Media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media menyampaikan
apa yang penting dan apa yang tidak penting, serta bisa mengatur apa yang harus dilihat dan tidak dapat dilihat. Pada penyusunan daftar berita dan peristiwa yang
harus diperhatikan menurut Pareno 2003 sebagaimana dikutip oleh Sumartono 2006 meliputi laporan, informasi baru, fakta, tidak memihak, menyangkut
kepentingan umum, dan menarik perhatian umum. Agenda media bukanlah susunan berita yang disepakati seluruh wartawan melainkan berita yang dikemas
para pemegang fungsi utama pers, yaitu penjaga gawang seperti reporter yang berpengaruh, editor berita, dan editor kawat.
Informasi yang akan dikemas menjadi sebuah berita harus melewati berbagai tahapan seleksi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Pada akhirnya,
ada informasi yang lolos dari tahap seleksi kemudian diangkat menjadi sebuah berita, dan ada informasi yang tidak lolos tahap seleksi, karena tidak tersedia
cukup waktu dan tempat di dalam media massa Doughnewsom dan Wollert 1985 dalam Descartes 2004. Fungsi pengaturan tempat dan waktu ini berkaitan dengan
fungsi redaksi sebagai penjaga gawang informasi yang menepis berita-berita masuk Muis 1999 dalam Suwanda 2009. Media melalui kegiatan yang disebut
gatekeeping mengontrol akses khalayak terhadap berita, informasi, dan hiburan Wilson 2002 dalam Descartes 2004. Proses gatekeeping pada radio dilakukan
secara cepat agar kesegaran informasi yang disampaikan dapat terjamin. Domminic dan Wimmer 2000 Descartes 2004 menyatakan bahwa
berbagai cara telah digunakan untuk membuat agenda media. Teknik yang paling sering digunakan adalah mengelompokkan topik pemberitaan kepada kategori
yang luas dan mengukur waktu atau ruang yang dicurahkan pada setiap kategori. Semakin luas kategori topik yang dibuat maka akan semakin mudah
mempraktekkan efek agenda setting.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Media
Setiap radio memiliki format yang berbeda-beda, sehingga agenda yang disusun juga akan berbeda pula. Penentuan agenda media pada program berita
radio, terdapat kebijakan-kebijakan tersendiri pada masing-masing radio sesuai
dengan format yang dianut. Kebijakan radio adalah serangkaian peraturan dan asas yang menjadi pedoman dan dasar dalam penyusunan program yang akan
ditayangkan. Terdapat faktor internal, yaitu: a kebijakan terhadap materi yang akan disampaikan terhadap khalayak, b kebijakan terhadap penyiar yang
memandu acaranya, serta c durasi penyiaran program dan faktor eksternal yaitu kode etik jurnalistik dalam menentukan agenda media.
1. Faktor Internal a. Kebijakan terhadap Materi
Menurut Hariandja 2001 dalam menentukan kebijakan penyusunan materi berita, harus mengacu pada kaidah jurnalistik, khususnya kaidah
fairness dan penggunaan sumber berita yang berimbang atau balance news. Pada konteks ini fairness berarti keadilan yang tidak memihak pada
penyampaian suatu berita, sehingga peran media yang mandiri dapat berjalan dengan baik. Penggunaan sumber berita yang berimbang atau
balance news dalam hal ini berarti penyajian berita yang sama porsinya dengan kata lain tidak menonjolkan seseorang atau kelompok tertentu.
Sebuah pernyataan yang keluar dari suatu pihak hendaknya diikuti dengan konfirmasi atau penyanggahan dari pihak yang berseberangan juga
dilengkapi dengan dokumen, data dan keterangan-keterangan lain yang relevan dengan berita terkait.
Mengacu pada Mulyana 2010 stasiun radio menetapkan kebijakan untuk materi program berita yaitu: 1 aktual, 2 faktual, 3
berkesinambungan, dan 4 berprinsip. Aktual adalah berita yang disajikan merupakan perisriwa yang baru saja terjadi. Faktual adalah berita yang
berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Berkesinambungan berarti berita yang disajikan merupakan kelanjutan dari episode
sebelumnya. b. Kebijakan yang Ditetapkan untuk Penyiar
Kebijakan yang ditetapkan untuk penyiar adalah dialog dan formal. Dialog artinya presenter membawakan acara baik solo ataupun duet
dengan panduan pointer. Formal disini diartikan bahwa presenter membacakan naskah berita. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
komentar-komentar di luar jalur berita yang dapat menyebabkan perubahan isi Mulyana 2010.
Menurut Setiawan 2003, kebijakan untuk penyiar dalam hal ini, termasuk reporter di dalamnya, dapat menggambarkan peristiwa melalui
kata-kata. Tujuannya mengajak pendengarnya untuk melukiskan sendiri kira-kira seperti apa kejadian yang sesungguhnya secara jujur dan tanpa
rekayasa, sehingga dapat mengajak pendengar untuk berfantasi. c. Kebijakan Durasi
Kebijakan mengenai durasi jam tayang adalah lamanya jam tayang yang disajikan setiap harinya Mulyana 2010. Biasanya program berita
disiarkan setiap hari, namun untuk durasi siaran akan ditentukan sesuai dengan format radio. Radio yang menyampaikan berita dua sampai tiga
jam setiap hari, setiap satu jam sekali, bahkan ada radio yang menyampaikan berita secara terus menerus all news.
Pada progam radio dikenal juklak atau pola siar. Pola siar digunakan untuk memandu penyiar dalam menentukan pemutaran lagu, iklan, dan
penyampaian informasi agar seluruh materi berita yang sudah diagendakan dapat disampaikan dengan baik tanpa ada yang tertinggal. Apabila penyiar
tidak mengikuti pola siar dengan baik, maka akan terjadi kelebihan ataupun kekurangan durasi atau waktu siaran.
2. Faktor Eksternal Setiap radio yang akan menyiarkan program berita harus mematuhi aturan-
aturan pemberitaan yang telah ditentukan oleh Dewan Pers. Saat menysun berita, para jurnalis dituntut untuk mematuhi kode etik jurnalistik yang telah
ditetapkan. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Bab 1 ketentuan umum pasal 1 poin 14 menjelaskan bahwa kode etik
jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Pengertian kode etik jurnalistik tersebut diartikan sebagai seperangkat aturan atau norma-norma
profesi kewartawanan yang menjadi alat kontrol bagi para wartawan ketika melaksanakan tugas jurnalistiknya.
Wartawan memiliki hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi sebagai hak profesi kewartawanannya. Pada kode etik jurnalistik, wartawan dijamin haknya
untuk memberikan informasi kepada khalayak. Hal ini dijamin juga dalam UU Pers, untuk menjamin kebebasan pers, sehingga wartawan terbebas dari
intimidasi atau tekanan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dimiliki wartawan. Ketentuan tersebut merupakan pedoman
operasional dalam melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum.
Keberadaan kode etik jurnalistik menjadi tanggung jawab bagi para jurnalis yang akan menyampaikan informasi secara benar dan akurat.
Wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang bersifat dusta atau fitnah dan tidak akurat kepada masyarakat. Apabila wartawan melanggar aturan tersebut,
maka akan diselesaikan oleh majelis kode etik. Kode etik jurnalistik mempunyai peran penting bagi wartawan dalam memenuhi hak masyarakat
untuk mendapatkan informasi.
2.1.3.4 Metode Analisis Isi