telah disiapkan dilakukan dengan hati-hati dan cepat kurang dari 30 menit. Bibit ditanam pada kedalaman 2 cm dengan posisi akar
horizontal. Pengairan diatur sampai tanah mencapai kondisi lembab tetapi tidak tergenang macak-macak. Pupuk yang digunakan sama
dengan budidaya padi konvensional T0. 3.
Budidaya padi S.R.I. Organik T2, seperti T1 tetapi pupuk yang diberikan 100 pupuk organikkompos dengan takaran 5 tonha setara
dengan 10 kgpetak. 4.
Budidaya padi S.R.I. Semi-organik T3, dimana perlakuan sama dengan T1 tetapi takaran pupuk anorganiknya 50 dari dosis pupuk T1,
yaitu sebanyak 125 kg ureaha, 100 kg SP-18ha dan 50 kg KClha atau setara dengan 0.25 kg ureapetak, 0.2 kg SP-18petak, serta 0.1 kg
KClpetak dan 50 sisanya diberi Bio-organic Fertilizer Pupuk organik hayati Fertismart sebanyak 300 kgha setara dengan 0.6
kgpetak.
3.3.2. Analisis Tanah Pendahuluan
Analisis tanah pendahuluan dilakukan pada hari ke-0. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada empat titik yang berbeda dari seluruh
petakan pada kedalaman 0-10 cm. Hal ini dilakukan agar tanah yang didapatkan homogen. Analisis tanah meliputi sifat kimia dan fisik tanah. Sifat kimia tanah
meliputi C-organik, pH-tanah, N-total, P, Ca, Mg, K, Na, KTK, KB, Al, H, Fe, Cu, Zn dan Mn serta pengukuran Eh dan pH di lapang. Sifat fisik tanah meliputi
kadar air tanah dan tekstur tanah.
3.3.3. Pelaksanaan Penelitian di Lapang 3.3.3.1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan yang dilakukan terdiri dari pengolahan tanah, pelumpuran dan pembuatan petakan percobaan. Hal yang dilakukan pada saat pengolahan
tanah untuk budidaya S.R.I. dan konvensional sama yaitu dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan menggunakan bajak dan cangkul sampai terbentuk struktur
lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan
mengendalikan air. Petakan percobaaan yang dibuat sebanyak 16 petakan dengan ukuran 4 m x 5 m. Pemilihan petak untuk setiap perlakuan dilakukan secara acak.
Tata letak satuan petakan percobaan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tata letak satuan percobaan di lapang
3.3.3.2. Persiapan Benih
Pengujian benih dilakukan terlebih dahulu sebelum penyemaian S.R.I. Pengujian benih dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan air garam.
Benih yang baik adalah benih yang tenggelam dalam larutan tersebut, kemudian benih direndam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam selama
2 hari sampai benih berkecambah setelah itu disemaikan pada media tanah dan pupuk organik 1:1 dalam baki selama 7 hari, sedangkan untuk penyemaian
budidaya konvensional setelah direndam selama 24 jam benih langsung disebar di lahan sawah tempat penyemaian.
3.3.3.3. Penanaman
Bibit S.R.I ditanam pada umur 7 hari dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, dan jumlah bibit sebanyak 1 bibitlubang, bibit ditanam dangkal, posisi akar padi
sejajar dengan permukaan tanah, sehingga batang padi dan akarnya membentuk huruf āLā, sedangkan bibit yang ditanam pada budidaya konvensional ditanam
pada umur 30 hari, dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dan jumlah bibit sebanyak 8 bibitlubang.
