Persiapan Benih Penanaman Pelaksanaan Penelitian di Lapang 1. Persiapan Lahan

sejajar dengan permukaan tanah, sehingga batang padi dan akarnya membentuk huruf “L”, sedangkan bibit yang ditanam pada budidaya konvensional ditanam pada umur 30 hari, dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm dan jumlah bibit sebanyak 8 bibitlubang.

3.3.3.4. Pemupukan

Dosis pupuk yang diberikan berbeda-beda untuk setiap perlakuan, untuk perlakuan S.R.I. anorganik dan konvensional dosis pupuk yang diberikan sebanyak 250 kg ureaha, 200 kg SP-18ha dan 100 kg KClha. Pada perlakuan S.R.I. semi-organik pupuk anorganik yang diberikan sebanyak 50 dari perlakuan S.R.I. anorganik dan 50 sisanya diberi Bio-organic Fertilizer Pupuk organik hayati Fertismart sebanyak 300 kgha, sedangkan untuk S.R.I. organik diberikan pupuk kompos dengan dosis 5 tonha. Pemberian pupuk Urea, SP-18, KCl dan Fertismart pada S.R.I. anorganik, S.R.I. semi-organik, dan konvensional dilakukan saat penanaman dan khusus untuk pupuk urea diberikan dua kali yaitu saat penanaman dan saat minggu kelima setelah tanam yaitu saat tanaman berumur 35 HST, dengan dosis 50 setiap pemberian pupuk, sedangkan untuk S.R.I. organik kompos diberikan ke lahan seminggu sebelum tanam.

3.3.3. 5. Pengaturan Air

Air pada budidaya S.R.I. diberikan secara macak-macak atau cukup dengan kondisi yang basah dan tidak tergenang, penggenangan diperlukan pada saat penyiangan yaitu pada usia 10, 20 dan 30 MST dan setelah dilakukan penyiangan tanah tidak perlu digenangi lagi, selain itu pada saat tanaman berbunga perlu dilakukan penggenangan namun setelah padi matang susu, tanah kembali tidak digenangi, sedangkan untuk budidaya konvensional tanah diberikan air secara tergenang kontinu dengan ketinggian 5 cm sampai pemasakan bulir. Sekeliling dalam petakan percobaan dibuat parit kecil atau kemalir. Parit ini fungsinya untuk pengendalian air drainase dalam petak sawah. Lebar parit 20 cm dan kedalamannya 30 cm. Saluran inlet dan outlet antar petakan dibuat terpisah tidak saling berhubungan, hal ini dilakukan agar tidak terjadi pencampuran antara air dari petakan satu dengan petakan lainnya.

3.3.3.6. Panen

Pemanenan dilakukan saat bulir padi sekitar 90-95 telah menguning. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian bawah batang menggunakan sabit.

3.3.4. Pengambilan Data pH dan Eh

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat ukur pH meter HM- 20P merk TOA DKK dan pengukuran Eh dengan ORP meter RM-20P merk TOA DKK. Pengukuran ini dilakukan setiap dua minggu, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10. Pengukuran pH dan Eh ini dilakukan pada lokasi yang sama pada tiap minggunya serta pada lokasi yang dianggap mewakili setiap petakan. Pengukuran ini diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Cara pengambilannya adalah sebagai berikut: Kalibrasi pH dan Eh meter, masukan tongkat sebesar pH dan Eh meter dan dengan panjang 10 cm ke dalam tanah yang akan dimasukan pH atau Eh meter, masukan pH atau Eh meter, diamkan hingga stabil, dan catat nilai yang terlihat dalam layar pH atau Eh meter. Sebelum penggunaan pH dan Eh meter pada lokasi yang berbeda perlu dilakukan pembilasan alat tersebut dengan menggunakan aquades agar alat tersebut kembali pada nilai standar.

3.3.5. Pengamatan Data Vegetatif Tanaman

Parameter vegetatif tanaman yang diamati adalah 1. Tinggi tanaman. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal batang sampai daun terpanjang pada 5 tanaman contoh dengan meteran dalam satuan cm. Pengukuran ini dilakukan setiap dua minggu sekali, yaitu pada minggu ke-2, 4, 6, 8 dan 10. 2. Jumlah batang per 100 m2. Penghitungan dilakukan dengan membagi luasan 100 m2 dengan jarak tanam yang digunakan lalu dikalikan dengan rataan jumlah batanganakan yang terdapat pada setiap rumpun pada tanaman contoh dengan satuan batangrumpun. Penghitungan ini

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

12 168 47

Perbaikan Sifat Tanah Dan Peningkatan Produksi Padi Sawah Dengan Pemberian Bahan Organik Dan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification)

0 23 13

Potensial Redoks (Eh) dan Kelarutan Fe dan Mn serta Kaitannya dengan Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Budidaya Padi Sistem Konvensional dan System of Rice Intensification (S.R.I.)

2 26 102

Peningkatan populasi dan keragaman fauna tanah melalui pengelolaan hayati tanah pada budidaya System of Rice Intensification (S.R.I.) di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

0 13 127

Pengelolaan hayati tanah untuk meningkatkan peran fauna tanah dalam proses dekomposisi jerami padi pada budidaya System of Rice Intensification (SRI) di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 40 111

Pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah (Oryza stiva L.) pada teknik budidaya System of Rice Intensification (SRI)

0 10 50

Fisiologi, Anatomi Dan Sistem Perakaran Pada Budidaya Padi Dengan Metode System Of Rice Intensification (Sri) Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi

0 4 54

Pertumbuhan Dan Produksi Ratun Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Yang Ditanam Dengan Metode System Of Rice Intensification (Sri) Di Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat

1 8 48

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (The System of Rice Intensification).

0 1 7

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA DOSIS BAHAN ORGANIK TITONIA (Tithonia diversifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (The System of Rice Intensification).

0 2 6