  Membacakan gurindam  Mendiskusikan ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam gurin- dam  Membicarakan pesan- pesan yang terdapat dalam gurindam  Mengaitkan isi gurin- dam dengan kehidupan masa kini  Menyimpulkan pesan- pesan yang terdapat da- lam gurindam  Mengidentifikasi tema puisi kontemporer  Mengidentifikasi ciri- ciri puisi kontemporer  Menjelaskan maksud isi puisi kontemporer  Menentukan hasil-hasil karya sastra penting pada tiap periode  Mengidentifikasi karak- teristik karya sastra pa- da tiap periode  Menemukan perbedaan karakteristik tiap perio- de  Mendiskusikan karya- karya yang dianggap penting pada periode tersebut misalnya, pe- ristiwa sejarah, gaya penulisan, dll 33

E. Evaluasi Hasil Pengajaran Puisi

Evaluasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan tujuan yang telah ditetapkan. Oemar Hamalik mengungkapkan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam evalusi didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai dan kemampuan apa yang hendak dikembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 15 Bersandar pada beberapa pendapat mengenai pembelajaran tersebut, penulis dapat memberikan simpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menimbulkan perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik kepada siswa dan membutuhkan suatu interaksi dari kedua belah pihak dan komponen-komponen serta proses tertentu. Evaluasi pengajaran puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat utamanya, yakni pembinaan apresiasi. Akan tetapi tidak boleh meninggalkan aspek pengetahuan, keterampilan, serta persepsi tentang sastra, atau tidak boleh meninggalkan aspek teori, sejarah, dan kritik. Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan yang diajukan dalam rangka evaluasi pengajaran sastra dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkat. Menurut Moody 16 kategori evaluasi pengajaran puisi ada empat tingkatan, yaitu 1 Informasi, yakni pertanyaan tentang pengetahuan dasar untuk memahami puisi. Indikator pertanyaan tingkatan ini ialah dipergunakannya kata-kata seperti apa, siapa, di mana, kapan, dan sebagainya: 2 Konsep, yakni pertanyaan tentang persepsi sebuah puisi bagaimana unsur dasar sebuah puisi dikategorikan. Indikator pertanyaan tingkatan ini ialah dipergunakannya kata-kata seperti : yang mana, dengan akibat apa, mengapa, masalah pokok apa yang muncul, dsb. 3 Perspektif, yakni pertanyaan yang menyangkut pendangan terhadap sebuah karya. Indikatornya antara lain: di mana hal itu diterapkan, kesimpulan apa yang dapat ditarik, di mana lagi hal seperti itu dapat terjadi, dsb. 4 Apresiasi, yakni pertanyaan yang menyangkut kesastraan dan kebahasaan. Indikatornya antara lain berupa kata-kata 15 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. 2001, h.30 16 Moody. The Teaching of Literature. London: Longman Group Ltd., 1971, h. 17 34 mengapa karya itu hadir demikian, apa pengaruhnya dipergunakannya kata iniitu, dan sebagainya. Antara kategori atau tingkatan yang satu dengan yang lainnya dapat saja terjadi saling tindih, dan batas yang tegas di antara informasi, konsep, perspektif, dan apresiasi sulit ditarik. Hal itu dapat dipahami, sebab sebuah puisi adalah sebuah keutuhan yang organis, sebuah totalitas dalam wujud bahasa.Sangat disadari menyusun soal yang bersifat apresiatif dirasakan lebih sukar dan lebih banyak memakan waktu jika dibanding dengan menyusun soal-soal yang bersifat teoretis dan historis. Apabila kita sungguh-sungguh membantu tujuan utama pengajar sastra, alasan itu jangan menjadi halangan. Pada umumnya soal-soal apresiatif dibuat dalam bentuk esai, akan tetapi tidak berarti soal-soal apresiatif tidak dapat disusun menjadi soal-soal objektif seperti pilihan ganda. Berikut ini diberikan beberapa aspek puisi yang dapat diangkat sebagai bahan penyusunan soal dari tingkatan apresiasi, khususnya yang berkaitan dengan:

1. Kecermatan terhadap Kebulatan Bentuk Puisi

Dapatlah kiranya anak merasakan, apabila suatu puisi yang sudah diajarkan dan dihayati, pada kesempatan lain puisi tersebut dituliskan dalam bentuk yang salah, misalnya letak kata, cara menuliskan kata, letak baris, dan letak bait. Misalnya: bait pertama puisi Aku karya Chairil Anwar di bawah ini Aku Kalau sampai waktuku Kumau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Bait pertama puisi Aku di atas terdapat salah tulis, yaitu: a. Baris pertama b. Baris kedua c. Baris ketiga d. Baris kedua dan baris ketiga

