dakwah  dengan  kondisi  objektif  mad‟u  dan  sebagai  sebuah  sistem yang  menyatukan  antara  kemampuan  teoritis  dan  praktis  dalam
berdakwah;  dakwah  bi al- mau’idza al-hasanah merupakan kata yang
masuk  kedalam  kalbu  dengan  penuh  kasih  sayang  dan  kedalam perasaan  dengan  penuh  kelembutan;  dakwah  al-mujadalah  bi-al-lati
hiya ahsan merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar
lawan menerima pendapat yang diajukan.
33
Aplikasi  metode  dakwah  tidak  cukup  mempergunakan  metode tradisional  saja,  melainkan  perlu  diterapkan  penggunaan  metode
sesuai dengan situasi dan kondisi zaman di era sekarang.
34
f. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT, agar hidup bahagia dan sejahtera dunia
akhirat. Tujuan  ini  dimaksudkan  untuk  memberikan  arah  atau  pedoman
bagi  gerak  langkah  kegiatan  dakwah,  sebab  tanpa  tujuan  yang  jelas seluruh  aktivitas  dakwah  akan  sia-sia.  Dengan  demikian,  tujuan
dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan  unsur-unsur  lainnya.  Bahkan  lebih  dari  itu  tujuan  dakwah
33
M. Munir, S.Ag.,MA, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, cet 2, h.19.
34
Drs.  Samsul  Munir  Amin,  M.  A., ”Ilmu  Dakwah”,  Jakarta:  Amzah,  2009,  cet.  ke-1,
h.14.
sangat menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah.
35
Dakwah merupakan suatu  rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk
memberi  arah  atau  pedoman  bagi  gerak  langkah  kegiatan  dakwah. Apalagi ditinjau dari segi pendekatan sistem sistem approach, tujuan
dakwah  merupakan  salah  satu  unsur  dakwah.  Di  mana  antara  unsur dakwah  yang  satu  dengan  yang  lainnya  saling  membantu,  saling
mempengaruhi, dan saling berhubungan.
36
Dengan  demikian  tujuan  dakwah  ssebagai  bagian  dari  seluruh aktivitas  dakwah  sama  pentingnnya  dengan  unsur-unsur  lain,  seperti
subjek  dan  objek  dakwah,  metode  dan  sebagainya.  Bahkan  lebih  sari itu  tujuan  dakwah  sangat  menetukan  dan  berpengaruh  terhadap
penggunaan  metode  dan  media  dakwah,  sasaran  dakwah  sekaligus strategi  dakwah  juga  berpengaruh  olehnya  tujuan  dakwah.  Ini
disebabkan  karena  tujuan  merupakan  arah  gerak  yang  hendak  dituju seluruh aktivitas dakwah.
37
Adapun  tujuan  dakwah,  pada  dasarnya  dapat  dibedakan  dalam dua macam tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum Dakwah  Mayor Objective
Tujuan  umum  dakwah  merupakan  suatu  yang  hendak  dicapai dalam  seluruh  aktivitas  dakwah.  Ini  berarti  tujuan  dakwah  yang
35
Drs.Hasanuddin,  MA,  Manajemen  Dakwah,  Jakarta:  UIN  Jakart  Press,  2005,  cet  I, h.56
36
Asmuni Syukri, Dasar Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas,1983, h.49.
37
Drs.  Samsul  Munir  Amin,  M.  A., ”Ilmu  Dakwah”,Jakarta:  Amzah,  2009,  cet.  ke-1,
h.59.
masih  bersifat  umum  dan  utama,  di  mana  seluruh  gerak langkahnya  proses  dakwah  harus  ditunjukan  dan  diarahkan
kepadanya. 2.
Tujuan Khusus Dakwah Minor Objective Tujuan  khusus  dakwah  merupakan  perumusan  tujuan  dan
penjabaran  dari  tujuan  umum  dakwah.  Tujuan  ini  dimaksudkan ag  ar  dalam  pelaksanaan  seluruh  aktivitas  dakwah  dapat  jelas
diketahui  ke  mana  arahnya,  ataupun  jenis  kegiatan  apa  yang hendak  dikerjakan  ,  kepada  siapa  berdakwah,  dengan  cara  apa,
bagaimana  dan  sebagainya  secara  terperinci.  Sehingga  tidak terjadi  overlapping  antar  juru  dakwah  yang  satu  dengan  lainnya
hanya masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
38
Menurut  Toto  Tasmara  berpendapat  bahwa  tujuan  dakwah adalah  untuk  menegakkan  ajaran  Islam  kepada  setiap  insan  baik
individu  maupun  masyarakat,  sehingga  ajaran  tersebut  mampu memdorong  suatu  perbuatan  yang  sesuai  dengan  agama  Islam
tersebut.
