Analisis agenda setting informasi pertanian pada program Bogor Update Megaswara FM (kasus program bogor update bulan Maret 2011)

(1)

(Kasus Program Bogor Update Bulan Maret 2011)

Oleh: Dewi Silvialestari

I34070078

Dosen Pembimbing: Ir. Sutisna Riyanto, MS

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

The research was focused on agenda setting. Affairs research employed a quantitative approached by survey method. Respondents were people who lived around Megaswara’s broadcasting area. Respondent amounted 48 persons, were chosen by a simple random sampling. Method research objectives were: 1) Analyzing agenda Megaswara FM Radio on agricultural information in Bogor Update program, 2) Analyzing agenda Megaswara FM Radio listeners regard to agricultural information in Bogor Update program, 3) Measuring the level of fit between the agenda Megaswara FM Radio to audiences regard the agenda of agricultural information, 4) Identifying the factors correlated to agenda Megaswara FM radio listeners in hearing the broadcast Bogor Update. Research result concluded that individual characteristic (level of education) correlated to Megaswara’s listeners agenda. And also a correlation between the level of exposure and Megaswara listeners agenda base on air time.


(3)

PERTANIAN PADA PROGRAM BOGOR UPDATE MEGASWARA FM. (Kasus Program Bogor Update Edisi Bulan Maret 2011). (Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO).

Agenda setting merupakan seleksi terhadap berita yang ada agar suatu berita menjadi lebih penting dibandingkan dengan berita lain (DeFleur dan Denis 1985 dalam Descartes, 2004). Setiap media memiliki agenda tertentu untuk bisa memenuhi kebutuhan pemirsanya. Radio yang juga merupakan suatu media massa memiliki agenda yang dimainkan untuk bisa membentuk opini publik.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menganalisis agenda Radio Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update, 2) menganalisis agenda pendengar Radio Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update, 3) mengukur derajat kesesuaian antara agenda Radio Megaswara FM dengan agenda khalayak tentang informasi pertanian dan 4) mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menentukan agenda pendengar Radio Megaswara FM dalam menerima siaran Bogor Update.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bogor yang termasuk dalam jangkauan siaran radio Megaswara FM. Lokasi penelitian mengikuti sebaran pendengar radio Megaswara FM tidak terfokus pada suatu wilayah tertentu. Penelitian ini menggunakan metode survey dan metode analisis isi. Penentuan responden survey khalayak untuk melihat agenda pendengar, dilakukan dengan mengacu pada data pendengar Program Bogor Update yang berpartisipasi melalui pesan singkat ataupun telepon selama program berlangsung. Responden berjumlah 48 orang yang dipilih dari 94 orang yang termasuk dalam kerangka sampling penelitian. Metode pengambilan sampling menggunakan teknik acak sederhana atau simple random sampling. Metode analisis isi dilakukan di Radio Megaswara FM yang berlokasi di Jalan Suryakencana nomor 228 sampai 230 Bogor, untuk mengukur prioritas agenda media.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa topik yang paling banyak dibahas dalam program Bogor Update di bulan Maret 2011 adalah topik sosial dan budaya. Program Bogor Update menempatkan prioritas untuk menangani permasalahan tentang pelayanan umum yang terjadi di wilayah Bogor, sehingga


(4)

dan hiburan, serta 9) olahraga. Topik pertanian berada pada peringkat ke lima dari sembilan topik. Berdasarkan uji agenda radio tersebut tergolong sesuai dengan agenda pendengar Bogor Update yang juga menempatkan topik sosial dan budaya sebagai prioritas pembahasan.

Agenda program Bogor Update mengenai informasi pertanian memprioritaskan masalah lingkungan pertanian dan pangan dan gizi. Hal ini juga menjadi salah satu prioritas pendengar Bogor Update. Walaupun secara keseluruhan informasi pertanian bukanlah prioritas utama siaran Bogor Update Megaswara FM, namun pokok bahasan pertanian agenda program Bogor Update juga sudah sesuai dengan agenda khalayak.

Agenda program tentang informasi siaran Bogor Update relatif sama antar tipe pendengar. Hanya faktor internal pendidikan dan faktor eksternal jenis siaran yang mengarahkan agenda pendengar. Faktor internal jenis kelamin, umur, pendidikan, dan status pekerjaan, dan motivasi mendengarkan siaran radio juga faktor eksternal durasi mendengarkan dan frekuensi mendengarkan tidak menyebabkan perbedaan agenda pendengar.


(5)

(Kasus Program Bogor Update Edisi Bulan Maret 2011)

Oleh: Dewi Silvialestari

I34070078

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Dewi Silvialestari

NIM : I34070078

Program Studi : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Analisis Agenda Setting Informasi Pertanian pada

Program Bogor Update Megaswara FM. (Kasus Program Bogor Update Edisi Maret 2011)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 198803 1 004

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS AGENDA SETTING INFORMASI PERTANIAN PADA

PROGRAM BOGOR UPDATE MEGASWARA FM” (KASUS PROGRAM

BOGOR UPDATE BULAN MARET 2011) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

BOGOR, JULI 2011

DEWI SILVIALESTARI I34070078


(8)

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Semenjak memasuki usia sekolah penulis tinggal di Bogor, Jawa Barat. Penulis menamatkan pendidikan di TK Tunas Sejahtera, kemudian penulis melanjutkan ke SD Negeri Polisi 4 Bogor, lalu SMP Negeri 1 Bogor, setamat SMP penulis melanjutkan ke SMA Negeri 3 Bogor dan mengikuti program akselerasi. Kemudian pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), dengan minor Manajemen Fungsional.

Penulis mulai aktif berorganisasi sejak di bangku Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun pertama di bangku kuliah, penulis aktif dalam radio komunitas kampus IPB Agri FM sebagai penyiar, dan program director. Di tahun kedua, penulis bergabung dengan Megaswara Corporation sebagai penyiar radio di PT Radio Citra Megaswara dan terlibat sebagai presenter berita Bogor Update di Televisi Lokal Megaswara. Selain itu penulis juga sering kali terlibat dalam acara kampus dan acara luar kampus sebagai master of ceremony. Berbagai acara yang telah dibawakan diantaranya Seminar Profit BEM FEM IPB, Festival Seni Gebyar Nusantara dan Fotranusa IPB, Grand Opening Leadership and Enterpreneurship School IPB, Masa Perkenalan “SAJAK 45” Departemen KPM IPB, Hari Pengelepasan Sarjana Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Temu Bisnis dan Expo 2009 “IPB‟s Technologies for Industries” kerjasama IPB dengan Bussines Inovation Center, Aksi Solidaritas Pos Koin Prita, Star Mild Music Road Show Jabodetabek, Fun Bike 2008 Bersama Three, dan masih banyak lagi.

Penulis memiliki minat yang besar pada ilmu komunikasi dan isu-isu pengembangan masyarakat. Sebagai penyaluran dari minat tersebut, selain menjadi penyiar, penulis juga aktif sebagai asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi dan Komunikasi Bisnis.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan sebaik-baiknya.

Skripsi yang berjudul “Agenda Setting Program Berita Radio” ini mengupas

tentang agenda media radio dalam memproduksi siaran berita, agenda khalayak terhadap siaran berita radio, serta faktor-faktor yang menentukan khalayak dalam menerima siaran berita radio. Semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Untuk menyelesaikan Skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak dan penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku dosen pembimbing Skripsi atas kesabarannya serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi. 2. Mbak Reni, dan Ifa atas segala keceriaan, dukungan dan doa bagi penulis. 3. Maya Samiya, Astri Lestari, dan Agusty Dwitya Putri untuk tawa, cerita,

semangat dan dukungan yang memberi kekuatan penuh pada penulis untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini.

4. Ajeng Endartrianti sahabat terbaik yang selalu sabar dalam mendengarkan, menasehati, dan mendukung serta memberi keceriaan kepada penulis dalam segala hal.

5. Teman-teman KKP, Bio Hafsari, Laila Sakina, Dida Hanifa, Adiarti Nursasanti yang memberikan keceriaan dan pengalaman yang tidak terlupakan.

6. Teman-teman tari saman KPM, tim basket FEMA.

7. Teman-teman Departemen Sains KPM Acibo, Karin, Anis Wahyu, Asih, Friska, Laila, Nene, Dimit, Ira, Aul, dan semuanya yang selalu memberikan semangat dan menghibur dikala sedih.

8. Teman-teman kantor Bang Donny, Bang Alvin, Bang Ucok, Bang Yudhi, Hans, Dino, Early, Tyas, Fe, Redy, Rima, Arul, Feby, Baiz, Nyunyut, Nurul, Inti, Syiva, dan lain-lain yang selalu menjadi pendukung dan penghibur dari kepenatan tugas-tugas kuliah.

9. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini

Ucapan terima kasih yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata Ananda ucapkan kepada Mama (Ir. Zani Yulia) dan Papa (Dr. Agus Wahyudi, MS) tercinta atas curahan kasih sayang, dukungan dari segi materiil maupun non materiil, serta doa yang selalu mengalir disetiap waktu. Sehingga penulis memiliki motivasi yang besar untuk bisa menyelesaikan segala tugas demi kebahagiaan Mama dan Papa.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN TEORETIS ... 6

2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Siaran Radio ... 6

2.1.2 Program Berita Radio ... 10

2.1.3 Agenda Setting Siaran Radio ... 19

2.1.4 Agenda Khalayak Siaran Radio ... 27

2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 32

2.2 Kerangka Pemikiran ... 33

2.3 Hipotesis Penelitian ... 36

2.4 Definisi Operasional ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Lokasi dan Waktu ... 39

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.2.1 Analisis Isi Media ... 40

3.2.2 Survey Khalayak ... 41

3.3 Teknik Pengolahan Data ... 41

3.3.1 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 42

BAB IV. DESKRIPSI UMUM ... 46

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 46

4.2 Deskripsi Radio Megaswara FM ... 47

4.3 Deskripsi Program Bogor Update ... 49

4.3.1 Sejarah Program ... 49

4.3.2 Format Utama... 50


(12)

