4 Keberadaan  beras  menir  dipengaruhi  oleh  kinerja  mesin  penggiling  dan  kualitas  gabah
sebelum digiling. Penanganan yang kurang tepat membuat gabah menjadi mudah retak atau patah, atau  bahkan  sudah  patah  sebelum  digiling.  Gabah  juga  bisa  patah  atau  retak  selama  penanganan
pascapanen sebagai akibat dari adanya perubahan cuaca, terutama fluktuasi suhu dan kelembaban relatif udara. Keretakan juga dapat terjadi apabila dilakukan metoda pengeringan yang tidak tepat
Patiwiri 2006. Pada tahun 2011, produksi gabah kering giling nasional mencapai 65.76 juta ton sehingga
diperoleh  menir  sebanyak  3.3  juta  ton  BPS  2012.  Namun,  pemanfaatan  menir  sebagai  hasil samping masih sangat terbatas, biasanya hanya dijadikan sebagai pakan ternak. Padahal komposisi
gizi  menir  tidak  jauh  berbeda  dengan  beras  utuh  beras  kepala.  Oleh  sebab  itu,  diperlukan  suatu teknologi untuk meningkatkan nilai guna dan ekonomi beras menir.
Menir dapat diproses lebih lanjut sebagai bahan baku produk pangan agar dapat meningkat nilai  sosial  ekonomi  serta  nilai  gunanya.  Penduduk  beranggapan  bahwa  menir  merupakan  beras
bermutu  rendah,  sehingg  menir  kasar  dan  menir  halus  biasa  dimanfaatkan  sebagai  pakan  ternak dan bahan baku  makanan tradisional. Padahal,  komposisi  gizi beras  menir  ini tidak  jauh berbeda
dengan beras utuhberas kepala. Pengolahan beras menir menjadi menjadi tepung danatau diolah lebih lanjut menjadi bahan baku makanan pokok seperti beras ekstrusi, akan meningkatkan status
sosial ekonomi dan nilai guna menir.
2.2 BERAS EKSTRUSI
Beras  ekstrusi  adalah  simulasi  butiran  beras  yang  diperoleh  dengan  teknik  ekstrusi menggunakan  ekstruder  ulir  tunggal  maupun  ganda  dari  adonan  yang  terdiri  dari  tepung  beras,
bahan  pengikat,  dan  air.  Pada  dasarnya  ekstrusi  ini  merupakan  teknik  fortifikasi  pada  beras sehingga  pada  penerapannya  ditambahkan  fortifikan  yang  terdiri  dari  mineral  dan  atau  vitamin
untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat yang dituju Alavi et al. 2008. Alat  yang  digunakan  untuk  melakukan  proses  ekstrusi  disebut  ekstruder.  Prinsip  kerja
ekstruder  yaitu  mendorong  bahan  mentah  ke  suatu  lubang,  kemudian  didorong  oleh  ulir  menuju lubang cetakan die. Ekstruder dapat dibagi berdasarkan jumlah ulir, yaitu ekstruder ulir tunggal
dan  ganda  Fellow  2008.  Ekstruder  ulir  tunggal  dibagi  menjadi  empat  jenis,  yaitu  low  shear pembentukan,  low  shear  pemasakan,  medium  shear  pemasakan,  dan  high  shear  pemasakan.
Ekstruder  ulir  ganda  terdiri  dari  low  shear  dua  ulir  identik  yang  diletakan  berdampingan  dalam satu barel. Pada sistem  ulir ganda  intermeshing, kedua  sumbu  ulir berdekatan sehingga ulir  yang
satu  dapat  masuk  ke  dalam  ulir  yang  lain.  Sistem  seperti  ini  memungkinkan  proses  self-cleaning dan  self-wiping.  Dengan  demikian,  maka  kapasitas  transportasi  ekstruder  ulir  ganda  akan
meningkat.  Jenis  ekstruder  ini  dapat  digunakan  untuk  bahan  yang  bersifat  lengket,  yang  sulit ditangani oleh ekstruder ulir tunggal Haryadi, 2008.
