Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH. Muhammad Muhajirin
Mekkah. Demikian pula halnya saat beliau telah berkeluarga sikapbersahaja itu tetap melekat dari dalam diri KH. Muhammad Muhajirin. Kisah
perjalanan hidup yang berliku-liku bahkan pahit saat masih muda dan di awal perkawinannya telah menjadikan sosok KH. Muhammad Muhajirin menjadi
pribadi yang sangat bersahaja bahkan terkesan ”Slebor” dalam berpakaian
untuk ukuran seorang ulama yang telah diakui eksistensinya tidak hanya di dalam negri bahkan di luar negri. Jarang sekali KH. Muhammad Muhajirin
memakai pakaian-pakaian yang saat ini justru gemar dipertontonkan oleh kebanyakan masyarakat yang justru objektif belum saatnya menggunakannya.
Namun dengan kesederhanaan dan kebersahajaan itulah me njadi ”daya tarik”
serta kekhasan dari sosok KH. Muhammad Muhajirin.
2
Dalam keluarga, KH. Muhammad Muhajirin merupakan pribadi yang sangat demokratis terhadap anak-anaknya meskipun rambu-rambu kehidupan
Islami tetap tegas diberlakukan. Demokratisasi ini dapat terlihat dari kebebasan yang diberikan terhadap anak-anaknya, khususnya anak laki-laki
dalam menentukan masa depannya masing-masing. Tidak ada pemaksaan kehendak dalam menentukan pendidikan yang akan ditempuh setelah tingkat
Aliyah. Tidak ada satu pun anak laki-laki dari KH. Muhammad Muhajirin yang menempuh pendidikan agama di perguruan tinggi agama seperti IAIN.
Semuanya justru dibiarkan memilih berdasarkan minatnya, seperti sastra inggris, ilmu politik serta ilmu hukum. Kebebasan yang tiada batas, karena
semua anak laki-laki diwajibkan untuk mengikuti pengajian di pondok pesantren yang berada langsung di bawah pengawasannya. Seperti selesai
2
Wawancara langsung kepada bapak H. Dhiya Al-Maqdhisi pada rabu 03 juni 2014
sholat magrib dan subuh semuanya anak laki-laki diperintahkan dan difasilitasi untuk mengikuti pengajian, baik ilmu tafsir, hadits, usul fiqh,
tauhid dan lain nya. Berbeda
sikap KH.
Muhammad Muhajirin
terhadap anak
perempuannya, dimana
seluruhnya diharuskan
untuk melanjutkan
pendidikannya ke Majma Al- Marhala Al- Ulya. Sikap yang terkesan ”kaku”
dan ”memaksa” tersebut mungkin hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh para anak perempuan beliau dimasa sekarang setelah bertahun-tahun
pertanyaan serta ketidakpuasan dalam diri masing-masing anak perempuan tersebut dipendam.
Pendidikan agama KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary dimuali dari lingkungan keluarga. Membaca Al-
Qur‟an merupakan kemampuan dasar yang pertama kali dipelajarinya, sehingga pada saat telah khatam Al-
Qur‟an maka pihak keluarga melakukan tasyakuran dengan mengundang ulama serta
masyarakat setempat. Selesai Khataman Al- Qur‟an KH. Muhammad
Muhajirin muda dititipkan kepada para mu ’allim guru untuk belajar berbagi
ilmu agama. Diantara para mu‟allim tersebut adalah guru Asmat, H. Mukhoyyar, H. Ahmad, KH. Hasbialloh, H.Anwar, H. Hasan Murtaha, Syekh
Muhammad Thohir,Syekh Ahmad bin Muhammad, KH. Sholeh Makmun, Syekh Abdul Majid, Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi. Semua
mu‟allim yang didatangi oleh KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary tersebut bertempat di wilayah Jakarta dan Banten.
3
3
Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syek Muhammad Muhajirin Amsar Addary
Saat menuntut ilmu da ri para mu‟allim di Jakarta KH. Muhammad
Muhajirin Amsar Addary melakukan perjalanan dengan bersepeda dari Kampung Baru menuju tempat para gurunya. Halangan dan rintangan seolah
tidak dapat menghalangi niat dan semangat KH. Muhammad Muhajirin untuk selalu bisa hadir ke majelis-majelis para gurunya. Dalam sebuah pengakuan
KH. Muhammad Muhajirin, pernah suatu ketika pada saat hendak menyebrangi sungai kali Cipinang, perahu yang ditumpangi untuk
menyebrang dihadang oleh seekor buaya. Namun dengan kebesaran hati dan kemantapan tekat, rintangan tersebut tidak membuat nyali KH. Muhammad
Muhajirin menjadi lemah untuk selalu hadir di majelis gurunya, yakni Syekh Muhammad Thohir Guru Mat Thohir. Syekh Muhammad Thohir
merupakan menantu dari Syekh Marzuki Guru Marzuki ulma kharismatik yang memiliki banyak murid dan pengikut. Syekh Muhammad Thohir dan
Syekh Marzuki merupakan dua guru diantara guru-gurunya KH. Muhammad Muhajirin di Jakarta yang banyak mempengaruhi konsep dan pola pemikiran
dalam memahami ilmu-ilmu agama. Hal ini dapat diketahui dengan seringanya kedua nama tersebut dijadikan rujukan oleh KH. Muhammad
Muhajirin saat memberikan penjelasan kepada murid-muridnya. Guru lainya yang kerapkali disebut delam penjelasan ta‟lim KH. Muhhammad Muhajirin
adalah Syekh Abdul Majid Guru Majid Pekojan.