BAB V. AGENDA RADIO MEGASWARA ... 52

5.1 Kebijakan Siaran Radio Megaswara ... 52

5.2 Agenda Program Bogor Update ... 53

5.2.1 Proporsi Pokok Bahasan Informasi dalam Siaran Bogor Update... 54

5.2.2 Respon Khalayak ... 56

5.3 Muatan Informasi Pertanian dalam Program Bogor Update ... 58

5.3.1 Proporsi Pokok Bahasan Informasi Pertanian dalam Siaran Bogor Update... 58

5.3.2 Respon Pendengar pada Siaran Topik Pertanian ... 60

BAB VI. KESESUAIAN AGENDA RADIO MEGASWARA DENGAN AGENDA PENDENGAR ... 62

6.1 Agenda Pendengar ... 62

6.1.1 Agenda Pendengar Bogor Update tentang Topik Siaran Berita ... 62

6.1.2 Agenda Pendengar Bogor Update tentang Informasi Pertanian ... 63

6.2 Kesesuaian Agenda Program Bogor Update dengan Agenda Pendengar ... 64

6.3 Kesesuaian Agenda Informasi Pertanian Program Bogor Update dengan Agenda Informasi Pertanian Pendengar ... 66

BAB VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGARAHKAN AGENDA KHALAYAK ... 68

7.1 Deskripsi Karakteristik Pendengar Bogor Update ... 68

7.2 Keterdedahan Radio Megaswara... 70

7.3 Hubungan Karakteristik Pendengar dan Agenda Media ... 71

7.3.1 Hubungan Umur dan Agenda Pendengar ... 72

7.3.2 Hubungan Jenis Kelamin dan Agenda Pendengar ... 73

7.3.3 Hubungan Pendidikan dan Agenda Pendengar ... 74

7.3.4 Hubungan Pekerjaan dan Agenda Pendengar ... 76

7.4 Hubungan Tingkat Keterdedahan dan Agenda Pendengar ... 77

7.4.1 Hubungan Jenis Siaran dan Agenda Pendengar ... 77

7.4.2 Hubungan Durasi Siaran dan Agenda Pendengar ... 79


(13)

BAB VIII. PENUTUP ... 82

8.1 Kesimpulan ... 82

8.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kebijakan Proporsi Muatan Siaran Radio Megaswara FM

menurut Waktu Siaran, Maret 2011 ... 53 Tabel 2 Proporsi Pembahasan Masing-masing Topik Berita Siaran

Program Bogor Update Bulan Maret 2011 ... 54 Tabel 3 Peringkat Agenda Program Bogor Update Berdasarkan Durasi

dan Frekuensi Siaran Bulan Maret 2011 ... 56 Tabel 4 Jumlah Respon SMS dan Telepon yang Disiarkan Bogor Update

Berdasarkan Topik Berita, Maret 2011 ... 57 Tabel 5 Proporsi Pokok Bahasan Informasi Pertanian pada Siaran

Program Bogor Update, Maret 2011 ... 58 Tabel 6 Peringkat Informasi Pertanian Berdasarkan Durasi dan Frekuensi

Siaran Bulan Maret 2011 ... 59 Tabel 7 Jumlah dan Panjang Respon SMS dan Telepon Berdasarkan

Pokok Bahasan pada Siaran Bogor Update Bulan Maret 2011 ... 60 Tabel 8 Rataan Prioritas dan Peringkat Topik Informasi Pendengar Bogor

Update Bulan Maet 2011 ... 62 Tabel 9 Rataan Prioritas dan Peringkat Pokok Bahasan Informasi

Pertanian Pendengar Bogor Update Bulan Maret 2011 ... 63 Tabel 10 Agenda Program Bogor Update dengan Agenda Pendengar ... 65 Tabel 11 Agenda Program Bogor Update dengan Agenda Pendengar

tentang Informasi Pertanian ... 67 Tabel 12 Distribusi Pendengar Bogor Update Berdasarkan Karakteristik

Individu ... 68 Tabel 13 Distribusi Pendengar Bogor Update Megaswara FM Berdasarkan

Keterdedahan Siaran ... 70 Tabel 14 Agenda Pendengar Usia Muda dan Usia Tua Mengenai Topik

Siaran Bogor Update ... 72 Tabel 15 Agenda Pendengar Laki-laki dan Perempuan Mengenai Topik

Siaran Bogor Update ... 73 Tabel 16 Agenda Pendengar Berpendidikan Dasar dan Berpendidikan

Tinggi Mengenai Topik Siaran Bogor Update ... 75 Tabel 17 Agenda Pendengar yang Bekerja Sebagai Pegawai dan Non

Pegawai Mengenai Topik Siaran Bogor Update ... 76 Tabel 18 Agenda Pendengar yang Mendengarkan Siaran Ion AirI dan Off

Air Mengenai Topik Siaran Bogor Update ... 78 Tabel 19 Agenda Pendengar yang Mendengarkan Secara Lengkap dan

Tidak Lengkap Mengenai Topik Siaran Bogor Update ... 79 Tabel 20 Agenda Pendengar yang Mendengarkan Secara Sering dan


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Kerangka Sampling ... 88 Lampiran 2 Peta Jangkauan Siaran Megaswara FM ... 92 Lampiran 3 Hasil Olah Data Statistik ... 93


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media massa mempunyai peranan penting dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat luas termasuk yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pembangunan. Kemampuan dan potensi media massa sangat besar dalam mempengaruhi khalayak sehingga sering digambarkan sebagai pengganda ajaib (magic multiplier) (Rogers 1976). Media massa yang ada saat ini meliputi media elektronik (radio, televisi, internet) dan media cetak (surat kabar, majalah).

Radio merupakan sebuah sarana media massa yang masih banyak dipergunakan oleh masyarakat. Ketika muncul persaingan di dalam media massa, seperti yang terjadi dewasa ini, radio masih memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengarnya. Radio memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya, yaitu mampu membangun hubungan akrab dengan pendengarnya, mudah dan murah untuk mengaksesnya, dan bersifat sebagai media dengar (audio) sehingga tetap dapat diakses bersamaan dengan melakukan aktivitas lainnya, serta tidak kalah cepat dalam menyampaikan informasi-informasi yang teraktual. Menurut Brent D. Ruben (1984) yang dikutip oleh Cangara (1998), khalayak menerima suatu pesan bukan saja ditentukan oleh isi pesan, tetapi semua komponen yang mendukung terjadinya proses komunikasi salah satunya dari unsur kebaharuan pesan (aktualisasi). Lebih jauh dari itu, seperti yang diungkapkan oleh Jahi (1988), dengan segala kemampuan atau kelebihannya, radio dapat digunakan sebagai sarana penunjang pembangunan pedesaan, terutama di negara-negara yang sedang berkembang (Jubido 2007).

Setiap stasiun radio memiliki program radio yang berbeda-beda, dimana program radio merupakan produk yang dijual kepada pendengar sebagai daya tarik bagi para pendengarnya. Hingga saat ini, salah satu program yang masih menarik minat pendengar adalah siaran berita, karena program tersebut dapat menjawab kebutuhan setiap orang akan informasi mengenai apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Setiap program radio akan berbeda-beda, begitu juga dengan


(17)

pengemasan program berita pada setiap radio berbeda-beda. Ada yang menyampaikan dengan gaya lama yang relatif kaku, ada juga yang menyampaikan dengan gaya modern yang lebih santai namun tanpa mengurangi isi berita. Hal ini tentunya dilakukan dengan berdasar pada target pendengar (khalayak) sebuah radio atau program radio.

Berita merupakan salah satu pogram yang banyak diminati oleh pendengar, bahwa dalam menyampaikan sebuah berita dikenal agenda setting. Agenda setting adalah satu teori untuk melihat keefektifan dan kesesuaian antara agenda media dengan agenda khalayak. Pada agenda media terdapat upaya untuk membuat pemberitaannya tidak semata-mata menjadi saluran isu dan peristiwa, tetapi juga terdapat strategi yang dimainkan di dalamnya sehingga pemberitaannnya mempunyai nilai lebih terhadap persoalan yang muncul. Idealnya media tidak hanya sekedar media informasi bagi publik, tetapi juga memerankan fungsi untuk mampu membangun agenda publik secara berkelanjutan dan berkesinambungan tentang pesoalan tertentu.

Umumnya konsep agenda setting banyak digunakan pada media cetak terutama surat kabar. Namun konsep ini sebenarnya dapat juga diterapkan pada media massa lainnya. Pada televisi misalnya, konsep agenda setting pada televisi digunakan ketika mulai muncul jurnalisme televisi. Setiap akan ditayangkan sebuah berita, sebelumnya telah dilakukan proses pengaturan agar berita yang disampaikan sesuai dengan yang diharapkan. Radio yang telah lebih dulu muncul, tentunya telah mengenal agenda setting lebih dahulu pula. Awal perkembangan jurnalisme radio diperkirakan pada dekade 1930-an hingga 1940-an ketika radio terlibat dalam penyampaian berita-berita dari medan Perang Dunia II (Dominic 2002 yang dikutip oleh Astuti 2008).

Bermula dari hanya memberitakan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan, hal tersebut terjadi karena memang awal perkembangan radio adalah pada saat masa Perang Dunia II. Namun demikian, dewasa ini berita yang disampaikan semakin beragam. Radio yang pada masa awal pemberitaannya tidak sama sekali memperhatikan informasi atau pun hal-hal yang berhubungan dengan pertanian. Informasi atau berita pertanian adalah sebuah tulisan atau gambaran yang didalamnya terarah perihal pertanian, khususnya mengenai hal-hal yang


(18)

menyangkut kepentingan masyarakat petani. Ini berarti bahwa laporan-laporan peristiwa di luar petanian tidak penting bagi masyarakat petani. Sejauh berita luar tersebut mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat yang bersangkutan, maka berita itu akan berguna bagi masyarakat petani (Hariandja 2001).

Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan menyebutkan, luas areal pertanian khusus untuk tanaman padi saat ini sejumlah 80.000 hektar dan mampu menghasilkan sekitar 550 ton gabah kering pertahun. Jumlah tersebut masih belum cukup memenuhi kebutuhan beras untuk warga Kabupaten Bogor. Meskipun dilaporkan demikian, namun hingga saat ini Bogor masih tergolong kental dengan pertanian. Semakin pesatnya laju pembangunan di Indonesia saat ini, sudah menjadi suatu fenomena umum bahwa pertanian sering kali menjadi hal yang kurang mendapat perhatian. Kembali pada pembahasan di wilayah Bogor tersebut, bagaimana sebenarnya pertanian di mata masyarakat di wilayah Bogor, yang notabene perhatian terhadap perhatian saat ini makin berkurang. Kemudian ditarik pada kasus pemberitaan pertanian di radio, maka perlu diperhatikan mengenai apakah khalayak radio di Bogor masih mempunyai perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertanian.

