4.3. pH dan Eh
Gambar 7. Pengaruh budidaya padi secara konvensional dan S.R.I. terhadap tingkat kemasaman tanah
Nilai pH tanah pada perlakuan konvensional cenderung lebih mendekati suasana netral dibandingkan semua perlakuan S.R.I. Gambar 7, walaupun
pemberian air secara tergenang maupun macak-macak pada petakan percobaan tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan De
Datta 1981, yang mengatakan bahwa penggenangan akan meningkatkan nilai pH tanah masam dan menurunkan pH tanah alkali sehingga pH tanah masam dan
alkali akan bertemu pada pH antara 6 dan 7 atau mendekati netral. Perubahan pH setelah penggenangan disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti perubahan besi ferri menjadi ferro, sulfat menjadi sulfida, karbon dioksida menjadi metan serta pemupukan amonium. Meningkatnya pH tanah sawah yang
tergenangi terjadi karena reaksi reduksi-oksidasi. Menurunnya pH tanah sawah tergenangi yang bersifat alkalis terjadi karena perombakan bahan organik oleh
mikroba tanah. Tercapainya tingkat pH setelah penggenangan tergantung pada nisbah H+OH- dalam reaksi reduksi-oksidasi Situmorang dan Sudadi, 2001.
Potensial redoks merupakan parameter yang berguna untuk mengukur intensitas reduksi pada tanah dan untuk mengidentifikasi reaksi utama yang terjadi
Situmorang dan Sudadi, 2001. Reduksi dapat terjadi jika ada bahan organik namun tidak ada pasokan oksigen serta adanya mikroorganisme anaerob dalam
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya Wang dan Hagan, 1981. Pada
tanah yang tergenang, mikroorganisme anaerob atau anaerob fakultatif berkembang cepat dan mengambil alih proses dekomposisi bahan organik,
menggunakan komponen-komponen tanah teroksidasi bukan udara sebagai akseptor elektron. Produk-produk tersebut tereduksi menurut urutan
termodinamis, yaitu: nitrat, senyawa-senyawa Mn, senyawa-senyawa ferri, produk dari dekomposisi organik, sulfat dan sulfit Sanchez, 1976.
Gambar 8. Pengaruh budidaya padi secara konvensional dan S.R.I.terhadap potensial redoks pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah
Menurut Suprihati 2007, perlakuan penggenangan terus menerus maupun macak-macak tidak berpangaruh terhadap Eh tanah namun dalam penelitian
perlakuan budidaya konvensional memperlihatkan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan budidaya S.R.I. Selama masa pertumbuhan nilai potensial
redoks dari budidaya konvensional maupun S.R.I. selalu berada pada nilai negatif karena keadaan tanah dilapang yang lembab dan berlumpur menyebabkan kondisi
reduktif yang dicirikan oleh nilai Eh negatif, namun perlakuan konvensional selalu memiliki nilai Eh yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan
S.R.I. lainnya, hal ini menunjukan bahwa budidaya konvensional bersifat lebih reduktif karena tanah selalu digenangi Gambar 8.
Menurut Wang dan Hagan 1981, laju reduksi dipengaruhi oleh sifat dan kandungan akseptor elektron serta dipengaruhi oleh pH, sedangkan menurut
Sanchez 1976, intensitas proses reduksi tergantung pada jumlah bahan organik
yang mudah terurai dan suhu tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, semakin besar intensitas reduksinya.
Hubungan secara langsung antara pH dan Eh pada tanah sawah yang tergenang yang dideroleh dari penelitian ini adalah Ph tanah semakin naik
mendekati netral dan Eh tanah menjadi lebih rendah. Hal ini dikarenakan saat tanah sawah digenangi tidak ada oksigen yang masuk ke dalam tanah namun
mikroorganisme anaerob yang dapat hidup di dalam tanah tetap ada dan tetap melakukan respirasi, proses respirasi tersebut akan menghasilkan gas CO
2
dan elektron. Elektron yang tersedia akan menyebabkan reaksi reduksi dalam tanah
dan menyebabkan tanah memiliki Eh yang semakin rendah atau semakin negatif selain itu reaksi reduksi akan menghasilkan OH- yang menyebabkan pH tanah
naik mendekati netral.
4.4. Hama