4
Dalam memahami teknik serta hukum membaca Al- Qur‟an, KH.
Muhammad Muhajirin belajar kepada KH. Sholeh Muakmun Banten.
4
Wawancara Langsung kepada bapak H. Dhiya Al-Maqdisi pada jumat 12 juni 2014
Menurut Pengakuannya, meskipun KH. Muhammad Muhajirin telah mampu membaca Al-
Qur‟an dengan baik, namun dihadapan KH. Sholeh Makmun, bacaannya dianggap masih belum sempurna sehingga harus diulang-ulang
dan disempurnakan. Bahkan untuk menyelesaikan surat Al- Fatihah saja membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk menyempurnakan teknik
serta ”makhroj” nya. Selama beberapa bulan, KH. Muhammad Muhajirin
belajar kepada KH. Sholeh Makmun tentang ilmu membaca Al- Qur‟an dan
tekhnik 7 cara baca Al- Qur‟an Qiraat Sab’ah. Menurut pengakuannya,
karena kurang memiliki suara yang memadai, KH. Muhammad Muhajirin hanya sekedar mengetahui dan memahami berbagai macam tekhnik membaca
Al- Qur‟an dan tidak melanjutkan untuk menjadi ”Qoori”
5
. Ilmu Falak Astronomi yang menjadi salah satu ilmu yang dikuasai
oleh KH. Muhammad Muhajirin, pada awalnya berguru kepada Syekh Ahmad bin Muhammad, salah seorang murid dari Syekh Mansyur al- Falaky.
Ilmu yang menuntut kecekatan mata dan kemampuan berhitung yang baik sesungguhnya telah lama menjadi daya tarik bagi KH. Muhammad Muhajirin.
Beberapa waktu kemudian, KH. Muhammad Muhajirin pun belajar ilmu falak kepada Syekh Mansyur bin Abdul al Falaky. Sejak menguasai ilmu falak,
KH. Muhammad Muhajirin telah melakukan praktek melihat awal bulan Ru’yat Al- Hilal di kampung halamannya, Kampung Baru. Wilayah yang
saat itu sangat strategis untuk menantikan munculnya bulan Hilal. Posisi di pematang sawah merupakan posisi tempat dan strategis yang ditemukan oleh
5
Keluarga Besar Syekh KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary, “Sejarah Singkat dan Sisi Lain Kehidupan Syeikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary” Bekasi: Pondok Pesantren
Annida Al Islam , 2012, h. 3-5
KH. Muhammad Muhajirin setelah sebelumnya beberapa kali tidak berhasil melihat bulan Hilal karena posisi yang tidak tepat. Pelaksanaan
ru’yat al hilal di Kampung Baru dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh KH.
Muhammad Muhajirin. Mulai tahun 1947 pelaksanaan ru’yat al hilal
diteruskan oleh murid-murid beliau yang tidak lain merupakan adik-adik sepupunya, yaitu KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Halim, KH. Abdullah
Azhari, KH. Adbul Salam. Hal ini disebabkan KH. Muhammad Muhajirin telah memutuskan untuk berangkat ke Mekkah guna menuntut ilmu. Pada
awalnya pelaksanaan ru’yat al hilal di Kampung Baru hanya dilaksanakan
sebanyak 6 kali setiap tahunya, mulai bulan Rajab hingga Dzulhijjah. Namun apabila dianggap perlu pelaksanaan
ru’yat al hilal pernah dilakukan setiap bulannya selama 7 tahun berturut-turut
6
. Pendidikan Syeikh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary secara
umum beliau belajar dari berpuluh-puluh guru dengan berbagai disiplin ilmu, baik semasa di Indonesia maupun ketika berada di Mekkah tersusun dalam
lampiran khusus.
7
Pendidikan formal : Daarul „Ulum Mekkah Adapun guru-guru beliau dalam Ilmu Falak ialah :
1. Guru Muhammad Manshur bin Abdul Hamid
2. Salah satu murid Guru Muhammad Manshur bin Abdul Hamid yang
kami tidak ketahui namanya
6
Maruf, Amin. Rukyat Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan Menurut Pandangan Syariat dan Sorotan IPTEK, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
7
Wawancara langsung kepada bapak Muhammad Yusuf selaku murid KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary saat ini menjadi guru di MA Annida Al-Islamy Bekasi Timur.
