Dampak kegiatan wisata bahari terhadap masyarakat

4.3.6 Pemilihan alternatif strategi kebijakan wisata bahari

Setelah berbagai alternatif strategi dianalis menggunakan matrik SWOT, tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah menentukan atau memilih strategi prioritas pengembangan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Kumo sesuai dengan kondisi internal dan eksternal suatu sistem. Untuk menentukan strategi kebijakan pengembangan wisata bahari di kedua pulau tersebut digunakan metode AHP. Metode AHP merupakan teknik yang secara obyektif untuk memilih strategi altematif secara prioritas dari berbagai alternatif strategi yang telah dirumuskan dengan metode SWOT. Berdasarkan proses hirarki AHP terhadap sistem pengembangan wisata bahari terdapat lima tingkatan, yaitu: 1 level 1 merupakan fokus atau tujuan model pengembangan wisata bahari; 2 level 2 adalah aktor, pelaku yang terlibat dalam sistem pengembangan wisata bahari baik langsung maupun tidak langsung yaitu masyarakat pelaku usaha MPU, pengunjungwisatawan PNJ, tokoh masyarakat TKM, Pemerintah Daerah PMD; 3 level 3 dan 4, kriteria dan subkriteria untuk penentuan strategi kebijakan; dan level 5, rumusan model strategi pengembangan wisata bahari yang merupakan hasil analisis SWOT Tabel 11. Hirarki model strategi pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Kumo di Kabupaten Halmahera Utara, disajikan pada Gambar 6. Hasil analisis AHP pada tingkat pertama diperoleh vektor prioritas dari pihak-pihak yang berkepentingan aktor terhadap pemberdayaan masyarakat pesisir, yaitu: Pemerintah Daerah 66,3, Pengunjung 14,3, Masyarakat Pelaku Usaha 13,4, dan Tokoh Masyarakat 6. Hal ini menggambarkan bahwa Pemerintah Daerah merupakan pihak yang berperan penting dalam menentukan kebijakan pengembangan wisata bahari di Pulau Tagalaya dan Kumo di Kabupaten Halmahera Utara. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya dukungan pemerintah terhadap pengembangan wisata bahari, seperti: pembangunan dermaga kayu dan tempat-tempat beristirahat Lampiran X. Pihak Urutan kedua yang berperan penting adalah pengunjungwisatawan, hal ini dapat dilihat kegiatan wisata bahari baru ada pada saat kunjungan wisata banyak seperti hari sabtu dan minggu, serta hari libur. Pihak urutan ketiga yang berperan penting adalah masyarakat pelaku usaha. Masyarakat ini yang menikmati langsung dari kegiatan wisata bahari, keterlibatan mereka pada saat tingkat kunjungan wisatawan banyak seperti: menjual makanan, penarikan uang kebersiahan dan menjadi taxi perahu. Pihak yang berperan urutan terakhir adalah tokoh masyarakat, pihak ini tidak berperan langsung dalam kegiatan wisata bahari tetapi lebih terbatas pada memberikan pembinaan dilingkungan kaum bapak dan kaum muda agar kegiatan wisata tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak merusak lingkungan serta tidak mengganggu kehidupan masyarakat pulau.