Penentuan metode isolasi aroma beras aromatik
volatil beras lebih banyak pada tahapan pemasakan I 23 peaks dibandingkan dengan alat SPME dengan fiber DVBPDMS 6 peaks.
Gambar 11. Kromatogram komponen volatil beras hasil SPME fiber
DVBPDMS dan analisis dengan GC-MS pada tahap pemasakan I 9 menit beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut.
Gambar 12. Kromatogram komponen volatil beras hasil SPME fiber
CARPDMS dan analisis dengan GC-MS pada tahap pemasakan I 9 menit beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut.
Intensitas
Waktu retensi
Intensitas
Waktu retensi
Gambar 13. Kromatogram komponen volatil beras hasil SPME fiber CARPDMS dan analisis dengan GC-MS pada tahap pemasakan
II 17 menit beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut.
Gambar 14. Kromatogram komponen volatil beras hasil SPME fiber CARPDMS dan analisis dengan GC-MS pada tahap pemasakan
III 47 menit beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketebalan thickness, volume phase volume dan lapisan penyusun fiber fiber coating Kolb Ettre 2006.
Alat SPME dengan fiber CARPDMS memiliki ketebalan 85 µ m dan volume 0,528 x 10
-3
cm
3
yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketebalan 65 µm dan
Intensitas
Waktu retensi
Waktu retensi Intensitas
volume 0,398 x 10
-3
cm
3
dari fiber DVBPDMS, sehingga fiber CARPDMS mampu menangkap komponen volatil beras lebih banyak dibandingkan dengan
fiber DVBPDMS. Selain itu, perbedaan lapisan penyusun fiber fiber coating dapat
mempengaruhi jumlah dan jenis komponen volatil beras yang ditangkap pada saat pengujian. Fiber dengan lapisan carboxenpolydimethylsiloxane CARPDMS
mampu menangkap komponen volatil yang bersifat sedikit polar, khususnya
komponen-komponen dalam jumlah sedikit trace analysis yang memiliki waktu retensi yang lama high retention maupun komponen selain kelompok trace
analysis, sedangkan fiber
divinylbenzenepolydimethylsiloxane DVBPDMS biasanya untuk menangkap komponen volatil yang bersifat lebih polar khususnya
komponen alkohol Berger 2007
, sehingga fiber DVBPDMS lebih banyak menangkap uap air bersifat polar dibandingkan dengan fiber CARPDMS.
Uap air dapat menghambat pada waktu penangkapan komponen volatil beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut pada saat dianalisis menggunakan
GC-MS, sehingga peak yang terdeteksi lebih sedikit pada alat SPME dengan fiber DVBPDMS dibandingkan fiber CARPDMS. Penelitian tahap berikutnya yaitu
tahap pemasakan II dan III menggunakan alat SPME dengan fiber CARPDMS. Peaks yang terdeteksi ketika berlangsungnya analisis dengan GC-MS pada
beras aromatik varietas Pandan Wangi Garut untuk tahap pemasakan I sebanyak 23 peaks Gambar 12, tahap pemasakan II sebanyak 22 peaks Gambar 13 dan
tahap pemasakan III sebanyak 19 peaks Gambar 14. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemasakan dalam rice cooker maka semakin sedikit
jumlah peak yang terdeteksi. Peaks yang terdeteksi pada varietas Pandan Wangi Garut tersebut tidak bisa diidentifikasi karena ada uap air pengotor seperti
ditunjukkan pada Lampiran 2. Uap air akan bertambah banyak seiring dengan
bertambahnya waktu pemasakan, sehingga dapat menekan atau menghambat keluarnya komponen volatil flavor Pandan Wangi Garut pada saat berlangsung
analisis dengan GC-MS.
Hasil dari penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Zheng et al. 2009, semakin lama waktu pemasakan maka semakin banyak komponen volatil
flavor beras yang terdeteksi. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh jenis fiber
dan rancangan alat modifikasi headspace yang digunakan. Zheng et al. 2009 menggunakan
alat SPME
dengan fiber
divinylbenzenecarboxenpolydimethylsiloxane DVBCARPDMS, fiber tersebut dapat menangkap komponen volatil yang memiliki panjang rantai karbon dari C
3
- C
20
Berger 2007. Rancangan alat SPME dengan modifikasi headspace yang digunakan Zheng
et al. 2009, diduga mampu mengatasi uap air pengotor sehingga komponen tersebut tidak ikut tertangkap pada saat diabsorpsi dengan alat SPME dengan fiber
divinylbenzenecarboxenpolydimethylsiloxane DVBCARPDMS. Hasil dari metode isolasi aroma dengan menggunakan metode SPME pada
penelitian ini tidak mampu menangkap komponen volatil beras dengan baik sehingga komponen tersebut tidak bisa diidentifikasi, sedangkan metode isolasi
aroma SDE Likens-Nickerson dapat memperoleh ekstraksi flavor beras aromatik yang mirip dengan aroma aslinya dan komponen volatil beras aromatik tersebut
dapat diidentifikasi yang dijabarkan dengan jelas pada Sub Bab 4.2. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap ini, maka metode isolasi komponen
volatil dengan SDE Likens-Nickerson merupakan metode yang digunakan untuk penelitian tahap berikutnya. Tahap penelitian berikutnya meliputi penentuan
komposisi komponen volatil beras aromatik komposisinya dibandingkan dengan beras non aromatik dan penentuan character impact compounds beras aromatik
varietas Pandan Wangi Garut.