Menjadi penting untuk mengetahui bagaimana agenda media radio dalam menyajikan program siaran berita, kemudian bagaimana agenda pendengar radio terhadap program siaran berita, sehingga kemudian perlu mempelajari juga, apakah ada kesesuaian antara agenda media dengan agenda pendengar radio terhadap program siaran berita radio dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi kesesuaian agenda pendengar radio dengan agenda media. Secara keseluruhan kemudian akan didapatkan pemahaman mengenai apakah ada kesesuaian antara agenda media dan agenda khalayak, khususnya studi kasus pada program Bogor Update Radio Megaswara FM.

1.2 Masalah Penelitian

Perkembangan jurnalisme radio masih terus berlanjut, sehingga harus terus meningkatkan kualitas siarannya agar tidak kalah bersaing dengan media massa lainnya. Berita sebagai tulang punggung jurnalisme radio berperan penting dalam menentukan kualitas siaran. Oleh sebab itu media radio yang berfokus pada siaran


(19)

berita, harus dapat menyusun program siaran dengan cermat agar kebutuhan pendengar akan informasi dapat terpenuhi.

Agenda setting yang tepat pada radio akan sangat menentukan penerimaan khalayak terhadap berita yang disajikan. Agenda setting akan tepat apabila terdapat kesesuaian antara agenda media dengan agenda khalayak/ agenda publik. Mengarahkan pada kesesuaian antara agenda media dengan agenda khalayak maka media harus mengenal karakteristik khalayak karena agenda khalayak cenderung bervariasi tergantung dari spesifikasi dari khalayak itu sendiri. Pengelola radio senantiasa berupaya menyajikan hal-hal yang dianggap menarik perhatian dan dibutuhkan khalayak, dimana salah satunya melalui program berita.

Sejalan dengan uraian diatas, penelitian menitikberatkan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah agenda Radio Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update?

2. Bagaimanakah agenda pendengar Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update?

3. Apakah ada kesesuaian antara agenda Radio Megaswara FM dengan agenda pendengarnya tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update? 4. Faktor-faktor apa saja yang mengarahkan agenda pendengar Radio

Megaswara FM dalam menerima siaran Bogor Update?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis agenda Radio Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update.

2. Menganalisis agenda pendengar Radio Megaswara FM tentang informasi pertanian dalam program Bogor Update.

3. Mengukur derajat kesesuaian antara agenda Radio Megaswara FM dengan agenda khalayak tentang informasi pertanian.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang menentukan agenda pendengar Radio Megaswara FM dalam menerima siaran Bogor Update.


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan berguna untuk kalangan akademisi yang terkait dengan komunikasi dan pengembangan masyarakat mengenai pemberitaan-pemberitaan pada radio terutama berita mengenai pertanian. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi tim redaksi Radio Megaswara FM Bogor dalam menentukan arah untuk menyampaikan informasi pertanian. Selain kalangan akademisi dan tim redaksi, penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah untuk menetapkan prioritas perhatian dan kebijakan megenai isu-isu pertanian serta bagi masyarakat dan pihak lain yang memerlukan informasi mengenai persoalan yang dibahas dalam penelitian ini.


(21)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Siaran Radio

2.1.1.1Konsep Dasar Radio

Radio merupakan buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara. Sejarah radio diawali sejak tahun 1896, Guglielmo Marconi menciptakan wireless telegraph yang menggunakan gelombang radio untuk membawa pesan dalam bentuk kode Morse. Marconi lantas mendirikan perusahaan pengirim pesan kedatangan dan keberangkatan kapal, mendirikan stasiun pemancar dan penerima, terutama di kawasan yang tidak terjangkau kabel telegraf, dan belakangan bahkan mendirikan pabrik perakit dan penyedia perlengkapan radio (Astuti 2008).

Arifin (2010) menyatakan bahwa kata siaran merupakan padanan dari kata "broadcast" dalam bahasa Inggris. Undang-undang Penyiaran memberikan pengertian siaran sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Sementara penyiaran yang merupakan padanan kata "broadcasting" memiliki pengertian sebagai kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi di darat, laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum, frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat, dengan perangkat penerima siaran. Siaran radio memiliki karakteristik yang unik sehingga menjadikannya sebagai media yang banyak digunakan masyarakat (Hapsari 2008).

Sejak awal pemunculannya, radio telah menjadi media komunikasi massa yang powerfull. Bahkan, radio pernah disebut-sebut sebagai the fifth estate-kekuatan kelima-setelah koran. Seiring perkembangan teknologi, maka radio pun mengalami sejumlah perubahan (Astuti 2008). Pesatnya perkembangan radio


(22)

tidak hanya dialami dari sisi kuantitas radio siaran, tetapi juga dari sisi kualitas siaran dengan diperkenalkannya System Frequency Modulation (FM) sebagai penyempurnaan System Amplitude Modulation (AM) yang diperkenalkan oleh Prof. E. H. Amstrong pada tahun 1933. Sistem yang baru ini menghasilkan kualitas suara yang diterima pendengar Fideliti-nya lebih tinggi. Keuntungan sistem FM dibanding dengan AM adalah, 1) dapat menghilangkan interference (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik), 2) dapat meningkatkan interference yang disebabkn dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama, 3) dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga manusia yang sensitif (Setiawan 2003).

Perkembangan teknologi radio berjalan terus terbukti tahun 1997 di Eropa muncul sistem baru yang dikenal dengan Digital Audio Broadcasting (DAB). Sistem ini memancarkan audio yang dimasukkan ke data komputer sebagaimana rekaman Compact Disk. Sistem ini meningkatkan kualitas suara dan membuat signal-signal radio tidak mudah kehilangan kekuatan suaranya. Signal digital juga memasukkan informasi tentang sumber dan isi musik sehingga kita dapat menyetel radio seperti yang kita harapkan. Sistem Digital Audio Broadcasting ini di Indonesia sudah mulai dipergunakan sekalipun baru oleh stasiun radio yang tergolong sudah mapan (Setiawan 2003).

2.1.1.2Fungsi Radio

Radio memiliki sejumlah fungsi, seperti mentransmisikan pesan, mendidik, membujuk, dan menghibur (Astuti 2008). Schraam 1964 (Siagian 2000) berpendapat bahwa dalam masyarakat yang sedang berkembang, informasi dapat berperan dalam banyak hal, yaitu untuk mengawasi dan melaporkan kembali (the watchman role), membantu dalam memutuskan kebijaksanaan, mengarahkan dan mengatur (the policy role), dan mendidik anggota-anggota baru dalam masyarakat, membawa dan membekali mereka dengan keahlian dan kepercayaan yang sesuai dengan masyarakat tersebut (the teacher role).

Radio bisa mengambil model komunikasi apa saja dalam menyampaikan pesannya. Entah itu model satu arah, maupun dua arah. Model satu arah mengasumsikan radio sebagai komunikator tunggal yang menyampaikan pesan


(23)

kepada khalayak pasif, sedangkan model dua arah memposisikan radio sebagai komunikator yang melakukan interaksi timbal balik dengan khalayak aktif (Astuti 2008).

Media komunikasi massa lainnya memiliki kekuatan tersendiri. Lima kekuatan utama radio menurut Astuti (2008) adalah sebagai berikut:

1. Radio dapat membidik khalayak yang spesifik. Artinya, radio memiliki kemampuan untuk berfokus pada kelompok demografis yang dikehendaki. Selain itu, untuk mempermudah atau mempertajam segmen atau ceruk sasaran yang dituju, radio jauh lebih fleksibel dibandingkan media komunikasi massa lainnya.

2. Radio bersifat mobile dan portable. Orang bisa menjinjing radio kemana saja. Sumber energinya kecil dan sama portable-nya. Radio bisa menyatu dengan fungsi alat penunjang kehidupan lainnya, mulai dari senter, mobil, hingga handphone. Harga radio relatif jauh lebih murah dibandingkan media lain. 3. Radio bersifat intrusif, memiliki daya tembus yang tinggi. Sulit sekali

menghindar dari siaran radio, begitu radio dinyalakan. Radio bisa menembus ruang-ruang dimana media lain tidak bisa masuk, misalnya di dalam mobil. Walaupun kini televisi telah menjadi salah satu asesoris mobil, tetap radio menjadi bagian tak terpisahkan dari mobil.

4. Radio bersifat fleksibel, dalam arti dapat menciptakan program dengan cepat dan sederhana, dapat mengirim pesan dengan segera, dapat secepatnya membuat perubahan.

5. Radio bersifat sederhana: sederhana mengoperasikannya, sederhana mengelolanya (tak serumit media lain), dan sederhana isinya. Tidak diperlukan konsentrasi tinggi untuk menyimak radio. Bahkan, orang bisa mendengarkan radio sambil menggarap pekerjaan lain. Mendengarkan radio tidak diperlukan kemampuan baca dan abstraksi tingkat tinggi.

2.1.1.3Jenis Program Radio

Program penyiaran broadcasting sistem dari setiap stasiun atau media cetak akan mempunyai rencana dan jadwal program acara atau kolom rubrik, baik di stasiun radio, televisi, maupun media cetak tentunya format siaran akan


(24)

disesuaikan dengan keadaan pasar, segmen, dan keinginan khalayak. Penyesuaian dilakukan mengacu pada usia dan waktu siaran. Setiap program stasiun broadcasting akan tetap mencoba berusaha untuk dapat menarik pendengar, pemirsa, dan pembacanya agar tetap setia pada setiap acaranya (Arifin 2010).

Sistem produksi penayangan dari program radio terdapat program drama dan non drama. Pada program non drama program yang diproduksi bersifat news, pemberitaan, musik, kuis, vareaty show, talk show (bincang-bincang), dan majalah udara (ini biasanya ada di dalam lingkungan Studio Departemen dan meliput tentang khasanah budaya yang dikemas seperti layaknya membuka suatu majalah hanya kini dikemas di dalam pemberitaan broadcasting) (Arifin 2010).

Lebih jauh dijelaskan jenis program non drama pada radio meliputi:

1. Kuis, pada hari-hari tertentu biasanya setiap broadcasting selalu mengadakan kuis spesial, misalnya pada bulan Ramadhan dimana biasanya akan melibatkan sponsor.

2. Variety show, program ini lebih banyak bermuatan musik, lawak, dan terkadang menampilkan kuis. Contohnya acara Platinoem RBT Radio Action di Megaswara FM.