39
Jika dakwah dilihat sebagai sebuah kegiatan komunikasi, maka tujan komunikasi dakwah terbagi menjadi dua:
1. Tujuan  dakwah  jangka  pendek,  yaitu  untuk  memberikan
pemahaman tentang  Islam kepada masyarakat.  Dengan adanya
38
Drs. Samsul Munir Amin, M. A., ”Ilmu Dakwah”, Jakarta: Amzah, 2009, cet. ke-1, h.
62.
39
Toto Tasmara, komunikasi Dakwah Islam, cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani Press, 1987, h. 7.
pemahaman  tersebut  maka  masyarakat  akan  terhindar  dari sikap atau perbuatan yang tidak terpuji.
2. Tujuan  dakwah  jangka  panjang,  yaitu  untuk  mengadakan
perubahan sikap pada masyarakat. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku  yang  terpuji  bagi  masyarakat  yang  tergolong
kepada  hal-hal  yang  negatif  dan  mengganggu  ketentraman masyarakat.
40
g. Etika Dakwah
Etika  berhubungan  dengan  soal  baik  atau  buruk,  benar  atau salah.  Baik  dan  buruk  berhubungan  dengan  kemanusiaan  dan  sering
dikaitkan dengan perasaan dan tujuan seseorang, tidak berlaku umum dan  merata.  Seorang  yang  menganggap  suatu  perbuatan  itu  baik,
belum tentu dianggap baik pula oleh pandangan orang lain, tergantung pada adat kebiasaan  yang dipakai oleh tiap-tiap kelompok. Meskipun
demikian,  etika  berlainan  pula  dengan  adat,  karena  adat  hanya memandang lahir, melihat tindakan  yang di  lakukan, sedangkan rtika
lebih memperhatikan hati dan jiwa orang yang melakukannya, dengan maksud  apa  ia  dilakukan.  Seorang  yang  membungkukkan  badannya
ketika  berlalu  di  hadapan  orang  tua-tua,  telah  diangap  mematuhi suruhan adat, telah mematuhi adat, tetapi belum tentu etis, tergantung
kepada maksud apa ia membungkukkan badan.
41
40
M.  Bahri  Ghazali,  Dakwah  Komunikatif:  Membangun  Kerangka  Dasar  Ilmu Komunikasi Dakwah, h. 7.
41
Anggota IKAPI, Ilmu Dakwah, Jakarta: Offset Bumirestu, 1985, cet 4, h. 19.
Ada  yang  mengatakan  bahwa  etika  itu  digerakkan  dari  luar, dari  lingkungan  manusia.  Perundang-undangan,  adat,  dan  tekanan-
tekanan  itu,  dengan  demikian  terbentuklah  Ethika  Heteronom  dari heteros  berarti  “bergantung”  dan  nomos  berarti  “undang-undang”.
Tetapi  segala  tindakan  itu  masih  karena  luar.  Orang  tidak  mencuri hanya  karena  takut  di  hukum  undang-undang,  sebenarnya  orang  itu
masih  belum  bernama  etis.  Sebab  itu  ada  orang  yang  berpendapat Ethika  Otonom  autos  berarti  “sendiri”,  harus  berpangkal  dari  diri
sendiri,  tidak  mau  mencuri  karena  memang  mencuri  itu  buruk  dan dirasakan tidak pantas.
Demikian  simpang  siurnya  pendapat  orang  tentang  etika. Orang menggali dan menggali, tetapi satu hal yang sudah jelas bahwa
orang  memerlukan  etika  bukan  saja  karena  tuntutan  alam  sekitarnya. Tetapi  juga  untuk  kepuasan  dan  kebahagiaan  dirinya  sendiri.  Suatu
yang  melanggar  etika,  bukan  saja  perlu  tidak  dikerjakan,  tetapi  juga harus  benar-benar  hati  merasa  jijik  mendekatinya  dan  melihat  orang
lain mengerjakannya. Dalam hubungannya dengan dakwah, akan kita catatkan  beberapa  hal  yang  peru  di  perhatikan,  yaitu:  Berlaku  Sopan
dan Jujur.