3.3.3.4. Pemupukan
Dosis pupuk yang diberikan berbeda-beda untuk setiap perlakuan, untuk perlakuan S.R.I. anorganik dan konvensional dosis pupuk yang diberikan
sebanyak 250 kg ureaha, 200 kg SP-18ha dan 100 kg KClha. Pada perlakuan S.R.I. semi-organik pupuk anorganik yang diberikan sebanyak 50 dari
perlakuan S.R.I. anorganik dan 50 sisanya diberi Bio-organic Fertilizer Pupuk organik hayati Fertismart sebanyak 300 kgha, sedangkan untuk S.R.I. organik
diberikan pupuk kompos dengan dosis 5 tonha. Pemberian pupuk Urea, SP-18, KCl dan Fertismart pada S.R.I. anorganik,
S.R.I. semi-organik, dan konvensional dilakukan saat penanaman dan khusus untuk pupuk urea diberikan dua kali yaitu saat penanaman dan saat minggu
kelima setelah tanam yaitu saat tanaman berumur 35 HST, dengan dosis 50 setiap pemberian pupuk, sedangkan untuk S.R.I. organik kompos diberikan ke
lahan seminggu sebelum tanam.
3.3.3. 5. Pengaturan Air
Air pada budidaya S.R.I. diberikan secara macak-macak atau cukup dengan kondisi yang basah dan tidak tergenang, penggenangan diperlukan pada saat
penyiangan yaitu pada usia 10, 20 dan 30 MST dan setelah dilakukan penyiangan tanah tidak perlu digenangi lagi, selain itu pada saat tanaman berbunga perlu
dilakukan penggenangan namun setelah padi matang susu, tanah kembali tidak digenangi, sedangkan untuk budidaya konvensional tanah diberikan air secara
tergenang kontinu dengan ketinggian 5 cm sampai pemasakan bulir. Sekeliling dalam petakan percobaan dibuat parit kecil atau kemalir. Parit ini
fungsinya untuk pengendalian air drainase dalam petak sawah. Lebar parit 20 cm dan kedalamannya 30 cm. Saluran inlet dan outlet antar petakan dibuat
terpisah tidak saling berhubungan, hal ini dilakukan agar tidak terjadi pencampuran antara air dari petakan satu dengan petakan lainnya.
3.3.3.6. Panen
Pemanenan dilakukan saat bulir padi sekitar 90-95 telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian bawah batang menggunakan
sabit.
3.3.4. Pengambilan Data pH dan Eh
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat ukur pH meter HM- 20P merk TOA DKK dan pengukuran Eh dengan ORP meter RM-20P merk TOA
DKK. Pengukuran ini dilakukan setiap dua minggu, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10. Pengukuran pH dan Eh ini dilakukan pada lokasi yang sama pada tiap
minggunya serta pada lokasi yang dianggap mewakili setiap petakan. Pengukuran ini diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Cara pengambilannya
adalah sebagai berikut: Kalibrasi pH dan Eh meter, masukan tongkat sebesar pH dan Eh meter dan dengan panjang 10 cm ke dalam tanah yang akan dimasukan pH
atau Eh meter, masukan pH atau Eh meter, diamkan hingga stabil, dan catat nilai yang terlihat dalam layar pH atau Eh meter. Sebelum penggunaan pH dan Eh
meter pada lokasi yang berbeda perlu dilakukan pembilasan alat tersebut dengan menggunakan aquades agar alat tersebut kembali pada nilai standar.
3.3.5. Pengamatan Data Vegetatif Tanaman
Parameter vegetatif tanaman yang diamati adalah 1.
Tinggi tanaman. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal batang sampai daun terpanjang pada 5 tanaman contoh dengan
meteran dalam satuan cm. Pengukuran ini dilakukan setiap dua minggu sekali, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10.
2. Jumlah batang per 100 m2. Penghitungan dilakukan dengan membagi
luasan 100 m2 dengan jarak tanam yang digunakan lalu dikalikan dengan rataan jumlah batanganakan yang terdapat pada setiap rumpun
pada tanaman contoh dengan satuan batangrumpun. Penghitungan ini
dilakukan setiap dua minggu sekali yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10.
3.3.6. Pengamatan Pasca Panen