3. Talk show, acara program interaktif, atau dialog dimana pada program tersebut menghadirkan seorang tokoh masyarakat di bidang politik, kesehatan, ekonomi, psikologi, atau ahli lainnya yang berkaitan dengan tema acara yang diadakan pada edisi tersebut. Contohnya acara Bogor Update di Megaswara FM yang setiap harinya mengangkat isu-isu terhangat dan menghadirkan tokoh yang bersangkutan dengan tema tertentu.

4. Magazine udara, acara ini adalah bermuatan tentang khasanah suatu daerah dengan kemasan yang cantik dimana menggambarkan potensi pariwisata, budaya, kuliner dari daerah tersebut. Contohnya program Bogor Directory di Megaswara FM, yang menyampaikan informasi tempat-tempat tertentu, serta seringkali ditambahkan sedikit profil mengenai tempat tersebut.

5. Komedi, program ini dikemas penuh dengan lawakan yang humoris dan menggoda, bermuatan sketsa kehidupan manusia. Contohnya adalah program Debat Pasar di Megaswara FM.


(25)

6. News, ini adalah program pemberitaan yang didukung dengan program peliputan berita yang sarat dengan fakta yang akurat. Program ini yang nantinya akan dibahas lebih lanjut.

7. Iklan merupakan satu sajian program yang selalu ada pada sela-sela rangkaian program.

2.1.2 Program Berita Radio 2.1.2.1Pengertian Berita

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian berita adalah: (1) cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; (2) laporan (3) pemberitahuan; pengumuman. Menurut Warren Breed (1956) dalam McQuail (1991) menyusun beberapa istilah untuk menguraikan berita: „layak jual, „dangkal‟, „sederhana‟, „objektif‟, „berorientasi tindakan‟, „menarik‟ (cukup berbeda), „bergaya‟, „bijaksana‟. Diajukan juga beberapa dimensi dan disepanjang dimensi itu dapat ditempatkan butir berita: berita versus kebenaran, berita versus rutin (dalam hal pengumpulan rutin), informasi versus kepentingan manusia. Sumber variasi berita lebih lanjut berkaitan dengan signifikannya bagi berbagai peristiwa masa depan, hubungannya dengan pengendalian tajuk rencana, fungsinya bagi pembaca, visibilitasnya bagi wartawan.

Menurut Hall (1973) dalam McQuail (1991), terdapat tiga „kaidah visibilitas berita‟ yang pokok: (1) kaitannya dengan peristiwa atau kejadian (komponen tindakan); (2) kehangatannya; (3) keberhargaannya sebagai berita atau kaitannya dengan beberapa hal atau orang penting. Patut diperhatikan, menurut Hall, bahwa berita itu sendiri bertanggung jawab menciptakan pengetahuan „konsensus‟ di sepanjang waktu, atas dasar keberhargaan berita dikenali oleh para wartawan dan diterima oleh publik.

Berita mempunyai posisi penting dalam proses komunikasi dan pembentukan opini (Sulistiawan 2005). Berita merupakan tulang punggung jurnalisme radio (Astuti 2008). Mulai dari kronik, stright news, siaran tunda, sampai live reportage. Kebutuhan informasi yang semakin hari semakin mendesak, membuat radio yang awalnya berkecimpung di dunia hiburan saja, mulai beralih mengaplikasikan jurnalisme radio. Hal ini guna memenuhi


(26)

kebutuhan publik akan informasi. Pada perkembangannya, radio mulai menuju konsep radio for society yang dianggap ideal untuk mengembangkan jurnalisme radio di tanah air. Terdapat empat hal mengenai konsep tersebut. Pertama, radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. Kedua, radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. Ketiga, radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda/diskusi untuk mencapai solusi bersama yang saling menguntungkan. Keempat, radio sebagai sarana untuk mengikat tali kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran (Mazduki 2001 dalam Astuti 2008).

Pendekatan dalam menetapkan nilai berita pada radio bersifat lokal dan personal. Andrew Boyd (1994) dalam Astuti (2008) menyebutkan beberapa ciri-ciri berita radio:

1. Proximity

Kedekatan adalah faktor yang sangat penting. Pertanyaannya adalah sejauhmana berita itu bermakna bagi kita (pendengar)? Boyd menyatakan dengan baik: “Berkonsentrasilah pada berita kecil, lokal, dan penting bagi pendengar”).

2. Relevance

Kedekatan dan relevansi dapat dikatakan satu paket. Berita yang tidak relevan dengan pendengar, tidak akan banyak berpengaruh dalam kehidupan mereka, maka tidak penting bagi mereka. Berita semacam ini jarang sekali didengar. Kenaikan harga telur di sebuah kota kecil, relevansinya lebih tinggi daripada kenaikan harga saham Microsoft dalam bursa saham internasional. Berita kenaikan telur seharusnya didahulukan daripda kenaikan saham. 3. Immediacy

News is only news while it is new. Tidak ada gunanya menyajikan berita basi, karena nyawa radio yang menyebabkan dirinya lebih unggul dibanding media komunikasi massa lainnya adalah faktor kesegaran (immediacy). Perlu

diingat, ukuran „basi‟ di radio sangat cepat. Hitungannya bisa jam, bukan

hari. Menyiasati berita yang „dibuang sayang‟ padahal sudah „basi‟, maka lazimnya isu yang sama ditampilkan kembali dengan sudut pandang yang baru dan lebih fresh atau diolah menjadi soft news.


(27)

4. Interest

Disesuaikan dengan kepentingan pendengar, lagi-lagi masih satu paket dengan kedekatan dan relevansi. Jika pendengar merasa beritanya tidak penting bagi dirinya, dengan segera mereka akan berpindah saluran. Berita tidak pernah menyatakan dirinya penting atau tidak, newscaster atau wartawanlah yang menjadikannya penting. Tapi satu hal yang selalu terjadi dimana pun, kapan pun, berita yang dianggap penting dan menarik minat khalayak adalah berita tentang orang, entah itu selebritas, pengusaha dan keluarganya, maupun elit-elit politik.

5. Drama

Berita yang mengandung unsur drama lebih disukai pendengar dibandingkan berita yang datar-datar saja. Alasannya sederhana yaitu, seru. Kejar-kejaran geng motor, pemakaman seorang tokoh, upaya penyelamatan korban bencana alam, semua ini termasuk berita-berita berunsur dramatik. 6. Entertainment

Unsur hiburan dalam dunia jurnalistik kerap disisihkan, atau dibicarakan secara sembunyi-sembunyi karena dianggap mencemari sakralisme jurnalisme. Ini sebenarnya masalah bumbu saja, bukan masalah substansial. Bagaimanapun radio adalah media yang personal, jadi kreativitas penyaji berita untuk menampilkan kicker atau tailpiece sangat penting agar pendengar merasa dilibatkan secara personal pada pesan atau informasi yang disampaikan.

Hal yang perlu dicermati adalah penggunaan unsur entertainment harus hati-hati, jangan sampai berlebihan, karena bisa menurunkan nilai beritanya. Adapun konsep berita yang dirumuskan Siahaan (1997) antara lain: (1) berita dapat berupa perhatian atau masalah pribadi publik, (2) persepsi dan penjabaran dari masalah yang dihadapi oleh pemerintah, (3) penjabaran beberapa kemungkinan yang harus dipilih terhadapsuatu kebijakan, (4) kontroversi publik, yaitu masalah yang mengandung pro dan kontra dalam masyarakat, (5) alasan atau faktor penentu dalam suatu kesenjanga politik.


(28)

2.1.2.2Format Berita Radio

Terdapat berbagai jenis format berita radio. Format program berita radio akan disesuaikan dengan segmentasi pendengar yang diharapkan. Setiap radio memiliki segmentasi dengan target pendengar yang berbeda-beda. Berikut ini adalah ekstraksi format berita radio dari Vivian (2006) sebagaimana dikutip oleh Astuti (2008).

1. Breaking News

Jenis berita yang paling tinggi nilainya, intinya adalah melaporkan sesuatu secepat-cepatnya. Singkat, padat, akurat. Radio sebagai media elektronik mengalahkan media cetak dalam hal ini. Lazimnya, format breaking news digunakan untuk melaporkan kecelakaan, bencana alam, atau hasil pemilu.

2. Headline Service

Radio sebagai penyedia berita-berita pendek dalam format headline. Ini disesuaikan dengan karakteristik pendengar radio yang memang menginginkan segala sesuatu yang ringan dan tidak berat diserap oleh telinga. Detail dan kedalaman berita diserahkan pada suratkabar, majalah, atau media cetak lainnya.

Formula awal headline radio bersumber dari format rock n’ roll Gordin McClendon di tahun 1960-an, yaitu tiga-empat menit berita setiap siaran 20 menit, ditengah lagu berdurasi tiga menit, setelah itu disusul 20 detik tanpa berita apa pun. Sebagian besar berita tidak lebih dari dua kalimat saja panjangnya.

3. All News

Segala macam berita disiarkan di stasiun radio. Gordon McClendon memulainya dengan memasang XTRA yang berbasis di Tijuana (perbatasan Meksiko) untuk membaca kawat berita nonstop. Sasaran pangsa pasar yang dituju adalah Los Angeles. Tentu saja, radio tidak berdiri sendiri. Terdapat jaringan koresponden yang mendukung, atau afiliasi dengan jaringan radio lainnya. Jaringan radio internasional pada umumnya mengambil bentuk seperti ini. Walaupun hanya menangani ceruk segmen pendengar yang kecil,


(29)

tetapi karena jaringannya banyak, akumulasi pendengarnya juga menjadi lebih banyak.

4. News Packages

Berita dalam format lebih panjang, disebut juga feature radio. Isu yang diangkat lazimnya adalah berita-berita kategori soft news. Berita semacam ini, biarpun isunya penting, memang tidak mengejar aktualitas. Berita semacam ini lebih mementingkan kedalaman materi. Tantangan produksi format ini lebih besar dibandingkan format lainnya, sehingga hanya radio besar saja yang berani mengelolanya. Misalnya, National Public Radio (NPR), British Broadcasting Center (BBC), ABC Australia, dan lain-lain.

