Hipotesis Policy Analysis for Marine Tourism Development (Case of Tagalaya dan Kumo Islands in North Halmahera District of North Moluccas Province)
tingkat pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat pulih hendaknya tidak melebihi kemampuan pulih sumberdaya tersebut dalam kurun waktu tertentu Dahuri
1993. Pencapaian pembangunan kawasan pesisir dan lautan secara optimal dan
berkelanjutan hanya dapat diilakukan melalui pengelolahan wilayah pesisir dan laut secara terpadu, yang didasarkan pada empat pokok alasan:
1 Terdapatnya keterkaitan ekologis baik antara ekosistem di dalam kawasan
pesisir maupun antara kawasan pesisir dengan lahan atas dan laut lepas. 2
Terdapatnya lebih dari dua macam sumberdaya alam dan lingkungan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.
3 Terdapat
lebih dari
satu kelompok
masyarakat yang
memiliki ketrampilan,keahlian,kesenangan, dan bidang pekerjaan secara berbeda.
4 Secara ekologis dan ekonomis, pemanfaatan secara monokultur sangat rentan
terhadap pertumbuhan internal dan eksternal yang menjurus kegagalan usaha. Low Choy dan Heillbronn 1995, merumuskan lima faktor batasan yang
mendasar dalam penentuan prinsip utama ekowisata, yaitu : 1
Lingkungan; ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu
2 Masyarakat; ekotourism harus memberikan manfaat ekologi, social dan
ekonomi langsung kepada masyarakat. 3
Pendidikan dan Pengalaman; Ekotourism harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya
pengalaman yang dimiliki 4
Berkelanjutan; Ekotourism dapat memberikan sumbangan positip bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Pengelolaan
terpadu dimaksudkan
untuk mengkordinasikan
dan mengarahkan aktivitas dari dua atau lebih sektor. Keterpaduan juga diartikan
sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan lautan yang meliputi pengumpulan dan analis data, perencanaan, implementasi dan
pengawasan Dahuri et al. 2001.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pembangunan wilayah pesisir untuk pariwisata bahari secara bekerlanjutan adalah jika pola intensitas tingkat
pembangunnannya sesuai dengan daya dukung lingkungan yang ada dan adanya kemampuan untuk mengkonversi sumberdaya alam pesisir. Kondisi ini bisa
terlaksana jika ada perhatian dan pengertian yang kuat terhadap kelestarian lingkungan. Lawrence 1998 menyebutkan, pengelola wilayah pesisir secara
berkelanjutana tergantung pada perhatian kepada masalah pengelola dan perencanaan, yaitu:
1 Pengakuan terhadap pentingnya aspek ekonomi dan sosial dari wilayah
pesisir. 2
Kemampuan mengambil keputusan untuk menrencanakan dan mengelola pemanfaatan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
3 Intergrasi pengelolaan pemanfaatan wilayah ppesisir yang beragam kedalam
struktur sosial, budaya, hukum dan administratif dari wilayah. 4
Pemeliharaan komponen keutuhan fungsional dari wilayah pesisir serta ekosistem komponennya
Menurut Moscardo dan Kim 1990, manyatakan bahwa pariwisata yang berkelanjutan harus memperhatikan:
1 Peningkatan kesejahteraan masyarakat,
2 Mempertahankan keadilan antara generasi dan intergenerasi,
3 Melindungi keanekaragaman biologi dan mempertahankan sistem ekologi, dan
4 Menjamin integritas budaya.
Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap berbagai sektor lainnya, seperti sektor pertanian, peternakan, industri kerajinan rakyat, dan
kegiatan lainnya yang bersifat temporer Spillane 1994. Melihat begitu banyaknya unsur yang berinteraksi dalam satu kagiatan
pariwisata, maka dalam kegiatan pengembangan pariwisata diperlukan campurtangan kebijakan pemerintan untuk mengantisipasi pelbagai dampak
negatif dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga agar pembangunan dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat, khususnya
masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir. Selain campurtangan pemerintah,