3. Guru Abdul Majid
4. Syeikh Muhammad Yasin Al Falaki
5. Beberapa ulama di tanah suci Mekkah yang tidak disebutkan
namanya Kitab-kitab Ilmu Falak yang dipelajari antara lain ialah :
1. Matan Washilah Al Thullab
2. Risalah Rub‟ul Mujayyab
3. Risalah Mulakhos
4. Sulam Al Niroin
5. Ijtima dan Gerhana
8
. Perjalanan Pelaksanaan Ru‟yah Dari Waktu ke Waktu, Pelaksanaan
ru‟yah di Cakung dimulai sejak tahun 1936 yang dipimpin oleh Syeikh Muhammad Muhajirin Amsar. Mulai tahun 1947 pelaksanaan ru‟yah
diteruskan oleh murid-murid beliau yang tidak lain merupakan adik-adik sepupu, yaitu KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Halim, KH. Abdullah Azhari,
KH. Abdul Salam. Hal ini disebabkan Syeikh Muhammad Muhajirin Amsar telah memutuskan untuk berdiam di Mekkah guna menuntut ilmu. Pada
awalnya pelaksanaan ru‟yah di Cakung hanya dilaksanakan sebanyak 6 kali setiap tahhunnya, mulai bulan Rajab hingga Dzulhijjah. Namun apabila
dianggap perlu pelaksanaan ru‟yah pernah dilakukan setiap bulannya selama 7 tahun berturut-turut. Pada tahun 1950, penerus Syeik Muhammad Muhajirin,
yakni KH. Abdul Hamid, KH. Abdullah Azhari, dan KH. Abdul Salam
8
www.almarhalah.ac.ic 14 september 2013
berhasil melihat Hilal awal bulan Syawal dengan ketinggian 2 derajat. Hasil ru‟ya tersebutdisyahkan oleh Pengadilan Agama Bekasi untuk “diitsbat”
setelah terlebih dulu dilakukan peme riksaan terhadap ke 3 peru‟yah tersebut.
Pada tahun 1958, KH. Abdul Hamid, KH. Abdul Halim, dan KH. Abdul Salam berhasil melihat Hilal awal bulan Dzulhijjah pada ketinggian 2,25
derajat. Hasil ru‟yah tersebut disyahkan oleh Pengadilan Agama Jawa Barat. Berdasarkan hal tersebut KH. Zuber memasukan kejadian tersebut ke dalam
buku karangannya yang berjudul “Al Khulashah Al Wafiyah”. Pada tahun 1960, KH. Abdul Hamid dan kawan-kawan dengan dilaksanakan oleh KH.
Hasbiallah dan KH. Sobri yang merupakan utusandari Pengadilan Agama Jawa Barat serta KH. Asli Junaidi, berhasil melihat hilal dengan ketinggian 4
derajat. Pada saat itu terjadi kejadian yang luar biasa, dimana terjadi perubahan cuaca yang sangat cepat dari mendung tiba-tiba menjadi terang
sehingga ru‟yah dapat dilakukan. Pada tahhun 1991, delegasi ulama Malaysia yang terdiri dari ahli
Fiqih dan ahli Hisab yang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Abdul Hamid Abdul Majid berkunjung ke Indonesia untuk memperoleh penjelasan tentang
pelaksanaan ru‟yah hilal di indonesia. Pengadilan Agama Bekasi Memfasilitasi pertemuan antara delegasi Malaysia tersebut dengan ulama
Jakarta Timur dan Bekasi, bertempat di Masjid Al Makmur, Klender. Menurut delegasi Malaysia tersebut, selama ini dalam menetapkan awal Ramadhan,
Idul Fitri dan Idul Adha mereka selalu mengikuti Mekkah. Di Malaysia sendiri sebenarnya ada 28 lokasi ru‟yah, namun baru berhasil 2 kali dengan
ketinggian 8 derajat. Setelah berakhirnya pertemuan tersebut, pimpinan delegasi Malaysia tersebut menyatakan untuk mengikuti Indonesia dalam
menetapkan awal Ramadhan, syawal dan 10 dzulhijjah.
9
Dalam kitab Misbah Al Zhulham Syarah Bulugh Al Maram, karangan Syeikh Muhammad
Muhajirin Amsar Addary, juz ke 3 halaman 187 dan 188 dikatakan bahwa : Hilal mungkin saja terlihat tanpa harus mencapai ketinggian 7 derajat atau
lebih. Hal ini pernah terjadi di Mekkah saat beliau berada di kota tersebut. Saat ini pelaksanaan ruyah hilal masih terus berlanjut sesuai dengan pedoman
serta petunjuk yang telah diajarkan oleh Syeikh Muhammad Muhajirin Amsar Addary. Diantaranya penerusnya adalah KH. Ah
mad Syafi‟i, Lc putra KH. Abdul Hamid serta salah seorang koleganya yang bernama KH. Yazid. Saat
ini mereka berdua tetap aktif melakukan ru‟yah hilal serta membimbing murid-muridnya di Cakung Jakarta Timur.