2.1.2.3Sumber Berita

Segala sesuatu yang terdapat disekitar kita dapat dijadikan berita. Tidaklah sulit untuk mencari sumber berita. Terlebih lagi dalam situasi banjir informasi seperti sekarang ini. Boyd (1994) dalam Astusti (2008) merinci sejumlah topik yang kerap diangkat dalam pemberitaan radio, meliputi:

1. Gawat Darurat (emergency)

Kecelakaan, tragedi, musibah, dan upaya penyelamatan sandera, merupakan topik-topik hangat pemberitaan yang tergolong dalam emergency. Nilai penting topik emergency terletak pada kenyataan bahwa emergency merefleksikan puncak-puncak konflik ketika hidup manusia menjadi taruhan. 2. Kriminalitas

Dimanapun orang menyukai berita seputar kriminalitas. Mulai dari pencurian hingga tabrak lari dan pemerkosaan. Berita kriminalitas terdiri dari sejumlah kategori fase, misalnya kecelakaan, penangkapan, dan penampilan terdakwa di pengadilan.

3. Pemerintahan lokal dan nasional

Apapun kebijakan pemerintah pasti akan berdampak dalam kehidupan khalayak, oleh sebab itu pemerintah merupakan sumber berita yang penting. Media, termasuk radio, lazimnya menugaskan reporter ke balai kota, untuk mendapatkan informasi terpenting menyangkut kebijakan publik dari


(30)

pemerintah. Kebijakan yang paling penting dapat dilihat dari kebijakan publik yang berdampak paling luas dalam kehidupan khalayak.

4. Perencanaan dan pembangunan

Buka mata, dan lihat sekeliling. Apabila terdapat sesuatu yang sedang diupayakan seperti mal, sekolah, kompleks perumahan, jalan-jalan, dan yang lainnya merupakan contoh dari perencanaan dan pembangunan. Tahap perencanaan maupun hasil merupakan hal penting dan layak untuk diberitakan.

5. Konflik kontroversi

Berita berisi perubahan berupa peristiwa-peristiwa yang membentuk masyarakat kita dan mengubah cara hidup kita. Konflik adalah inti drama, adapun drama acap kali menimbulkan berita. Konflik dalam skala besar maupun kecil sama-sama menarik perhatian manusia. Setiap kebijakan akan ada yang mendukung maupun menolak. Pro-kontra semacam ini dapat menjadi sumber berita yang memicu diskusi publik di media.

6. Pressure group

Kelompok penekan atau pressure group adalah orang-orang yang mengorganisasi dirinya untuk memicu kontroversi. Tujuan utama kelompok semacam ini adalah menuntut perubahan, lewat profokasi maupun dengan cara beroposisi. Kelompok penekan merupakan sumber berita yang bagus. Mereka bisa dijadikan latar atau kelanjutan berita mengenai pembangunan dan kebijakan pemerintah.

7. Industri dan ketenagakerjaan

Bukan perkembangan industrinya yang menarik, tapi isu ketenagakerjaan yang menyertainya. Ketenagakerjaan adalah bidang yang pelik, tetapi menarik bagi siapa saja termasuk, bagi Indonesia yang masih bergumul dengan tingginya angka pengangguran.

8. Kesehatan

Selalu ada penyakit baru, wabah baru, yang memerlukan penanganan khusus. Selalu ada obat atau metode baru untuk menanggulangi penyakit. Kesehatan adalah isu menarik bagi siapa saja. Kesehatan sebagai informasi penting bagi individu, maupun masyarakat.


(31)

9. Human interest

Menurut Boyd (1994) dalam Astuti (2008), human interest adalah sebuah

peristiwa „tak biasa‟ yang menimpa orang-orang „biasa‟. Materinya ringan,

tetapi memancing percakapan dan minat. Misalnya, bagaimana seorang gelandangan jadi jutawan setelah memenangkan lotre.

10. Personalities

Name make a news (nama membuat berita). Itulah salah satu jargon berita. Sosok menjadi tokoh yang penting sebagai sumber berita. Personalities bisa berupa cerita tentang orang-orang yang istimewa, dalam hal ini menyangkut orang penting dan terkenal. Contohnya adalah tamu negara, atlet berprestasi, kepala pemerintahan, atau selebritas. Namun personalities juga bisa diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat awam. Ketua RT, ibu rumah tangga, buruh, misalnya, terkadang menarik juga dilihat dan dianalisis sosoknya.

11. Sport

Olahraga termasuk sumber topik yang menarik. Bukan hanya prestasinya saja yang dapat dibicarakan. Masih banyak yang lainnya, seperti hasil pertandingan, analisis kekalahan tim, sosok-sosok yang berjasa, hingga laporan langsung dari arena pertandingan.

12. Seasonal news

Inilah jenis berita musiman. Mulai dari cuaca, tren, hingga berita musiman lain. Di Indonesia, Juni-Juli merupakan bulan diawalinya tahun ajaran baru. Berita musiman tentang hebohnya orangtua mencari sekolah buat anak-anaknya merupakan salah satu topik yang penting dan menarik untuk dieksplorasi.

13. Special local interest

Radio bagaimana pun adalah media yang sifatnya sangat lokal. Berita-berita khas di wilayah tempat radio beroperasi layak mendapat porsi khusus. Berita khas itu bisa berupa event seperti maraknya acara tujuhbelasan, aktivitas haji, sunatan, juga peringatan hari keagamaan lainnya. Bisa pula berupa sosok personalities atau kelompok. Di Bandung misalnya, berita tentang kesebelasan Persib selalu menarik bagi pendengar.


(32)

14. Cuaca

Cuaca di Indonesia memang tidak seekstrim di Eropa, Amerika, atau Australia, namun kian hari semakin banyak saja orang yang membutuhkan ramalan cuaca. Entah itu untuk mengawali pekerjaannya, atau panduan guna merencanakan aktivitas hariannya. Kerjasama dengan badan meteorologi mutlak diperlukan untuk mengeluarkan informasi perihal cuaca yang bisa dipertanggungjawabkan.

15. Lalu lintas

Tidak ada yang bisa mengalahkan radio dalam hal menginformasikan info lalu lintas dengan cepat dan murah. Inilah jenis informasi yang kian banyak dibutuhkan di kota-kota besar.

16. Hewan

Isunya bisa bermacam-macam. Mulai dari binatang peliharaan, satwa buas, hingga satwa langka. Topiknya juga beragam. Info kesehatan satwa, hingga binatang peliharaan, merupakan bagian dari gaya hidup.

Masih banyak topik lainnya. Hanya saja perlu diperhatikan dalam memilih topik harus memenuhi salah satu atau beberapa kriteria berikut ini: (1) relevan, (2) tragis, (3) tak lazim, (4) yang terakhir, (5) yang paling mahal, (6) segera, (7) menarik, (8) kontroversial, (9) yang pertama, (10) yang terbesar, (11) lucu, atau ironi, (12) apakah berita tersebut mempengaruhi khalayak? dan (13) apakah berita tersebut bersifat lokal? (Astuti 2008).

2.1.2.4Informasi Pertanian

Informasi atau berita pertanian adalah sebuah tulisan atau gambaran yang didalamnya terarah perihal pertanian, khususnya mengenai hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat petani. Ini berarti bahwa laporan-laporan peristiwa di luar petanian tidak penting bagi masyarakat petani. Sejauh berita luar tersebut mempunyai kaitan dengan kepentingan masyarakat yang bersangkutan, maka berita itu akan berguna bagi masyarakat petani (Hariandja 2001).

Pada berita pertanian dikenal pengkategorian topik berita yang dibedakan menjadi enam macam, yaitu: (1) perikanan: aspek budidaya, pembenihan, pemanfaatan hasil, produksi, penemuan teknik baru, teknologi pengolahan,


(33)

teknologi tepat guna dan sebagainya. Topik perikanan termasuk di dalamnya ikan air tawar maupun air laut), (2) hewan ternak: unggas (ternak kecil), ternak besar, pemanfaatan produksi ternak, pemeliharaan, serta yang berkaitan dengan teknologi pengolahan, penemuan-penemuan baru dan sebagainya, (3) budidaya tanaman dan kehutanan: cara penanaman, penggunaan pupuk, pemanfaatan hasil, pengolahan hasil tanaman, teknik baru atau teknologi hasil penanaman, teknologi aplikatif, konservasi atau pelestarian lingkungan dan sebagainya, (4) human interest: informasi yang bercerita tentang sisi kepribadian atau ketokohan yang menyangkut keberhasilan, keanehan, serta hal yang mengharukan, (5) hama dan penyakit pengendalian dan pemberantasan hama serta penyakit, konsultasi hama dan penyakit, informasi tentang hama dan penyakit, serta (6) lain-lain: dunia satwa, hewan peliharaan, informasi tentang pemasaran, agribisnis atau hal lain yang belum tercakup dalam lima kategori sebelumnya (Muh. Saiful Ngatif, dkk. 2005).

Sanusi (1989) membagi bidang masalah dalam menganalisis isi surat kabar pedesaan ke dalam 17 kategori, yaitu: (1) pertanian, (2) kesehatan, (3) lingkungan, (4) pendidikan, (5) koperasi, (6) transmigrasi, (7) kebudayaan dan pariwisata, (8) ekonomi dan industri, (9) hukum dan kamtibnas, (10) teknologi terapan, (11) olahraga, (12) pembangunan fisik, (13) politik dan kegiatan pemerintahan, (14) pembangnan spiritual, (15) energi dan tambang, (16) hiburan, dan (17) iklan.

Sedangkan dalam penelitian Sihombing (1994), Kategori bidang masalah pertanian yang dianalisis, meliputi: (1) sosial ekonomi pertanian, (2) penyuluhan komunikasi, (3) iklim dan cuaca, (4) keteknikan pertanian, (5) farming system, (6) pangan dan gizi, (7) peraturan bidang pertanian, (8) lahan dan kondisinya, (9) budidaya tanaman, (10) hama dan penyakit, (11) budidaya ikan, (12) sumberdaya perairan, (13) pengolahan hasil pertanian, (14) budidaya ternak, (15) kesehatan ternak, (16) kehutanan, (17) bidang lain.

