Hal yang paling penting dalam keberhasilan pembangunan wilayah pesisir untuk pariwisata bahari secara bekerlanjutan adalah jika pola intensitas tingkat
pembangunnannya sesuai dengan daya dukung lingkungan yang ada dan adanya kemampuan untuk mengkonversi sumberdaya alam pesisir. Kondisi ini bisa
terlaksana jika ada perhatian dan pengertian yang kuat terhadap kelestarian lingkungan. Lawrence 1998 menyebutkan, pengelola wilayah pesisir secara
berkelanjutana tergantung pada perhatian kepada masalah pengelola dan perencanaan, yaitu:
1 Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomi dan sosial dari wilayah
pesisir. 2
Kemampuan mengambil keputusan untuk menrencanakan dan mengelola pemanfaatan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
3 Intergrasi pengelolaan pemanfaatan wilayah ppesisir yang beragam kedalam
struktur sosial, budaya, hukum dan administratif dari wilayah. 4
Pemeliharaan komponen keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistem komponennya
Menurut Moscardo dan Kim 1990, manyatakan bahwa pariwisata yang berkelanjutan harus memperhatikan:
1 Peningkatan kesejahteraan masyarakat,
2 Mempertahankan keadilan antara generasi dan intergenerasi,
3 Melindungi keanekaragaman biologi dan mempertahankan sistem ekologi, dan
4 Menjamin integritas budaya.
Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap berbagai sektor lainnya, seperti sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan rakyat, dan
kegiatan lainnya yang bersifat temporer Spillane 1994. Melihat begitu banyaknya unsur yang berinteraksi dalam satu kagiatan
pariwisata, maka dalam kegiatan pengembangan pariwisata diperlukan campurtangan kebijakan pemerintan untuk mengantisipasi pelbagai dampak
negatif dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya
masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir. Selain campurtangan pemerintah,
keikutsertaan masyarakat setempat dalam setiap kegiatan kepariwisataan perlu diperhatikan.
2.3 Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari
Subsektor pariwisata bahari merupakan sektor yang memiliki masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan kelautan Kusumastanto 2000.
Objek-objek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata pantai seaside tourism, wisata alam pantai, wisata budaya cultural tourism, wisata
pesiar cruise tourism, dan wisata bisnis bussinnes tourism. Menurut
Kusumastanto 2003,
fokus utama
dalam kebijakan
pengembangan wisata bahari terutama diarahkan untuk: 1
Meningkatkan ketersediaan sarana publik yang menciptakan pelayanan dan kenyamanan hakiki bagi wisatawan mancanegara maupun domestik yang
akan memanfaatkan sumber daya wisata bahari. 2
Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia yang berkiprah dalam mengelola wisata bahari.
3 Mengembangkan sistem pendataan dan informasi yang lengkap dengan
memanfaatkan teknologi yang modern, sehingga memudahkan wisatawan mendapatkan informasi dan akses cepat, murah serta mudah. Pengembangan
sistem pendataan dan informasi ini sekaligus melayani dan mendukung kegiatan promosi dan investasi di bidang wisata bahari.
4 Mengembangkan aktivitas ekonomi non pariwisata yang memiliki keterkaitan
dengan kegiatan wisata bahari, misalnya industri kerajinan, perikanan, restoran, misal sea food dan jasa angkutan laut.
5 Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan bagi wisatawan yang
memanfaatkan potensi wisata bahari. 6
Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi kalangan investor untuk mengembangkan wisata bahari seperti insentif maupun desinsentif.
7 Mengembangkan model pengelolaan wisata bahari yang mampu menjaga
kelestarian ekosistem laut dan budaya masyarakat lokal.
Dalam UU No. 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005-2025, pembangunan kepariwisataan ditujukan
untuk mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra Indonesia; meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal; serta memberikan perluasan
kesempatan kerja.
Pengembangan kepariwisataan
dilakukan dengan
memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional sebagai wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong
kegiatan ekonomi yang terkait dengan mengembangkan budaya bangsa. Dengan mengacu pada arahan RPJPN tersebut, maka sasaran pembangunan
kepariwisataan di tahun 2008 akan dilakukan secara bersama, adalah meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia menjadi 7 juta orang
dengan penerimaan devisa sebesar USD 6,7 milyar; dan meningkatkan jumlah perjalanan wisatawan nusantara menjadi 223 juta perjalanan Nirwandar 2008.
Selanjutnya dikatakan
bahwa, sasaran-sasaran
pembangunan kepariwisataan tahun 2008 tersebut akan dilakukan bersama melalui :
1 Penyelenggaraan “Visit Indonesia Year 2008”.
2 Pemasangan iklan pariwisata di media cetak, elektronik, dan billboard.
3 Dukungan promosi dan pemasangan iklan bagi 10 destinasi pariwisata
unggulan. 4
Pendukungan kegiatan MICE. 5
Pelaksanaan kampanye nasional sadar wisata. 6
Fasilitas pengembangan di 10 destinasi pariwisata unggulan. 7
Dukungan pengembangan pariwisata bagi 23 provinsi. 8
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia penyelenggara pariwisata di daerah unggulan.
9 Meningkatkan daya saing sumberdaya manusia diklat pariwisata.
2.4 Analisis Kebijakan Dalam Pengelolaan Sumberdaya
Kebijakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan, adalah suatu pilihan terhadap pelbagai alternatif yang bersaing
mengenai sesuatu hal. Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial. Terapan yang menggunakan pelbagai metode penelitian dan argumen untuk
menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan
masalah-masalah kebijakan Dunn 1998. Analisis kebijakan merupakan salah satu faktor lainnya di dalam sistem
kebijakan. Suatu sistem kebijakan atau seluruh pola institusional dimana didalamnya kebijakan dibuat, mencakup hubungan timbal balik antara tiga unsur,
yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan , dan lingkungan kebijakan. Sistem kebijakan adalaj produk manusia yang subyektif yang diciptakan melalui pilihan-
pilihan yang sadar oleh pelaku kebijakan Dve yang diacu dalam Dunn 1998 Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengambil keputusan
kebijakan adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup untuk disimpulkan. Pengambilan suatu keputusan atau perumusan suatu kebijakan akan lebih mudah
bila menggunakan model tertentu. Model kebijakan merupakan sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih dari situasi problematis yang
disusun untuk tujuan khusus, seperti model deskriptif, medel normatif, model verbal, model perspektif. Setiap model kebijakan tidak dapat diterapkan untuk
semua perumusan kebijakan, sebab masing-masing model memfokuskan perhatiannya pada aspek yang berbeda. Dalam artian bukan masalah penggunaan
atau membuang model tetapi pemilihan diantara berbagai alternatif yang menjadi fokus. Pemilihan alternatif strategi kebjiakan tersebut dapat dibangun dengan
melakukan analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif adalah dengan memaksimalkan kekuatan strenght, dan
peluang opportunities, serta meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman treaths. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor
internal Rangkuti 2001.