2. Ketepatan Penafsiran Makna Lugas

Kemampuan anak untuk dapat menafsirkan makna lugas dengan tepat diketahui dengan cara: a. Kemampuan menambahkan kata-kata penanda hubungan yang setepat- tepatnya. 35 b. Kemampuan memberi tanda penyekat kesatuan sintaksis yang tepat pada baris-baris dalam puisi. c. Kemampuan menafsirkan fungsi kata atau kelompok kata dalam suatu baris puisi. d. Kemampuan menafsirkan hubungan baris-baris dalam suatu bait.

3. Ketepatan Penafsiran Makna Kias atau Makna Simbolik

Makna kias atau makna simbolik dalam suatu puisi dapat menyangkut makna kata, kelompok bait, atau makna puisi secara keseluruhan. Untuk mengetahui kemampuan anak menafsirkan dengan tepat makna kias suatu puisi dapat dilakukan dengan cara: a. Makna kias atau makna simbolik suatu kelompok kata, atau suatu kallimat dalam suatu puisi b. Tema, amanat, atau mungkin tendens suatu puisi c. Hubungan antara judul dengan tema puisi d. Maksud puisi keseluruhan

F. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Revida Rensi Trikes Yuliningtyas Tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Intertekstual Novel Galaksi Kinanthi Karya Tassaro GK” pada Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Skripsi ini menganalisis intertekstual yang terdapat pada sebuah novel. Persamaannya dengan penelitian ini adalah bahwa keduanya sama-sama menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan intertekstual, sedangkan perbedaannya pada obyek yang dianalisis.. 17 Penelitian relevan kedua, yaitu penelitian oleh Herson Kadir 2010, yang berjudul “Analisis Struktur Puisi „Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini‟ Karya Taufik Ismail ”. Penelitian itu mendeskripsikan struktur puisi “Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini ” terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin. 17 Revida Rensi Trikes Yuliningtyas, “Analisis Intertekstual Novel Galaksi Kinanthi Karya Tassaro GK ”, diakses pada 25 Juli 2014 pada http:sastra.com20110303analisis-intertekstual- novel-galaksi-kinanthi 36 Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1 struktur fisik puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: diksi, imaji, kata konkret, dan bahasa figuratif, 2 struktur batin puisi Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini meliputi: tema, rasa, nada, dan amanat. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur dalam puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu bahwa penelitian tersebut hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian ini mengetahui lebih difokuskan pada struktur batin puisi. 18 Penelitian relevan yang ketiga, yaitu penelitian oleh Poetri Mardiana Sasti 2010, yang berjudul “Analisis Struktur Puisi Anak”. Penelitian itu mendeskripsikan struktur puisi anak terdiri atas dua unsur pokok, yaitu struktur fisik dan batin. Puisi-puisi yang dianalisis adalah puisi-puisi anak yang masuk nominasi lima besar pada sayembara Penulisan Puisi Siswa Sekolah Dasar Se- Kota Semarang yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Semarang pada tahun 2008. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1 puisi anak tidak terlalu memerhatikan bentuk tipografi, 2 tema yang ada pada umumnya menceritakan tentang keadaan lingkungan hidup, 3 diksi dalam puisi anak sangat sederhana dan mudah dipahami, 4 citraan yang banyak ditemukan pada puisi anak ialah citraan penglihatan, pendengaran, dan gerak, dan 5 bahasa kiasan yang banyak digunakan pada puisi anak yang menjadi objek kajian penelitian ini ialah personifikasi. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah analisis struktur puisi. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu bahwa penelitian tersebut hanya sebatas menganalisis strukturnya saja. Sedangkan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada struktur batin puisi. 19 18 Herson Kadir, “Analisis Struktur Puisi „Kita Ini Pemilik Syah Republik Ini‟ Karya Taufik Ismail ”, diakses pada 25 Juli 2014 pada http:ejurnal.ung.ac.idindex.phpJINarticleview782 jurnal inovasi 19 Poetri Mardiana Sasti, “Analisis Struktur Puisi Anak”, diakses pada 25 Juli 2014 pada http:www.balaibahasajateng.web.idindex.phpreadhomeproduk_jurnal_detail175Analisis- Struktur-Puisi-Anak ,