1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji tingkat keamanan kerang mas ngur melalui 2 tahap pengujian, yaitu :
1.3.1 Pengujian persyaratan standar mutu produk kekerangan terdiri dari :
Kandungan shellfish toxin jenis PSP, DSP dan ASP.
Kandungan logam berat jenis Hg, Pb dan Cd. 1.3.2 Pengujian toksisitas sub-kronis dengan parameter uji :
Pengamatan gejala klinis seperti tingkah laku tikus percobaan, kondisi
mata dan bulu, bentuk feses, penimbangan berat badan tikus dan nilai FCR food conversion ratios.
Analisis biokimia serum darah SGPT, SGOT, BUN dan kreatinin.
Histopatologi organ hati dan ginjal.
1.4 Manfaat Penelitian
Diperoleh data keamanan sifat toksik kerang mas ngur yang meliputi jaminan keamanan standar mutu dan toksisitas sub-kronis. Apabila terbukti aman
maka kerang tersebut dapat digunakan sebagai nutraceutical. Masyarakat dapat mengkonsumsi dengan aman sesuai pola diet.
1.5 Hipotesis Penelitian
Kerang mas ngur memenuhi persyaratan :
Keamanan standar mutu produk kekerangan. Kandungan shellfish toxin
PSP, DSP dan ASP kerang mas ngur di bawah MPL maximum permitted limits dan kandungan logam berat Hg, Pb
dan Cd juga dibawah MRL maximum residue limits.
Keamanan melalui pengujian toksisitas sub-kronis. Hasil
pengamatan gejala klinis menunjukkan bahwa tikus percobaan dalam kondisi sehat dan memiliki berat badan yang normal; kadar
SGPT, SGOT, BUN dan kreatinin masih dalam batas normal serta pemeriksaan histopatologi organ hati dan ginjal ditandai tidak
adanya kematian atau kerusakan sel melebihi perlakuan kontrol tanpa pemberian daging kerang mas ngur kering.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerang Mas Ngur
Kerang mas ngur Atactodea striata mempunyai ukuran cangkang hingga 25 mm. Kerang tersebut berwarna putih keemasan. Pada permukaan cangkangnya
terdapat garis-garis halus yang tidak beraturan. Kerang ini umumnya hidup di pantai berpasir dan tahan terhadap arus yang kuat Mc Lachlan et al. 1995.
Di Indonesia, A. striata lihat Gambar 1 dijumpai dengan nama daerah berbeda-beda. Di Tanjung Balai Asahan, Sumatera Utara kerang ini disebut
sebagai kepah kecil baby clam. Masyarakat Kei, Maluku Tenggara menyebutnya dengan kerang mas ngur bia mas ngur. Sedangkan masyarakat Makasar
mengenalnya dengan istilah kepah atau tude bombang. Menurut Marshall dan Williams 1972, klasifikasi A. striata adalah sebagai berikut :
filum : Moluska kelas : Bivalvia
ordo : Veneroidea famili : Mesodesmatidae
genus : Paphies sub-genus : Atactodea
spesies : striata
Gambar 1 Kerang mas ngur dari Pantai Desa Ohoililir, Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara
Tirado et al. 2003 melaporkan bahwa Veneroidea dimana kerang mas ngur termasuk ordo tersebut melakukan pemijahan sepanjang tahun. Selanjutnya
Nugranad dan Noodang 2000 melaporkan bahwa hewan tersebut bersifat dioecious
, yakni setiap individu dapat menghasilkan spermatozoa dan juga dapat menghasilkan sel telur. Jenis kerang ini memijah sekitar bulan Mei-Agustus.
Pemijahan terjadi jika sperma membuahi sel telur, kemudian telur yang dibuahi berkembang menjadi larva trochophore veliger berukuran 111,2±2,8 µm. Larva
ini dikenal sebagai planktonik larva yang berenang bebas selama 5-7 hari hingga berkembang menjadi pediveliger dengan ukuran 170-190 µm dan sudah mulai
memiliki kaki untuk berjalan pelan. Setelah 17 hari larva berkembang menjadi juvenil
dengan ukuran 300-510 µm. Pada tahap ini kerang mulai mengalami settlement
. Tahap akhir siklus hidup kerang terjadi setelah juvenil berumur 2,5 bulan, ditandai dengan variasi ukuran 0,4-4,5 mm dan corak warna cangkang.
Menurut Redfearn 1987, famili Mesodesmatidae termasuk Paphies spp. telah berhasil dibudidayakan di daerah Tua-Tua, Selandia Baru dengan bentuk larva
veliger hingga pediveliger seperti disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Larva veliger hingga pediveliger genus Paphies A. striata
2.2 Kandungan Senyawa Aktif dan Nutrisi Kerang Mas Ngur