Perumusan alternatif strategi kebijakan wisata bahari

1 Peningkatan infrastruktur wisata bahari Infrastruktur seperti akses transportasi dan sarana prasaran penunjang merupakan urat nadi dari kegiatan parawisata. Ketersediaan dari infratruktur tersebut sangat mempengaruhi berkembangnya kegiatan wisata bahari di suatu daerah. Oleh karena itu, peningkatan infrastruktur wisata bahari merupakan prioritas utama dalam pengembangan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo di Halmahera Utara. Alternatif kebijakan ini merupakan solusi terhadap masalah kurang minatnya wisatawan datang ke Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo. Oleh karena itu, pemerintah daerah serius mendukung wisata bahari sebagaimana tertuang dalan rencana strategis tahun 2009 perlu segera dilakukannya pembangunan fisik seperti kampung wisatawan, homestay, kios wisata, restoran, pusat budaya adat, wahana kegiatan pariwisata diving center, selancar, dan kanoing. Dengan terbangunnya sarana dan prasarana wisata bahari diharapkan akan meningkatkan daya tarik wisata untuk datang ke pulau-pulau ini. Selain itu, pembangunan infrastruktur wisata bahari akan menyerap tenaga kerja bagi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan pulau. Penyediaan akses transportasi, seyogyanya pemerintah bekerja sama dengan pihak swasta untuk menyediakan tranportasi laut yang layak dan aman untuk menuju daerah wisata. Hal ini disebabkan jika wisatawan ingin berkunjung ke Pulau Tagalaya harus sewa perahu motor tempel 5PK taxi sebagai alat transportasi antar pulau. Sedangkan untuk menarik wisatawan domestik dan internasional, pemerintah Kabupaten Halmahera utara sudah waktunya memperluas bandara udara Kao yang kapasitas masih terbatas hanya untuk pesawat kecil, agar pesawat ukuran lebih besar dapat mendarat di bandara ini. Sehingga jadwal penerbangan Jakarta ke Tobelo yang biasanya hanya tersedia hari tertentu Jumat dan Senin bisa dilakukan setiap hari. Menurut Youti, Marpaung dan Suyitno 1999 , menyatakan ketersediaan infrastruktur dan destinasi fakta yang jelas dan mudah dijangkau wisatawan merupakan faktor penting dalam pengembangan pariwisata. Infrastruktur dan akses transportasi yang Dengan tersedia dengan baik, sehingga jarak yang ditempuh akan lebih mudah dan cepat serta waktu yang dibutuhkan menuju obyek wisata akan lebih singkat. Dengan tersedianya infrastruktur tersebut diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara dan berdampak meningkatkan perekonomian masarakat peisir di kedua pulau tersebut pada khususnya dan masyarakat Kabupaten Halmahera Utara pada umumnya. 2 Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat Pengelolaan wisata bahari berbasis masyarakat merupakan strategi prioritas kedua. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata bahari dapat diakomodasi dalam manajemen pariwisata partisipatori. Manajemen ini dapat berupa manajemen berbasis masyarakat yang disebut Pomeroy 1998 sebagai suatu elemen sentral dari ko-manajemen. Manajemen berbasis masyarakat berfokus pada masyarakat, sedangkan ko-manajemen merupakan kemitraan antara pemerintah, masyarakat serta pengguna sumberdaya lainnya. Pengelolaan wisata bahari Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo dilakukan oleh masyarakat sudah merupakan pilihan yang tepat, mengingat keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah yang baru berdiri sejak tahun 2003. Terutama karena masih sedikitnya staf pemerintah dan terbatasnya dana operasional khususnya sektor pariwisata, maka belum semua pulau obyek daerah tujuan wisata ada petugas yang mengawasi dan membina kawasan wisata tersebut, seperti halnya di Pulau Tagalaya dan Pulau Kumo. Sehingga pengelolaan wisata bahari di kedua pulau ini dengan sendirinya mendorong masyarakat baik langsung maupun tidak untuk mengelola obyek wisata tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata bahari sangat penting, mengingat tujuan dari pengelolaan adalah agar tercapainnya kesejahteraan masyarakat, integritas kultural, terperiharanya keanekaragaman hayati dan sistem pendukung lainnya. Keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan memberikan manfaat, yaitu : 1 penyerapan tenaga keraja, peningkatan wawasan dan pengetahuan, peningkatan pendapatan masyarakat melalui usaha pariwisata; 2 masyarakat juga akan menjaga kelestaraian dan kelangsungan sumberdaya alam yang merupakan aset mereka dalam melakukan kegiatan pariwisata, jika sumberdaya alam rusak akan berampak penurunan pengunjung dan mengurangi penghasilan pelaku pariwisata; dan 3 integritas kultural masyarakat akan terjaga, jika hal ini tidak diperlihara maka akan timbul permasalahan yang baru lagi. Menurut Manafe dan Tanaamah 2004 menyatakan Pengembangan pariwisata tentu tidak dapat dipisahkan dengan partisipasi. Masyarakat tidak lagi ditempatkan sebagai objek yang hanya menerima segala apa yang diputuskan dari atas pemerintah, tetapi masyarakat pada saat ini juga harus dilibatkan dalam kerangka pengembangan pariwisata. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata menimbul-kan perasaan memiliki dan ingin turut memelihara pariwisata di daerahnya. Untuk itu, pengelolaan berbasis masyarakat sudah tepat menjadi pilihan strategi kebijakan prioritas kedua tetapi agar pengelolaannya lebih optimal harus disesuaikan dengan pendekatan konsep ko- manajemen pembagian peran antara pemerintah, masyarakat dan pengguna sumberdaya lainnya. Ko-manajemen adalah konsep manajemen pengelolaan bersama, artinya pelbagai pihak yang berkepentingan stakeholders setuju saling berbagi peran dalam pengelolaan, hak dan tanggung jawab, atas suatu kawasan atau sumberdaya alam yang dimaksud. Dengan tujuan utama agar pengelolaan lebih tepat, efisien, adil dan merata. Tujuan utama ini lebih nyata ukuran keberhasilannya bila dikaitkan dengan tujuan sekunder. Tiga tujuan sekunder adalah 1 ko-manajemen merupakan jalan ke arah terwujudnya pembangunan berbasis masyarakat; 2 ko- manajemen merupakan cara untuk mewujudkan proses pengambilan keputusan secara desentralisasi sehingga dapat memberikan hasil yang lebih efektif; dan 3 ko-manajemen merupakan mekanisme untuk mencapai visi dan misi pelaku serta mengurangi konflik melalui proses demokrasi partisipatif. Melalui proses ko-manajemen ini, diharapkan agar terbangun proses koordinasi yang kuat dan harmonis antara stakeholders masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, pengusahaswasta, dan pemerintah sehingga mampu untuk mengakomodasikan pelbagai kepentingan yanga ada di kawasan wisata bahari tersebut. Proses mekanisme pemabagian peran, tugas dan wewenang serta tanggung jawab dapat diformulasikan secara bersama anatara stakeholders, seperti: