dilakukan setiap dua minggu sekali yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10.
3.3.6. Pengamatan Pasca Panen
Pengamatan pasca panen yang dilakukan terbagi menjadi dua, yaitu berdasarkan rata-rata dari 5 tanaman contoh dari tiap petak percobaan, maupun
berdasarkan hasil panen yang dilakukan dengan membuat ubinan seluas 2.5 m x 2.5 m tiap petak percobaan.
Parameter yang diamati berdasarkan rata-rata dari 5 tanaman contoh dari tiap petak percobaan adalah sebagai berikut :
1. Jumlah anakan produktif per 100 m2. Penghitungan dilakukan dengan
membagi luasan 100 m2 dengan jarak tanam yang digunakan lalu dikalikan dengan jumlah batang yang menghasilkan malai pada setiap
rumpun pada tanaman contoh. 2.
Panjang malai. Pengukuran dilakukan dengan mengukur panjang malai dengan menggunakan penggaris dalam satuan cm dari buku malai
hingga ujung malai pada 3 malai yang mewakili untuk setiap tanaman contoh.
3. Jumlah gabah per malai. Penghitungan dilakukan dengan menghitung
jumlah gabah tiap malai pada 3 malai yang mewakili untuk setiap contoh tanaman dengan satuan bulirmalai.
4. Jumlah gabah isi dilakukan dengan menghitung jumlah gabah isi dari
tiap malai dalam satuan bulir. 5.
Jumlah gabah hampa dilakukan dengan menghitung jumlah gabah hampa dari tiap malai dalam satuan bulir.
6. Bobot 1000 butir. Bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000 butir
gabah dari per satuan percobaan dengan gravimetri dalam satuan gram. Adapun parameter yang diamati berdasarkan hasil panen yang dilakukan
dengan membuat ubinan seluas 2.5 m x 2.5 m tiap petak percobaan adalah : 1.
Gabah Kering Panen GKP. Bobot ini diperoleh dari menghitung bobot padi saat panen pada petakan yang telah dibuat ubinan dengan ukuran
2.5 m x 2.5 m lalu dikonversi dalam satuan tonha.
2. Gabah Kering Giling GKG Bobot ini diperoleh dari menghitung bobot
padi yang telah dijemur selama kurang lebih tiga hari, dilakukan pada petakan yang telah dibuat ubinan dengan ukuran 2.5 m x 2.5 m lalu
dikonversi dalam satuan tonha.
3.3.7. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang ditetapkan maka dilakukan uji DMRT Duncan Multiple Range Test dengan
selang kepercayaan 5.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertumbuhan
Tanaman 4.1.1. Tinggi Tanaman
Pengaruh budidaya padi secara konvensional dan S.R.I. terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pengaruh budidaya padi secara konvensional dan S.R.I. terhadap tinggi tanaman
Berdasarkan Gambar 5, dapat dilihat bahwa pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 pengaruh perlakuan budidaya konvensional menghasilkan tinggi
tanaman yang berbeda nyata dengan ketiga perlakuan lainnya, hal ini dikarenakan pada saat penanaman budidaya S.R.I anorganik, organik maupun semi-organik
menggunakan bibit yang lebih muda yaitu berumur 7 hari yang ukurannya relatif lebih kecil dibanding dengan bibit yang digunakan pada budidaya konvensional
yang menggunakan bibit berumur 30 hari. Pada minggu ke-6 tinggi tanaman pada perlakuan budidaya S.R.I anorganik
dan S.R.I. semi-organik tidak berbeda nyata dengan perlakuan budidaya konvensional, dan pada minggu ke-8 tinggi tanaman dengan budidaya S.R.I.
anorganik sudah mulai dapat menyusul tinggi tanaman konvensional meskipun belum terlihat secara nyata perbedaannya. Tinggi tanaman antar perlakuan S.R.I.
anorganik dengan konvensional terlihat nyata perbedaannya pada minggu ke-10. Tinggi tanaman S.R.I semi-organik dan S.R.I. organik juga dapat menyusul tinggi
tanaman konvensional pada minggu ke-10 walaupun secara statistik tidak berbeda