Etika Dakwah Unsur-unsur Dakwah

Ada yang mengatakan bahwa etika itu digerakkan dari luar, dari lingkungan manusia. Perundang-undangan, adat, dan tekanan- tekanan itu, dengan demikian terbentuklah Ethika Heteronom dari heteros berarti “bergantung” dan nomos berarti “undang-undang”. Tetapi segala tindakan itu masih karena luar. Orang tidak mencuri hanya karena takut di hukum undang-undang, sebenarnya orang itu masih belum bernama etis. Sebab itu ada orang yang berpendapat Ethika Otonom autos berarti “sendiri”, harus berpangkal dari diri sendiri, tidak mau mencuri karena memang mencuri itu buruk dan dirasakan tidak pantas. Demikian simpang siurnya pendapat orang tentang etika. Orang menggali dan menggali, tetapi satu hal yang sudah jelas bahwa orang memerlukan etika bukan saja karena tuntutan alam sekitarnya. Tetapi juga untuk kepuasan dan kebahagiaan dirinya sendiri. Suatu yang melanggar etika, bukan saja perlu tidak dikerjakan, tetapi juga harus benar-benar hati merasa jijik mendekatinya dan melihat orang lain mengerjakannya. Dalam hubungannya dengan dakwah, akan kita catatkan beberapa hal yang peru di perhatikan, yaitu: Berlaku Sopan dan Jujur. 39

BAB III BIOGRAFI K. H. MUHAMMAD MUHAJIRIN AMSHAR ADDARI

A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan KH. Muhammad Muhajirin

Amsar Addary Anak dari pasangan H. Amsar dan Hj. Zuhriah yaitu KH. Muhajirin yang akrab di panggil oleh masyarakat mempunyai nama lengkap KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary yang dilahirkan di Jakarta tepatnya di kampung baru cakung pada 10 November 1921 M. Beliau wafat pada tanggal 31 Januari 2003 di Bekasi dan meinggalkan seorang istri yaitu Hj. Hannah Abdurrahman dan delapan putra-putrinya. Nama putra-putri KH. Muhammad Muhajirin Amsar Addary yaitu anak pertama Hj. Faiqoh Muhajirin, anak kedua H. Muhammad Ihsan Muhajirin, anak ketiga H. Ahmad Zufar Muhajirin Almarhum, keempat Hj. Badi‟ah Muhajirin, kelima Hj. Farhah Muhajirin, keenam Hj. Rufaida Muhanjirin, ketujuh H.Dhiya Al Maqdisi Muhadjirin dan kedelapan H.Muhammad Aiz Muhadjirin. 1 Sosok KH. Muhammad Muhajirin dalam keluarga merupakan sosok orangtua yang sangat bersahaja. Dalam kehidupan sehari-hari tidak nampak kemewahan yang terlihat baik dari segi penampilan fisik maupun hal-hal lain yang berbeda disekitarnya. Kebersahajaan KH. Muhammad Muhajirin sesungguhnya telah muncul sejak masa mudanya saat beliau masih menuntut ilmu diberbagai tempat di wilayah Jakarta, Banten, bahkan sekembalinya dari 1 www.almarhalah.ac.ic Mekkah. Demikian pula halnya saat beliau telah berkeluarga sikapbersahaja itu tetap melekat dari dalam diri KH. Muhammad Muhajirin. Kisah perjalanan hidup yang berliku-liku bahkan pahit saat masih muda dan di awal perkawinannya telah menjadikan sosok KH. Muhammad Muhajirin menjadi pribadi yang sangat bersahaja bahkan terkesan ”Slebor” dalam berpakaian untuk ukuran seorang ulama yang telah diakui eksistensinya tidak hanya di dalam negri bahkan di luar negri. Jarang sekali KH. Muhammad Muhajirin memakai pakaian-pakaian yang saat ini justru gemar dipertontonkan oleh kebanyakan masyarakat yang justru objektif belum saatnya menggunakannya. Namun dengan kesederhanaan dan kebersahajaan itulah me njadi ”daya tarik” serta kekhasan dari sosok KH. Muhammad Muhajirin. 2 Dalam keluarga, KH. Muhammad Muhajirin merupakan pribadi yang sangat demokratis terhadap anak-anaknya meskipun rambu-rambu kehidupan Islami tetap tegas diberlakukan. Demokratisasi ini dapat terlihat dari kebebasan yang diberikan terhadap anak-anaknya, khususnya anak laki-laki dalam menentukan masa depannya masing-masing. Tidak ada pemaksaan kehendak dalam menentukan pendidikan yang akan ditempuh setelah tingkat Aliyah. Tidak ada satu pun anak laki-laki dari KH. Muhammad Muhajirin yang menempuh pendidikan agama di perguruan tinggi agama seperti IAIN. Semuanya justru dibiarkan memilih berdasarkan minatnya, seperti sastra inggris, ilmu politik serta ilmu hukum. Kebebasan yang tiada batas, karena semua anak laki-laki diwajibkan untuk mengikuti pengajian di pondok pesantren yang berada langsung di bawah pengawasannya. Seperti selesai 2 Wawancara langsung kepada bapak H. Dhiya Al-Maqdhisi pada rabu 03 juni 2014