Kategori-kategori bidang masalah pertanian yang telah dibuat oleh ketiga peneliti tersebut, menjadi acuan untuk penentuan kategori bidang masalah pertanian yang akan dianalisis di dalam penelitian ini. Kategori tersebut meliputi: (1) budidaya pemberitaan yang mencakup aspek budidaya tanaman, peterakan dan perikanan serta pengelolaannya; (2) hama dan penyakit, yaitu gambaran mengenai


(34)

pengendalian dan pemberantasan hama serta penyakit, konsultasi hama dan penyakit, informasi tentang hama dan penyakit; (3) lingkungan pertanian, meliputi gambaran kerusakan lingkungan pertanian akibat bencana banjir, angin, erosi, serta perubahan iklim dan cuaca; (4) sosial ekonomi pertanian pemberitaan yang mencakup kesejahteraan petani dan kondisi sosial ekonomi petani, serta pembagian kerja petani; (5) komoditas pertanian merupakan pemberitaan mengenai penurunan dan kenaikan produksi pertanian (padi, jagung, gula, kakao, ikan ternak, dan lain-lain), varietas unggul, penemuan jenis dan bentuk tanaman atau komoditas yang baru dikenal; (6) produk pertanian pembertitaan tentang hasil-hasil olahan poduk pertanian (susu, yoghurt, nugget, dan lain-lain); (7) pangan dan gizi, mencakup pengolahan pangan dan ketahanan pangan serta pengaruhnya bagi tubuh manusia yang bersumber dari hasil pertanian (tanaman, ternak dan perikanan); (8) bisnis pertanian merupakan pemberitaan yangg didalamnya menggambarkan produksi hingga pemasaran produk pertanian dan harga-harga produk pertanian; (9) sarana dan prasarana pertanian, meliputi berbagai hal yang mendukung proses produksi pertanian (bibit, pestisida, pupuk, irigasi, bendungan, dan lain-lain); (10) komunikasi dan informasi pertanian, mencakup penyuluhan pertanian, serta penyampaian informasi-informasi mengenai tokoh-tokoh pertanian, dunia satwa dan hewan peliharaan; (11) kehutanan pemberitaan mengenai kondisi hutan, hasil hutan, habitat hewan hutan, industri kehutanan dan lain-lain.

2.1.3 Agenda Setting Siaran Radio 2.1.3.1Konsep Agenda Setting

Pendekatan agenda setting dikembangkan oleh Maxwell E. McComb dan Donald Shaw. Agenda setting adalah komunikasi yang mencoba menjelaskan pengaruh media massa terhadap struktur kognitif individu. Adanya hubungan antara peliputan tentang isu-isu yang penting oleh media massa dengan penilaian relatif oleh publik terhadap pentingnya isu-isu tersebut (McCombs dan Shaw 1972 dalam Rakhmat 2005).

Konsep agenda setting menurut Benard C. Cohen dalam tulisannya The Press and Foreign Policy pada tahun 1963 adalah berita di media massa tidak


(35)

secara langsung mempengaruhi pemikiran khalayak terhadap masalah politik, namun berpengaruh kepada subjek apa saja yang akan dipikirkan oleh khalayak (Descartes 2004). Menurut teori agenda setting, dinyatakan bahwa media tidak mempengaruhi sikap khalayak, namun media berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan khalayak. Media mempengaruhi persepsi khalayak tentang hal yang dianggap penting. Singkatnya, media memilih informasi dan berdasarkan informasi dari media, khalayak akan membentuk persepsi tentang peristiwa (Rakhmat 2005). Teori agenda setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara perhatian media dan perhatian khalayak pada suatu peristiwa (Rakhmat 2005).

Fungsi dalam agenda setting, dikenal beberapa model. Kusuma 1991 (Descartes 2004) menjelaskan bahwa model pertama adalah pengenalan. Model ini dibuat berdasarkan hipotesis bahwa khalayak mengenali adanya suatu berita atau topik berdasarkan liputan media massa, jika media tidak meliput suatu peristiwa tertentu maka publik tidak mengetahui adanya peristiwa tersebut. Model kedua adalah model kemenonjolan, model ini berada ditengah-tengah model pengenalan dan model prioritas, model ini menggambarkan bahwa berita atau topik yang dianggap penting oleh media akan menggambarkan bahwa berita atau topik yang dianggap penting oleh media akan dianggap penting oleh publik sebagai berita yang penting. Sebaliknya jika media tidak menganggap penting suatu berita maka publik juga menganggap berita tersebut sebagai berita tidak penting.

Model ketiga adalah model prioritas, yang merupakan bentuk ekstrim dari model pengenalan. Menurut model prioritas, media memutuskan urutan berita atau topik menurut kepentingannya dalam penyajiannya. Selanjutnya agenda peristiwa tersebut diterima oleh publik, dimana urutan agenda yang dimiliki publik relatif sama dengan urutan agenda yang disajikan media. Pada beberapa studi, untuk mengukur prioritas suatu berita dilakukan dengan beberapa cara. Sebagian besar menentukan prioritas berita dengan melihat waktu tayang, seberapa dalam pembahasan dilakukan oleh penyiar, dan frekuensi pengangkatan tema suatu berita.


(36)

Agenda merupakan seleksi terhadap berita yang ada agar suatu berita menjadi lebih penting dibandingkan dengan berita lain (DeFleur dan Denis 1985 dalam Descartes 2004). Terdapat tiga macam agenda, yaitu (1) agenda media, yaitu prioritas media dalam meliput suatu berita kejadian, (2) agenda publik, yaitu tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan mereka, (3) agenda kebijakan, menggambarkan berita dan kebijakan yang dikemukakan oleh politikus (McQuail dan Wimdahl 1995 dalam Suwanda 2009).

Littlejohn (1992) dalam Descartes (2004) menyatakan bahwa agenda setting mempunyai dua tingkatan. Pada tingkatan pertama media membuat suatu permasalahan menjadi penting, dan tingkatan kedua menentukan bagian mana dari permasalahan itu yang lebih penting, dua tingkatan tersebut berperan penting dalam konsep agenda setting. Konsep ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama dari proses tersebut adalah berita apakah yang akan diliput media. Bagian kedua, berita tersebut mempengaruhi cara pemikiran khalayak, dan membentuk agenda publik. Bagian ketiga, pada akhirnya agenda publik akan mempengaruhi agenda kebijakan. Jadi agenda media mempengaruhi agenda publik, dan agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan. Namun, dalam pembahasan selanjutnya hanya akan berfokus pada agenda media dan agenda publik.

2.1.3.2Agenda Media

Agenda media adalah daftar berita-berita dan peristiwa-peristiwa pada suatu waktu yang disusun berdasarkan urutan kepentingannya. Agenda media terdiri dari pokok persoalan, peristiwa, anggapan, dan pandangan yang memanfaatkan waktu dan ruang dalam publikasi yang tersedia untuk disampaikan kepada publik (Manhein 1988 dalam Descartes 2004).

Manhein (1988) dalam Descartes (2004) memaparkan bahwa agenda media terdiri atas: (1) visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita, (2) audience salience, yaitu tingkat menonjolnya berita bagi khalayak, merupakan relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak, dan (3) valensi (valence), yaitu menyenangkan atau tidak menyenangkannya liputan berita dari suatu peristiwa. Variasi dalam menonjolkan aspek agenda media akan ditentukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).


(37)

Media mempunyai kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media menyampaikan apa yang penting dan apa yang tidak penting, serta bisa mengatur apa yang harus dilihat dan tidak dapat dilihat. Pada penyusunan daftar berita dan peristiwa yang harus diperhatikan menurut Pareno (2003) sebagaimana dikutip oleh Sumartono (2006) meliputi laporan, informasi baru, fakta, tidak memihak, menyangkut kepentingan umum, dan menarik perhatian umum. Agenda media bukanlah susunan berita yang disepakati seluruh wartawan melainkan berita yang dikemas para pemegang fungsi utama pers, yaitu penjaga gawang seperti reporter yang berpengaruh, editor berita, dan editor kawat.

Informasi yang akan dikemas menjadi sebuah berita harus melewati berbagai tahapan seleksi terlebih dahulu sebelum dipublikasikan. Pada akhirnya, ada informasi yang lolos dari tahap seleksi kemudian diangkat menjadi sebuah berita, dan ada informasi yang tidak lolos tahap seleksi, karena tidak tersedia cukup waktu dan tempat di dalam media massa (Doughnewsom dan Wollert 1985 dalam Descartes 2004). Fungsi pengaturan tempat dan waktu ini berkaitan dengan fungsi redaksi sebagai penjaga gawang informasi yang menepis berita-berita masuk (Muis 1999 dalam Suwanda 2009). Media melalui kegiatan yang disebut gatekeeping mengontrol akses khalayak terhadap berita, informasi, dan hiburan (Wilson 2002 dalam Descartes 2004). Proses gatekeeping pada radio dilakukan secara cepat agar kesegaran informasi yang disampaikan dapat terjamin.

Domminic dan Wimmer 2000 (Descartes 2004) menyatakan bahwa berbagai cara telah digunakan untuk membuat agenda media. Teknik yang paling sering digunakan adalah mengelompokkan topik pemberitaan kepada kategori yang luas dan mengukur waktu atau ruang yang dicurahkan pada setiap kategori. Semakin luas kategori topik yang dibuat maka akan semakin mudah mempraktekkan efek agenda setting.

2.1.3.3Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Media

Setiap radio memiliki format yang berbeda-beda, sehingga agenda yang disusun juga akan berbeda pula. Penentuan agenda media pada program berita radio, terdapat kebijakan-kebijakan tersendiri pada masing-masing radio sesuai


(38)

dengan format yang dianut. Kebijakan radio adalah serangkaian peraturan dan asas yang menjadi pedoman dan dasar dalam penyusunan program yang akan ditayangkan. Terdapat faktor internal, yaitu: (a) kebijakan terhadap materi yang akan disampaikan terhadap khalayak, (b) kebijakan terhadap penyiar yang memandu acaranya, serta (c) durasi penyiaran program dan faktor eksternal yaitu kode etik jurnalistik dalam menentukan agenda media.

1. Faktor Internal

a. Kebijakan terhadap Materi

Menurut Hariandja (2001) dalam menentukan kebijakan penyusunan materi berita, harus mengacu pada kaidah jurnalistik, khususnya kaidah fairness dan penggunaan sumber berita yang berimbang atau balance news. Pada konteks ini fairness berarti keadilan yang tidak memihak pada penyampaian suatu berita, sehingga peran media yang mandiri dapat berjalan dengan baik. Penggunaan sumber berita yang berimbang atau balance news dalam hal ini berarti penyajian berita yang sama porsinya dengan kata lain tidak menonjolkan seseorang atau kelompok tertentu. Sebuah pernyataan yang keluar dari suatu pihak hendaknya diikuti dengan konfirmasi atau penyanggahan dari pihak yang berseberangan juga dilengkapi dengan dokumen, data dan keterangan-keterangan lain yang relevan dengan berita terkait.

