Histologi Hati Patologi Hati

Aliran darah masuk ke dalam hati melalui dua sumber, bagian terbesar darah masuk melalui vena porta yang membawa darah kaya nutrisi dari usus. Aliran darah lain yang masuk ke hati adalah darah arteri melalui arteria hepatika Weiss Greep 1977. Sistem darah balik seluruhnya dialirkan ke luar hati melalui vena sentralis Nabib 1987.

2.5.1 Histologi Hati

Sel hati hepatosit berbentuk polihedral, berdiameter 20-25 mikron pada hewan dewasa, sedang pada hewan muda sekitar 2-7 mikron. Inti bulat terdapat di tengah-tengah dan kadang-kadang tampak lebih dari satu anak inti Hartono 1992. Hati terbagi menjadi beberapa lobus. Secara histologi lobus dibalut oleh kapsula, ada dua macam kapsula yaitu kapsula fibrosa glisson dan kapsula serosa Hartono 1992. Hati tikus terdiri dari 4 lobus median, lateral kanan, lateral kiri dan kaudal. Bila dilakukan hepatektomi, sel hati mampu melakukan regenerasi meskipun hanya sebagian sel hati yang dapat diganti Fox et al. 1984.

2.5.2 Patologi Hati

Hati merupakan organ yang sering mengalami kerusakan. Hal ini disebabkan antara lain sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal, dan setelah diserap toksikan dibawa oleh vena porta ke hati Lu 2006. Beberapa kerusakan yang dapat ditemui di hati, antara lain : a. Nekrosis hati Nekrosis hati adalah kematian hepatosit, dapat bersifat fokal sentral, pertengahan, perifer atau difus. Nekrosis hati merupakan suatu manifestasi toksik yang berbahaya tetapi tidak selalu kritis karena hati mempunyai kapasitas regenerasi yang luar biasa Lu 2006. b. Sirosis Sirosis merupakan bentuk peradangan kronis yang ditandai dengan fibrosis yakni pembentukan jaringan ikat Nabib 1987. Sirosis ditandai dengan pengerasan hati yang disebabkan oleh bermacam-macam sebab, umumnya bahan-bahan toksik dan parasit yang merusak hati secara menahun. Pengerasan terjadi karena hati kehilangan parenkim disusul dengan pembentukan jaringan ikat secara luas Ressang 1984. Menurut Lu 2006, sirosis ditandai oleh adanya septa kolagen yang tersebar di sebagian besar hati. Kumpulan hepatosit muncul sebagai nodul yang dipisahkan oleh lapisan berserat ini. c. Degenerasi Degenerasi suram cloudy swelling, berbutir, albuminoid pada parenkim sering terlihat pada kejadian keracunan. Toksikan menyebabkan kerusakan membran sel dan mengakibatkan masuknya cairan ekstraseluler ke dalam sel. Sel menjadi bengkak dan secara makroskopis hati membesar, tepinya membulat, konsistensinya rapuh sedangkan bidang sayatan berkondisi belang atau beraspek seperti telah di masak Ressang 1984. Cheville 2006 melaporkan bahwa degenerasi sel dalam bentuk hidropis adalah adanya akumulasi cairan pada sitoplasma sel sehingga tampak membentuk vakuola. Kadang-kadang vakuola kecil bersatu membentuk vakuola yang lebih besar sehingga inti sel terdesak ke tepi. Secara mikroskopis terlihat bahwa sel mengandung ruang-ruang jernih yang mengelilingi inti. d. Steatosis perlemakan hati Hati dikategorikan mengalami perlemakan bila mengandung berat lipid lebih dari 5 Lu 2006. Hal yang dapat menyebabkan perlemakan patologi hati adalah hipoksemi oleh karena hati tidak dapat membakar lemak, akumulasi lemak intraseluler atau karena adanya toksin yang mengakibatkan penurunan fungsi metabolisme lemak hati. Alkohol, fosfor, arsen dan racun lain memerlukan banyak oksigen sehingga lemak tinggal tidak terbakar. Toksin- toksin yang dapat menyebabkan perlemakan hati adalah antimon, arsen, kloroform, juga bahan-bahan septik atau toksik lainnya Ressang 1984.

2.6 Organ Ginjal