I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai organisme perairan telah digunakan secara empirik oleh nenek moyang kita dan masih dimanfaatkan hingga sekarang karena terbukti khasiatnya
untuk pencegahan maupun pengobatan suatu penyakit. Sebagai contoh adalah pemanfaatan kerang Atactodea striata oleh masyarakat Kei, Maluku Tenggara
yang dikenal dengan nama lokal kerang mas ngur. Kerang tersebut secara turun- temurun telah digunakan sebagai obat tradisional untuk membantu
menyembuhkan penyakit kuning. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang pangan dan kesehatan
maka makin dituntut bukti ilmiah manfaat kerang mas ngur yang berasal dari perairan laut tersebut. Secara ilmiah telah diidentifikasi senyawa aktif dan
kandungan nutrisi kerang mas ngur. Waranmaselembun 2007 melaporkan bahwa kerang mas ngur dari Kei, Maluku Tenggara memiliki senyawa aktif jenis
steroid, alkaloid dan saponin. Ketiga senyawa aktif tersebut mempunyai aktivitas sebagai inhibitor topoisimerase I sehingga berkolerasi dengan senyawa anti
kanker. Selain itu, kerang tersebut mengandung nutrisi tinggi seperti protein sebesar 56,08; karbohidrat 21; lemak 5,95; air 7,84; abu 7,88 dan serat
kasar 1,25. Asam aminonya cukup lengkap dengan spesifikasi seperti jumlah total asam amino non esensial AANE lebih besar daripada asam amino esensial
AAE; asam glutamat dan sistein serta asam amino rantai panjang seperti leusin dan isoleusin ditemukan dalam jumlah tinggi melebihi asam amino sejenis pada
tepung ikan. Mutaqin et al. 2004 melaporkan bahwa kepah kecil baby clam dari
Perairan Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara bebas toksin PSP paralytic shellfish poisoning
, DSP diarrheic shellfish poisoning dan ASP amnesic shellfish poisoning
. Yang et al. 2003, mengisolasi dan memurnikan enzim GST glutation s-transferase
dari A. striata dengan berat molekul 24 KDa dan 48 KDa. Enzim tersebut merupakan salah satu enzim yang berperan dalam
detoksifikasi racun pada organ hati. Feri 2003 telah mengekstraksi senyawa aktif dari tude bombang A. striata dengan beberapa pelarut dan ekstraknya mampu
menghambat bakteri jenis Staphylococcus aureus dan Diplococcus pneumonia. Makkasau 2001 melaporkan bahwa kepah A. striata mengandung asam lemak
utama terdiri dari asam stearat; asam oleat; asam palmitat; asam 9-oktadekanoat- 12-asetil oksi metil ester dan asam 11-oktadekanoat metil ester.
Di balik kandungan senyawa aktif dan nutrisi yang tinggi, kerang mas ngur merupakan organisme laut yang mudah tercemar bahkan dapat digunakan
sebagai indikator tercemarnya suatu perairan. Achmad dan Sunarya 1997 melaporkan bahwa perairan tercemar dapat disebabkan oleh limbah industri,
buangan kapal dan limbah rumah tangga. Limbah tersebut dapat berbentuk bahan kimia seperti merkuri Hg, timbal Pb dan kadmium Cd; bakteri patogen dan
sampah lainnya. Selain itu, di perairan tersebut ditemukan fitoplankton beracun harmful algae bloom sehingga kerang yang memakannya menjadi sangat
beracun. Jenis racun tersebut antara lain PSP, DSP dan ASP. Pengalaman tradisional dan pengetahuan mengenai kandungan senyawa
aktif dan nutrisi tinggi dari kerang mas ngur akan lebih berguna bagi masyarakat apabila dimanfaatkan menjadi produk nutraceutical. Barrow dan Shahidi 2008
melaporkan bahwa nutraceutical merupakan produk pangan yang memberikan keuntungan bagi kesehatan karena mengandung senyawa aktif tertentu untuk
pencegahan atau membantu penyembuhan penyakit sekaligus mengandung nutrisi tinggi dalam meningkatkan stamina tubuh. Goldberg 1994 melaporkan bahwa
persyaratan nutraceutical yang telah berkembang pesat di Jepang dan Cina adalah 1 Produk tersebut haruslah produk pangan yang berasal dari bahan yang terdapat
secara alami; 2 Produk tersebut dapat dan selayaknya dikonsumsi sebagai bagian diet atau menu sehari-hari dan 3 Produk tersebut mempunyai fungsi tertentu
pada waktu cerna, memberikan peran dalam proses tubuh tertentu seperti memperkuat dan mempertahankan stamina tubuh, mencegah penyakit tertentu,
membantu untuk memperbaiki kondisi tubuh setelah terserang penyakit tertentu, menjaga kondisi fisik dan mental serta memperlambat proses penuaan. Sukirno
2007 mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan bahan alam sebagai obat meliputi dua hal penting yakni penelitian penapisan senyawa aktif bahan alam
tersebut serta pengujian khasiat dan keamanan produk tersebut.
Metode pengujian keamanan yang umum digunakan adalah pengujian toksisitas sub-kronis. Pengujian tersebut dilakukan dalam jangka waktu 30 hari
sampai 90 hari secara in vivo menggunakan hewan percobaan seperti tikus, mencit, monyet dan lainnya; yang diberi bahan uji secara berulang-ulang
Derelanko Hollinger 1995; Lea et al. 2004. Pengujian tersebut dapat digunakan untuk mengetahui keamanan suatu produk, apakah produk tersebut
dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel, yang akan menyebabkan mekanisme karsinogenik. Dari pengujian tersebut sekaligus dapat diperoleh
informasi tentang penggunaan dosis aman sesuai dengan kebutuhan pola diet.
1.2 Perumusan Masalah