Mengacu pada Mulyana (2010) stasiun radio menetapkan kebijakan untuk materi program berita yaitu: (1) aktual, (2) faktual, (3) berkesinambungan, dan (4) berprinsip. Aktual adalah berita yang disajikan merupakan perisriwa yang baru saja terjadi. Faktual adalah berita yang berdasarkan kenyataan dan mengandung kebenaran. Berkesinambungan berarti berita yang disajikan merupakan kelanjutan dari episode sebelumnya.

b. Kebijakan yang Ditetapkan untuk Penyiar

Kebijakan yang ditetapkan untuk penyiar adalah dialog dan formal. Dialog artinya presenter membawakan acara baik solo ataupun duet dengan panduan pointer. Formal disini diartikan bahwa presenter membacakan naskah berita. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari


(39)

komentar-komentar di luar jalur berita yang dapat menyebabkan perubahan isi (Mulyana 2010).

Menurut Setiawan (2003), kebijakan untuk penyiar dalam hal ini, termasuk reporter di dalamnya, dapat menggambarkan peristiwa melalui kata-kata. Tujuannya mengajak pendengarnya untuk melukiskan sendiri kira-kira seperti apa kejadian yang sesungguhnya secara jujur dan tanpa rekayasa, sehingga dapat mengajak pendengar untuk berfantasi.

c. Kebijakan Durasi

Kebijakan mengenai durasi jam tayang adalah lamanya jam tayang yang disajikan setiap harinya (Mulyana 2010). Biasanya program berita disiarkan setiap hari, namun untuk durasi siaran akan ditentukan sesuai dengan format radio. Radio yang menyampaikan berita dua sampai tiga jam setiap hari, setiap satu jam sekali, bahkan ada radio yang menyampaikan berita secara terus menerus (all news).

Pada progam radio dikenal juklak atau pola siar. Pola siar digunakan untuk memandu penyiar dalam menentukan pemutaran lagu, iklan, dan penyampaian informasi agar seluruh materi berita yang sudah diagendakan dapat disampaikan dengan baik tanpa ada yang tertinggal. Apabila penyiar tidak mengikuti pola siar dengan baik, maka akan terjadi kelebihan ataupun kekurangan durasi atau waktu siaran.

2. Faktor Eksternal

Setiap radio yang akan menyiarkan program berita harus mematuhi aturan-aturan pemberitaan yang telah ditentukan oleh Dewan Pers. Saat menysun berita, para jurnalis dituntut untuk mematuhi kode etik jurnalistik yang telah ditetapkan. Menurut UU Republik Indonesia nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, Bab 1 ketentuan umum pasal 1 poin 14 menjelaskan bahwa kode etik jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Pengertian kode etik jurnalistik tersebut diartikan sebagai seperangkat aturan atau norma-norma profesi kewartawanan yang menjadi alat kontrol bagi para wartawan ketika melaksanakan tugas jurnalistiknya.

Wartawan memiliki hak tolak, hak jawab, dan hak koreksi sebagai hak profesi kewartawanannya. Pada kode etik jurnalistik, wartawan dijamin haknya


(40)

untuk memberikan informasi kepada khalayak. Hal ini dijamin juga dalam UU Pers, untuk menjamin kebebasan pers, sehingga wartawan terbebas dari intimidasi atau tekanan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dimiliki wartawan. Ketentuan tersebut merupakan pedoman operasional dalam melaksanakan tugas wartawan atau jurnalis secara profesional dan tidak melanggar hukum.

Keberadaan kode etik jurnalistik menjadi tanggung jawab bagi para jurnalis yang akan menyampaikan informasi secara benar dan akurat. Wartawan tidak boleh menyampaikan berita yang bersifat dusta atau fitnah dan tidak akurat kepada masyarakat. Apabila wartawan melanggar aturan tersebut, maka akan diselesaikan oleh majelis kode etik. Kode etik jurnalistik mempunyai peran penting bagi wartawan dalam memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.

2.1.3.4Metode Analisis Isi

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi (Descartes 2004).

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian (Setiawan 1995). Holsti (1969) menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75 persen dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 %), komunikasi umum (25,9 %), dan ilmu politik (21,5 %).

Menurut Krippendorff (1993), analisis isi merupakan suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah.


(41)

Analisis isi menggambarkan objek penelitian dan menempatkan peneliti ke dalam posisi khusus yang berhadapan dengan realitasnya. Cartwright (1953) dalam Holsti (1969) mengemukakan tujuan dalam menggunakan istilah “analisis isi” dan “kode” yang dapat dipertukarkan menunjukkan gambaran objektif, sistematis, dan kuantitatif dari perilaku simbolis.

Analisis isi menurut Berelson (1952) dalam Stempel (1981) adalah sebuah teknik penelitian untuk menggambarkan isi komunikasi manifest yang objektif, sistematis dan kuantitatif. Meskipun bermacam-macam, definisi dari analisis isi menyingkap persetujuan luas dari syarat objektif, sistematis, dan kuantitatif. Prinsip objektif diartikan bahwa hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan kepada orangnya, dengan ketajaman kategori yang ditetapkan, orang lain dapat menggunakannya. Apabila digunakan untuk isi yang sama dan prosedur yang sama maka hasilnya harus sama, walaupun penelitiannya berbeda. Prinsip sistematis diartikan sebagai adanya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Tidak dibenarkan untuk melakukan analisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti. Prinsip kuantitatif artinya dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Teknik khas dalam metode ini adalah menggolongkan berita-berita surat kabar ke dalam kategori-kategori format dan topik, mengukur frekuensinya dan menghubungkan pengetahuan khalayak.

Sejalan dengan kemajuan teknologi, selain secara manual kini telah tersedia komputer untuk mempermudah proses penelitian analisis isi, yang dapat terdiri atas dua macam, yaitu perhitungan kata-kata, dan “kamus” yang dapat ditandai yang sering disebut General Inquirer Program. Terdapat tiga langkah strategis penelitian analisis isi. Pertama, penetapan desain atau model penelitian. Di sini ditetapkan berapa media, analisis perbandingan atau korelasi, objeknya banyak atau sedikit dan sebagainya. Kedua, pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisis isi maka teks merupakan objek yang pokok bahkan terpokok. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan lembar formulir pengamatan tertentu yang sengaja dibuat untuk keperluan pencarian data tersebut. Ketiga, pencarian pengetahuan kontekstual agar penelitian yang


(42)

dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.

Teknik mengukur ageda media dilakukan dengan cara analisis isi yang dilakukan dengan lima tahap, yaitu: (1) memilih contoh atau keseluruhan isi; (2) menetapkan kerangka kategori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian; (3) memilih satuan analsis isi; (4) menyesuaikan isi dengan kerangka kategori, per satuan unit yang terpilih; (5) mengungkapkan hasil sebagai hasil distribusi menyeluruh dari semua satuan atau percontoh, dalam hubungan dengan frekuensi hal-hal yang dicari acuan (Krippendorf 1993).

2.1.4 Agenda Khalayak Siaran Radio 2.1.4.1Konsep Khalayak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: (1) segala yang diciptakan oleh Tuhan; (2) kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi; (3) orang banyak, masyarakat. McQuail (1991) mendefinisikan khalayak sebagai pasar, sekumpulan calon konsumen dengan profil sosial ekonomi yang diketahui dan merupakan sasaran suatu medium atau pasar.

Pengertian lain menurut Sari dalam Khairunnisa Syarief (2007), khalayak adalah pengguna jasa media massa seperti pendengar radio atau penonton televisi yang memiliki empat karakter, antara lain: (1) heterogen. Suatu masyarakat sosial yang berasal dari berbagai lapisan sosial, pendidikan, serta aneka budaya dan agama; (2) anonim. Tidak kenal satu sama lain, baik antara komunikator dengan khalayak maupun antara khalayaknya sendiri; (3) unbound each other. Tidak terikat satu sama lain, baik antar individu maupun antar komunikator dengan khalayak; dan (4) isolated from one another. Tertutup satu sama lain sehingga mereka seperti atom-atom yang terpisah, namun tetap merupakan suatu kesatuan, yaitu sama-sama pengguna media massa.


(43)

Blumer dalam Jubido (2007) menginfomasikan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai identitas khalayak, yaitu:

1. Berasal dari berbagai strata sosial (berbeda umur, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya hidup).

2. Merupakan kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tak saling kenal.

3. Kaena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan interaksi dan tukar pengalaman.

4. Tidak terorganisasi sehingga tidak mungkin digerakkan untuk kepentingan tertentu.

McQuail (1991) membagi khalayak menjadi empat sub kategori, yaitu: (1) kelompok atau publik, sejalan denga suatu pengelompokkan sosial yang ada dan dengan karakteristik sosial bersama dari tempat, kelas sosial, politik, dan budaya; (2) kelompok kepuasan, terbentuk atas dasar tujuan atau kebutuhan individu dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan kepuasan emosional serta respon afeksi tertentu; (3) kelompok pendengar atau budaya citra rasa, terbentuk atas dasar minat pada jenis isi (atau gaya) atau tarik tertentu akan kepribadian atau citra rasa budaya intelektual tertentu; dan (4) khalayak medium, khalayak yang berusaha untuk tetap berada pada salah satu sumber media televisi.

Pada media massa radio, khalayak lebih dikenal dengan sebutan pendengar. Masduki (2000) dalam Jubido (2007) membagi pendengar radio dalam empat kategori yaitu pendengar aktif, pasif, selektif, dan spontan. Pendengar aktif adalah pendengar yang selalu mendengarkan siaran suatu stasiun radio dan mereka juga sering aktif berinteraksi dengan penyiar saat siaran berlangsung dengan mengirimkan pesan singkat atau telepon ke stasiun yang bersangkutan. Pendengar pasif adalah pendengar yang sering mendengarkan suatu program radio tetapi jarang melakukan interaksi dengan penyiar dan hanya mendengarkan siaran radio saja. Pendengar selektif adalah pendengar yang hanya memilih untuk mendengarkan program siaran tertentu yang memang diminati olehya baik dikarenakan kualitas program yang ditawarkan, maupun karena tertarik terhadap


(44)

penyiarnya. Pendengar spontan adalah pendengar yang tanpa sengaja mendengar suatu siaran radio dan relatif mudah teralih perhatiannya pada hal lain.