Ekstruder  memiliki  tiga  bagian  penting,  yaitu  bagian  pra-ekstrusi,  ulir  dan  cetakan  die. Ketiga bagian ini memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda yang berperan dalam menghasilkan
produk yang diinginkan. Zona pra-ekstrusi adalah bagian yang bertekanan sama seperti lingkungan dimana  bahan  mentah  dibasahi  merata  atau  dipanaskan  tergantung  dari  hasil  produk  yang
diinginkan.  Bahan  mentah  yang  telah  dibasahi  akan  dimasukkan  dalam  pengumpan  pada  bagian ulir  ekstruder.  Pada  bagian  ini  terjadi  perubahan  tekstur  akibat  ada  tekanan  yang  diberikan  oleh
ulir dan panas  yang dihasilkan. Panas dialirkan  melalui pelepasan energi  mekanik  yang  memutar ulir. Adanya panas akan menyebabkan bahan mangalami proses hidrasi dan gelatinisasi, sehingga
bahan akan menjadi lebih elastis dan terplastisasi Muchtadi et al. 1988.
5 Gambar 1  Ekstruder ulir tunggal Sumber: Fellow 2008
Beras ekstrusi biasanya terbuat dari bahan baku seperti umbi-umbian dan serealia sehingga komposisi  gizinya  mirip  beras  Samad  2003.  Beras  ekstrusi  diperoleh  melalui  metode  hot
extrusion  dan  cold  extrusion.  Pada  metode  hot  extrusion,  adonan  diekstrusi  menggunakan ekstruder  ulir  tunggal  maupun  ganda  dengan  suhu  70-110
o
C.  Adonan  terbuat  dari  campuran tepung  beras,  fortifikan,  air,  bahan  pengikat,  dan  emulsifier.  Cold  extrusion  menerapkan  teknik
yang sama namun menggunakan suhu ekstruder kurang dari 70
o
C Alavi et al. 2008. Proses  pembuatan  beras  ekstrusi  yang  diteliti  oleh  Mishra  et  al.  2012  meliputi  tahap
persiapan bahan, pembentukan adonan pre-conditioning, ekstrusi, dan pengeringan. Bahan yang digunakan  antara  lain  tepung  beras,  air,  bahan  pengikat  sodium  alginat,  setting  agent  kalsium
laktat dan kalsium klorida, fortifikan multivitamin, antioksidan, dan pewarna titanium. Tujuan tahapan  pre-conditioning  adalah  untuk  mencampur  dan  mengadon  air  atau  uap  dengan  bahan-
bahan yang telah mengalami pemanasan sebelumnya. Sedangkan menurut Budijanto et al. 2011, metode  pembuatan  beras  analog  dengan  metode  ekstrusi  dilakukan  melalui  tahap  penyangraian
dan  ekstrusi.  Tahap  penyangraian  bertujuan  untuk  menggelatinisasi  sebagian  semigelatinisasi adonan  atau  pengondisian  adonan  sebelum  diekstrusi.  Tahap  ekstrusi  meliputi  proses
pencampuran,  pemanasan,  dan  pencetakan  melalui  die.  Tahap  berikutnya  adalah  ekstrudat dikeringkan menggunakan oven dryer pada suhu  60°C selama 4 jam.
Beras  ekstrusi  dapat  dijadikan  sebagai  strategi  dalam  mengurangi  ketergantungan  impor beras  Indonesia.  Beras  dipilih  karena  program  diversifikasi  pangan  belum  dapat  berhasil
sepenuhnya  disebabkan  keterikatan  masyarakat  yang  sangat  kuat  dengan  konsumsi  beras.  Maka perlu  dikembangkan  alternatif  pangan  menyerupai  beras  yang  memanfaatkan  hasil  samping
penggilingan beras, yaitu menir. Persyaratan standar  mutu beras berdasarkan SNI No. 01-6127-1999 terdiri dari komponen
umum  dan  komponen  fisik  beras.  Komponen  umum  yang  dimaksud  adalah  1  bebas  hama  dan penyakit, 2 bebas bau apek, asam, atau bau asing lainnya, 3 bebas dari campuran bekatul, dan
4 bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia berbahaya. Persyaratan standar mutu beras ekstrusi belum ada sehingga penelitian mengenai beras ekstrusi masih harus dikaji lebih dalam.
2.3 DIABETES MELLITUS