Materi Dakwah Unsur-unsur Dakwah

agama dan meningkatkan kualitas pengetahuan keislaman untuk pengalaman keagamaan objek dakwah. 30 Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklarifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: 1. Masalah keimanan aqidah 2. Masalah Keislaman syariah 3. Masalah budi pekerti akhlaqul karimah Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat “ saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran” QS. Al-Ashr 103:5 Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogiyanya menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad‟u sebagai objek dakwah untuk memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari sistem nilai ini dapat diturunkan aspek legal syariat dan fiqih yang merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat. 31 Menurut Barmawi Umari, materi dakwah Islam, antara lain : 32 30 Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, Jakarta: Amzah, 2009, cet. ke-1, h.14. 31 M. Dawam Rahardjo ED, Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, Jakarta: Intermasa, 1997, cet. 1, h. 109. 32 Barmawi Umari, Azas-Azas Ilmu Dakwah Solo: CV Ramadhani, 1987 hal : 57-58. 1. Akidah, menyebarkan dan menanamkan aqidah islamiyah berpangkal dari rukun iman yang prinsipil dan segala priciannya. 2. Akhlak, menerangkan mengenai akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah dengan segala dasar, hasil dan segala akibatnya, diikuti oleh contoh-contoh yang telah pernah berlaku dalam sejarah. 3. Ahkam. Menjelaskan aneka hukum meliputi soal-soal : ibadah, al-alwud as-syahsiah, muamalat yang wajib diamalkan oleh setiap muslim. 4. Ukhuawah, menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam antara penganutnya sendiri, serta sikap Islam terhadap agama lain. 5. Pendidik, melukiskan sistem pendidikan model islam yang telah dipraktekkan oleh tokoh-tokoh pendidik islam di massa sekarang. 6. Social, mengemukkan solidaritas menurut tuntunan agama Islam, tolong menolong, kerukunan hidup sesuai ajaran Al- Quran dan hadits. 7. Kebudayaan, menggambarkan perilaku kebudayaan yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama, mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang dan waktu. 8. Kemasyarakatan, menguraikan konstruksi masyarakat yang berisi ajaran Islam, dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama. 9. Amar Ma’ruf, Mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh sa’adah fi ad-darain kebehagiaan di dunia dan akhirat. 10. Nahi Munkar, melarang manusia dari berbuat jahat agar terhidar dari malapetaka yang akan menimpa manusia di dunia dan akhirat. Pesan-pesan dakwah harus dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi mad‟u sebagai penerima dakwah. Pesan-pesan dakwah yang disampaikan sesuai dengan kondisi sasaran objek dakwah, akan dapat diterima dengan baik oleh mad‟u. Oleh karena itu, da‟i hendaklah melihat kondisi objek dakwah dalam melakukan aktivitas dakwah agar pesan tersebut bisa ditangkap sesuai dengan karakter dan cara berfikir objek dakwah. Materi dakwah, tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al- Qur‟an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari‟ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seorang da‟i haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan dengan bahasa dan contoh yang dimengerti oleh mereka.

d. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar dan lain sebagainya. Banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang da‟i haruslah memilih salah satu atau beberapa media sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan media-media modren sudah selayaknya degunakan bagi aktivitas dakwah, agar dakwah dapat diterima olej publik secara komprehensif.

e. Metode Dakwah

Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da‟i kepada mad‟u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang. Metode dalam berdakwah tentunya harus sejalan dan sesuai dengan mad‟u yang akan dihadapi. Karena metode dakwah yang tepat merupakan salah satu penunjang dari keberhasilan dakwah itu sendiri. Mad‟u dengan kondisi psikologis dan keadaan yang serba terbatas seperti yang berada di dalam lembaga permasyaraktan tentunya memiliki pendekatan metode yang berbeda dibanding dengan mad‟u pada umumnya. Dalam surat An-Nahl ayat 125, metode dakwah memiliki tiga bentuk yaitu dakwah bi al-Hikmah merupakan kemampuan dan ketetapan da‟i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad‟u dan sebagai sebuah sistem yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah; dakwah bi al- mau’idza al-hasanah merupakan kata yang masuk kedalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan; dakwah al-mujadalah bi-al-lati hiya ahsan merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan. 33 Aplikasi metode dakwah tidak cukup mempergunakan metode tradisional saja, melainkan perlu diterapkan penggunaan metode sesuai dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang. 34

f. Tujuan Dakwah

Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera dunia akhirat. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian, tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lainnya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah 33 M. Munir, S.Ag.,MA, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet 2, h.19. 34 Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, Jakarta: Amzah, 2009, cet. ke-1, h.14.