Karakteristik khalayak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diukur melalui jenis kelamin, umur, pendidikan, dan status pekerjaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi motivasi mendengarkan siaran radio dan tingkat keterdedahan terhadap radio (Puspitasari, 2009).

2.1.4.2Agenda Khalayak

Agenda khalayak atau seringkali disebut dengan istilah agenda publik adalah tingkat perbedaan penonjolan suatu berita menurut opini publik dan pengetahuan khalayak. Manhein (1988) dalam Descartes (2004) memaparkan bahwa agenda publik terdiri atas: (1) keakraban (familiarity), yaitu derajat kesadaran khalayak akan adanya topik berita tertentu, (2) penonjolan pribadi (personal salience), yaitu relevansi kepentingan berita dengan ciri pribadi, (3) kesenangan (favorability), yaitu pertimbangan senang dan tidak senangnya khalayak akan topik berita.

Agenda khalayak mencakup minat, persepsi, dan opini khalayak terhadap siaran radio (Puspitasari 2009). Effendy (1978) sebagaimana dikutip oleh Puspitasari (2009) menyatakan bahwa pendengar dapat memilih program siaran radio yang disukainya. Setiap pesawat radio dilegkapi dengan alat yang memungkinkan mereka melakukan pilihannya itu. Memutar atau menekan tombol pengubah gelombang pada pesawat radio, pendengar dapat mencari apa yang disenanginya, baik siaran radio dalam negeri maupun luar negeri.

Zucker 1983 (Descartes 2004) menyatakan bahwa sedikitnya pengalaman dari khalayak atau publik terhadap suatu hal menyebabkan mereka semakin tergantung terhadap media massa sebagai sumber informasi. Melalui penelitiannya Zucker menemukan bahwa pada berita yang tidak dialami langsung (unobtrusiveness issues) oleh khalayak, banyaknya liputan media massa hanya mempunyai sedikit pengaruh.

Agenda khalayak penting dicermati pada siaran radio karena akan menentukan penerimaan khalayak terhadap program siaran radio tersebut. Apabila agenda media dengan agenda khalayak tidak menemukan kesesuaian, dapat


(45)

dikatakan kebutuhan khalayak akan informasi belum terpenuhi oleh suatu media. Agenda khalayak juga ditentukan oleh beberapa faktor. Winter 1972 (Descartes 2004) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kondisi yang diduga berperan dalam menimbulkan variasi hubungan antara agenda media dan agenda publik. Kondisi-kondisi ini dapat berasal dari stimulus efek komunikasi yaitu penyajian media, dan dapat bersumber dari khalayak atau publik. Sifat-sifat stimulus menunjukkan karakteristik issues, yaitu: (1) jarak issue, yaitu apakah issue itu langsung atau tidak langsung dialami individu, (2) lama terpaan, yaitu apakah issue tersebut baru muncul atau mulai pudar, (3) kedekatan geografis, yaitu apakah issue itu bertingkat lokal atau nasional, dan (4) sumber, yaitu apakah disajikan oleh media yang kredibel ataukan media yang tidak kredibel.

2.1.4.3Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Khalayak

Khalayak radio yang lebih sering disebut sebagai pendengar memiliki karakteristik yang berbeda yang dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diukur melalui jenis kelamin, umur, pendidikan, dan status pekerjaan. Faktor eksternal dibedakan menjadi motivasi mendengarkan siaran radio dan tingkat keterdedahan terhadap radio (Puspitasari 2009).

1. Faktor Internal a. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan pembagian khalayak berdasarkan faktor biologis. Faktor internal jenis kelamin ini terbagi dua, yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Umur

Satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan khalayak dapat dikelompokkan yaitu SD, SMP, SMA, Diploma, dan Sarjana.


(46)

d. Status pekerjaan

Status pekerjaan khalayak dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu bekerja dan tidak bekerja. Khalayak dikatakan bekerja apabila bekerja di luar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Khalayak dapat dikatakan tidak bekerja apabila menganggur, pelajar, mahasiswa, serta ibu rumah tangga karena dianggap lebih banyak melakukan aktivitas di dalam rumah.

e. Motivasi mendengarkan siaran radio

Motif mendengarkan radio adalah faktor yang menjadi pendorong bagi khalayak untuk mendengarkan radio, bisa berupa kebutuhan akan informasi, hiburan maupun karena pergaulan lingkungan khalayak atau sosialisasi.

2. Faktor Eksternal

a. Tingkat keterdedahan terhadap radio

Tingkat keterdedahan terhadap radio meliputi (1) jenis siaran yang didengarkan, (2) durasi mendengarkan, dan (3) frekuensi mendengarkan. Jenis siaran yang didengarkan adalah jenis siaran yang disukai oleh khalayak dalam memilih siaran yang menurut khalayak penting. Jenis siaran dibedakan menjadi dua, yaitu siaran langsung dan siaran mendalam. Durasi mendengar siaran radio adalah total waktu yang digunakan khalayak dalam mendengar siaran radio baik dalam hitungan hari, minggu, ataupun bulan. Frekuensi mendengarkan radio adalah intensitas atau tingkat keseringan khalayak dalam mendengarkan radio baik dalam hitungan hari, minggu, atau pun bulan.

Khalayak dengan karakteristik internal ataupun eksternal yang berbeda akan memiliki keakraban (familiarity), penonjolan pribadi (personal salience), dan kesenangan (favorability) yang berbeda terhadap suatu berita. Tentunya hal tersebut juga akan menimbulkan opini yang berbeda pula.

Isu-isu yang dibahas antara anggota masyarakat biasanya akan melibatkan khalayak yang memiliki kesamaan pada karakteristik khalayak, baik karakteristik pada faktor eksternal atau pun faktor internal. Khalayak yang memiliki kesamaan karakteristik relatif akan memiliki keakraban (familiarity) atau penonjolan pribadi


(47)

(personal salience) atau kesenangan (favorability) yang relatif sama pula. Ketika terbangun subuah perbincangan mengenai suatu berita atau isu yang diangkat oleh media, maka terciptalah agenda publik. Penggunaan media massa merupakan salah suatu sarana yang efektif dalam proses pembentukan opini publik (public opinion) dan mengembangkan persepsi masyarakat (Hapsari 2008).

2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian agenda setting yang dilakukan di Indonesia pada umumnya mengangkat isu-isu politik. Siahaan (1997) meneliti mengenai hubungan agenda media surat kabar Kompas dan Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa GMKI Jakarta dan menganalisis isu-isu apa saja yang menjadi perhatian khalayak, terutama yang sering muncul di media massa (dalam hal ini surat kabar) dalam kurun waktu tertentu. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan bahwa hubungan agenda surat kabar Kompas dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi yang kuat, juga diketahui bahwa hubungan antara agenda surat kabar Suara Pembaruan dengan agenda publik mahasiswa anggota GMKI mempunyai korelasi cukup kuat. Kekuatan hubungan masing-masing agenda surat kabar terhadap agenda publik agenda mahasiswa GMKI ternyata dipengaruhi oleh variabel kredibilitas surat kabar, penggunaan media, dan tingkat orientasi.

Tahun 2004 Descartes menganalisis hubungan agenda Koran Tempo dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduanya, dan menganalisis hubungan agenda stasiun Televisi Metro TV dengan agenda mahasiswa yang tergabung dalam sekretariat KAMMI pusat tentang pentingnya isu politik dan faktor-faktor yang mempengaruhi keeratan hubungan antar keduannya. Hasil uji korelasi rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara agenda Koran Tempo dan agenda sekretariat KAMMI pusat. Penelitian hubungan antara agenda stasiun televisi Metro TV dana agenda sekretariat KAMMI pusat, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan diantara dua agenda tersebut. Keeratan hubungan antara agenda Koran Tempo dan agenda sekretariat KAMMI maupun antara agenda


(1)

Lampiran 2. Sketsa Jangkauan Siar Megaswara FM

Sumber: Panduan Siaran Megaswara FM


(2)

Lampirn 3. Hasil Uji Statistik

Kesesuaian Agenda Media dan Agenda Pendengar

Correlations

VAR00002 VAR00003 Spearman's rho VAR00002 Correlation Coefficient 1.000 .787*

Sig. (2-tailed) . .012

N 9 9

VAR00003 Correlation Coefficient .787* 1.000

Sig. (2-tailed) .012 .

N 9 9

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Kesesuaian Agenda Media dan Agenda Pendengar tentang Informasi Pertanian

Correlations

AMP APP

Spearman's rho AMP Correlation Coefficient 1.000 .709*

Sig. (2-tailed) . .015

N 11 11

APP Correlation Coefficient .709* 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .

N 11 11


(3)

Faktor-faktor yang Menentukan Agenda Khalayak

Usia

Correlations

Muda Tua

Spearman's rho Muda Correlation Coefficient 1.000 .967**

Sig. (2-tailed) . .000

N 9 9

Tua Correlation Coefficient .967** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 9 9

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Jenis Kelamin

Correlations

Perempuan Laki2

Spearman's rho Perempuan Correlation Coefficient 1.000 .979**

Sig. (2-tailed) . .000

N 9 9

Laki2 Correlation Coefficient .979** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 9 9


(4)

Pekerjaan

Correlations

NonPegawai Pegawai

Spearman's rho NonPegawai Correlation Coefficient 1.000 .933**

Sig. (2-tailed) . .000

N 9 9

Pegawai Correlation Coefficient .933** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 9 9

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pendidikan

Correlations

PendidikanDasar PendidikanTinggi

Spearman's rho PendidikanDasar Correlation Coefficient 1.000 -.333

Sig. (2-tailed) . .381

N 9 9

PendidikanTinggi Correlation Coefficient -.333 1.000

Sig. (2-tailed) .381 .


(5)

Keterdedahan

Jenis Siaran

Correlations

OnAir OffAir

Spearman's rho OnAir Correlation Coefficient 1.000 .450

Sig. (2-tailed) . .224

N 9 9

OffAir Correlation Coefficient .450 1.000

Sig. (2-tailed) .224 .

N 9 9

Durasi

Correlations

TidakLengkap Lengkap

Spearman's rho TidakLengkap Correlation Coefficient 1.000 .967**

Sig. (2-tailed) . .000

N 9 9

Lengkap Correlation Coefficient .967** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 9 9


(6)

Frekuensi

Correlations

Sering SangatSeing

Spearman's rho Sering Correlation Coefficient 1.000 .867**

Sig. (2-tailed) . .002

N 9 9

SangatSeing Correlation Coefficient .867** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 9 9