25
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kultur Murni Hasil Pengecekan Kemurnian
Hasil goresan kuadran kultur murni ke dalam media Xylose Lysine Deoxycholate Agar XLDA menghasilkan koloni Salmonella Typhimurium berwarna merah muda dengan inti hitam di tengahnya
dimana hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan pada Bacteriological Analytical Manual mengenai Salmonella
Andrews dan Hammack 2011. Sedangkan Shigella sonnei membentuk koloni merah muda tanpa ada inti hitam Health Protection Agency 2007. Hasil pengisolasian Salmonella
Typhimurium dan Shigella sonnei dapat dilihat pada Gambar 11. di bawah ini. a
Salmonella Typhimurium b
Shigella sonnei Gambar 11. Isolasi bakteri a Salmonella Typhimurium dan b Shigella sonnei pada media
XLDA Masing-masing satu koloni spesifik tersebut kemudian diisolasi dalam Heart Infusion Broth dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37
o
C sebagai kultur murni mikroba spesifik Salmonella Typhimurium dan Shigella sonnei yang selanjutnya digunakan dalam proses isolasiekstraksi DNA
dan juga diinokulasi ke dalam sampel pangan susu UHT sampel susu UHT spike. Penelitian yang dilakukan Omiccioli et al. 2009 dan Hadjinicolaut et al. 2009 juga menggunakan XLDA dalam
tahap pengayaan mengkulturkan mikroba.
26
B. Inokulasi Susu dengan Kultur Murni Salmonella Typhimurium dan Shigella
sonnei Sampel Susu UHT spike
Hasil hitungan secara mikroskopi dengan menggunakan petroff-hausser terhadap suspensi Salmonella
Typhimurium pada larutan pengencer NaCl 0,85 yaitu sebesar 1,4 x 10
8
selml Salmonella
Typhimurium untuk proses isolasi DNA dengan metode kit komersial dan 1,6 x 10
7
selml Salmonella
Typhimurium untuk proses isolasi DNA dengan metode pendidihan, sedangkan penghitungan terhadap Shigella sonnei yaitu sebesar 2,5 x 10
7
selml. Ketiga penghitungan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 5. Karena konsentrasi suspensi lebih besar dari 10
5
selml maka dilakukan pengenceran terhadap suspensi tersebut hingga diperoleh konsentrasi suspensi sekitar
10
5
selml. Setelah dilakukan pengenceran, jumlah Salmonella Typhimurium pada susu UHT yang akan diisolasidiekstraksi dengan metode kit komersial yaitu sebanyak 7,0 x 10
4
atau 0,7 x 10
5
selml, pada susu UHT yang akan diisolasidiekstraksi dengan metode pendidihan sebanyak 8,0 x 10
4
atau 0,8 x 10
5
selml Salmonella Typhimurium, dan jumlah Shigella sonnei pada susu UHT yang akan diisolasidiekstraksi dengan metode kit komersial sebanyak 1,2 x 10
5
selml. Hasil penghitungan konsentrasi akhir Salmonella Typhimurium pada sampel susu UHT spike dan
penghitungan awal mikroba natural pada susu UHT dengan metode konvensional dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel susu UHT tidak mengandung mikroba
Salmonella Typhimurium dan ketika diinokulasi dengan Salmonella Typhimurium maka sampel susu
UHT spike tersebut mengandung 3,9 x 10
4
CFUml penghitungan ke-1 dan 2,6 x 10
4
CFUml penghitungan ke-2 Salmonella Typhimurium yang tumbuh dan hidup di dalamnya. Penghitungan
ke-1 merupakan tahapan inokulasi Salmonella Typhimurium ke dalam susu yang akan disolasi diekstraksi dengan metode kit komersial dan penghitungan ke-2 merupakan tahapan inokulasi
Salmonella Typhimurium yang akan disolasidiekstraksi dengan metode pendidihan.
Konsentrasi Salmonella Typhimurium yang terkandung di dalam sampel susu UHT spike 10
4
CFUml tidak sama dengan konsentrasi Salmonella Typhimurium yang ditambahkan dimana diukur dengan menggunakan pengukuran mikroskopi pada petroff-hausser 10
5
selml. Hal tersebut dikarenakan penghitungan dengan petroff-hausser tidak dapat membedakan mikroba yang hidup dan
yang telah mati sehingga Salmonella Typhimurium yang telah mati juga ikut terhitung bersama dengan sel yang hidup. Sedangkan metode konvensional pada media XLDA, Salmonella
Typhimurium yang terhitung adalah mikroba yang hidup saja. Sehingga hitungan konsentrasi Salmonella
Typhimurium yang ditambahkan lebih besar dibandingkan konsentrasi akhir pada sampel susu UHT spike.
C. IsolatTemplate DNA yang Dihasilkan