Pengertian Kiprah TINJAUAN TEORITIS

semangat tinggi atau bergerak, dan berusaha disebuah bidang. 3 aktifitas tidak dapat dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri kita. Kiprah merupakan suatu kegiatan atau partisipasi yang dilakukan dengan semangat tinggi yang bergerak dalam sebuah bidang. 4 Sedangkan dakwah adalah sebuah aktifitas penyampaian ajaran islam yang sangat dibutuhkan manusia karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan umat dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 5 Sehingga pada dasarnya kiprah dan dakwah sangatlah berkaitan satu sama lain. Banyak tempat atau alat yang bisa dijadikan sebagai media dalam menyampaikan dakwah tersebut. Diantaranya, Masjid, Majlis Ta‟lim, Sekolah juga bisa melalui media cetak maupun elektronik, dan sebagainya. Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas namun bedanya disini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau tingkatannya berpartisipasi dalam kegiatan dengan semangat tinggi yaitu lebih tinggi tingkatannya dari pada beraktifitas menurut Mahmud Yunus pengertian kiprah dakwah yaitu melakukan kegiatan dakwah amal ma’ruf nahi munkar atau berpartisipasi dalam kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan masyarakat khususnya dalam bidang pendidikan, sosial dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat. 3 Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Puustaka,2005, cet. ke-3. h. 71 4 Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Jakart: Balai Pustaka, 2005, cet. k-3. h.71 5 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya, 1988, Cet. Ke- 3, h.1 Terwujudnya dakwah bukan semata-mata sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkahlaku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, dakwah harus lebih berperan menuju pelaksanaan ajaran agama Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Pengertian Kiprah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah derap kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha disebuah bidang. 6 Jadi kiprah yaitu dapat dikatakan sebagai tindakan, aktivitas, kemampuan kerja, reaksi, atau cara pandang seseorang terhadap ideologi atau institusinya. Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri as sebagai suatu pekerjaan atau jabatan tertentu. 7 Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat kedudukan atas status seseorang. 8 Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat terlihat bagaimana aktivitasnya. Dari beberapa pengertian kiprah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kiprah adalah serangkaian tingkahlaku sesuai hak dan kewajiban yakni bersifat timbal balik dalam hubungan dengan kemajuan suatu hal atau peristiwa. 6 Departemen Pendidikan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet Ke-3. h.71 7 Djumhur. Moh. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan Bandung: PT. Pedoman Ilmu, 1975, h.12. 8 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan Jakarta: PT. Bumi Aksara, h.73

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya

1. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa arab Da’a, Yad’u, Da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak. 9 Secara istilah pengertian dakwah adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. 10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. 11 Dakwah secara istilah dari pengertian tersebut berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan ajaran agama Islam. M. Quraish Shihab, mengartikan dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada kainsyafan atau usaha dalam mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dari yang awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah yang lebih baik dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. 12 Toha Yahya Omar menegaskan bahwa, dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti: “seruan, panggilan, atau undangan”. Adapun 9 H. Mahmud Yunus, “Terjemahan Kamus Arab-Indonesia”, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, h. 127 10 Prof. Thoha Yahya Omar, M.A., Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya. 1979, h. 1. 11 Frista Artmanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, h. 232 12 Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi Dan Peran wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan1998 cet. ke- 17 h.194. pengertian dakwah di dalam Islam adalah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 13 Sedangkan dakwah dalam pengertian terminologis terdapat beberapa pendapat. Dari beberapa pendapat tersebut jika di tarik kesimpulan maka kesemuanya memiliki titik temu yang sama. Pertama, bahwa dakwah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kedua, dasar dakwah adalah mengajak manusia kepada ajaran Allah SWT demi kemaslahatan baik secara individual maupun sosial kemasyarakatan. Ketiga, bahwa pada dasarnya kewajiban dakwah adalah menyampaikan yang benar dan mencegah hal yang munkar. Keempat, dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup si dunia dan akhirat serta keridhoan Allah. Kelima, terdapat upaya mempengaruhi orang lain. 14

2. Landasan Hukum Dakwah

Pada dasarnya yang menjadi landasan hukum kewajiban dakwah adalah Al- Qur‟an dan Al-Hadits yang di dalamnya banyak menerangkan hal tersebut. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 104:                 13 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah,Jakarta: Wijaya, 1983, jilid I, cet. ke-3, h.1. 14 Drs.Hasanuddin, MA, Manajemen Dakwah, Jakarta: UIN Jakart Press, 2005, cet I, h. 41- 42.