7 senyawa  aktif,  dan  jenis  pelarut  Durran  1933.  Sifat  bahan  yang  akan  diekstrak  dan  jenis  pelarut
adalah hal yang paling penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan pada proses ekstraksi senyawa aktif yang terkandung di dalam bahan yang akan diekstrak akan mudah larut pada pelarut yang relatif
sama  polaritasnya,  sehingga  senyawa  polar  akan  larut  dalam  pelarut  polar  dan  senyawa  non-polar akan  larut  dalam  pelarut  non-polar. Beberapa  pelarut  yang  biasa  digunakan  untuk  ekstraksi  senyawa
aktif diantaranya adalah asam asetat, air, etanol, metanol, etil asetat, dan hexan Ucko 1982. Senyawa  xanthone  yang  terdapat  di  dalam  kulit  buah  manggis  secara  alami  bersifat  polar,
namun  cukup  sukar  terlarut  di  dalam  air.  Hal  ini  dikarenakan  tingkat  polaritas  air  terlalu  tinggi  dan tidak cocok dengan tingkat polaritas xanthone. Sedangkan, senyawa xanthone akan larut dalam pelarut
polar seperti metanol, etanol, aseton, dan asam asetat. Berdasarkan  keempat  pelarut tersebut, pelarut asam  asetat  merupakan  pelarut  yang  paling  aman  untuk  dikonsumsi  dan  tidak  memiliki  proses
tambahan seperti pemanasan  yang dikhawatirkan akan  merusak senyawa aktif xanthone. Sedangkan, air  dapat  digunakan  untuk  melarutkan  senyawa  tanin  di  dalam  kulit  buah  manggis.  Hal  ini
dikarenakan  tanin  memiliki  sifat  yaitu  polar,  hidrofil,  dan  akan  mudah  larut  apabila  menggunakan pelarut yang memiliki tingkat polaritas yang tinggi seperti air Walker 2007.
Menurut  Orey  2007,  cuka  apel  adalah  salah  satu  produk  minuman  fermentasi  tertua  yang dikenal  manusia.  Cuka  apel  dapat  digunakan  sebagai  pelarut,  karena  cuka  apel  memiliki  kandungan
asam  asetat  sebesar  10  dan  juga  dapat  memberikan  efek  kesehatan  bagi  yang  mengkonsumsinya. Menurut  Voight  1994,  asam  asetat  merupakan  pelarut  organik  yang  memiliki  rumus  empiris
C
4
H
4
O
2
.  Sifat  asam  asetat  adalah  polar  yang  cukup  efektif  dalam  melarutkan  senyawa  aktif  seperti xanthone. Sedangkan, air merupakan salah satu jenis pelarut yang memiliki pH netral, bersifat polar,
dan cukup efektif dalam melarutkan senyawa aktif seperti tanin. Selain beberapa kelebihan yang telah disebutkan,  kedua  pelarut  ini  juga  memiliki  kelebihan  lain  seperti  tidak  merusak  lingkungan,  tidak
mudah terbakar, dan harganya relatif murah.
D. Teknik Spherification
Gastronomy  molekuler  adalah  suatu  ilmu  yang  mempelajari  bagaimana  cara  mengolah makanan dengan menggabungkan beberapa ilmu pengetahuan seperti fisika dan kimia. Beberapa jenis
teknik  memasak  dalam  ilmu  gastronomy  molekuler  seperti  deep  freezing,  effervescence, emulsification, gelification, dan spherification Fischbacher et al. 2011.
Deep  freezing  adalah  teknik  mengolah  masakan  beku  dengan  menggunakan  nitrogen  cair. Salah  satu  produk  makanannya  adalah  es  krim.  Effervescence  adalah  proses  mengolah  makanan
dengan  teknik  mengolah  makanan  berbentuk  permen  dengan  menggunakan  karbondioksida  sebagai pengisi  produk,  lalu  ditekan  dengan  tekanan  600  psi  hingga  menghasilkan  butiran  butiran  permen
yang  berisi  karbondioksida.  Emulsification  adalah  suatu  proses  mengolah  makanan  dengan penambahan  zat  pengemulsi  yang  dicampur  ke  dalam  makanan  tersebut  hingga  terbentuk  busa  atau
foam.  Adapun  zat  pengemulsi  yang  digunakan  adalah  soy  lechitin.  Terakhir,  gelification  merupakan cara  mengolah  makanan  dengan  membuat  makanan  menjadi  gel  dengan  menggunakan  proses
pemanasan. Bahan tambahan yang digunakan seperti agar-agar, carrageenan, gelatin, dan gellan gum. Fischbacher et al. 2011.
Spherification adalah teknik mengolah makanan dengan menggabungkan ekstrak atau sari buah dengan bahan pembentuk gel seperti natrium alginat dan kalsium klorida hingga membentuk gel yang
semi solid. Salah satu produknya adalah fruit caviar. Kelebihan teknik spherification adalah teknik ini mudah  dilakukan,  alat  yang  digunakan  mudah  didapat,  dan  tidak  menggunakan  proses  tambahan
seperti pemanasan atau pendinginan. Gambar fruit caviar dapat dilihat pada Gambar 4.
8 Gambar 4. Fruit caviar Fischbacher et al. 2011
Pembentukan  gel  fruit  caviar  terjadi  terjadi  pada  saat  ekstraksari  buah  yang  telah  dicampur dengan natrium alginat, dicelupkan pada larutan kalsium klorida. Pada tahap ini terjadi pertukaran ion
secara  difusi  antara  ion  Ca
2+
dalam  larutan  CaCl
2
dengan  Na
+
yang  terdapat  pada  larutan  natrium alginat yang telah dicampur dengan ekstrak kulit buah manggisdan menghasilkan lapisan gel kalsium
alginat  dan  garam  NaCl.  Difusi  yang  terjadi  pada  gel,  mengakibatkan  gel  menjadi  semi  solid  This 2006. Gel semi solid adalah  gel pada bagian  membran  gel berbentuk padat, sedangkan  pada bagian
dalam  gel  berbentuk  cair  Fischbacher  et  al.  2011.  Proses  penebalan  lapisan  membran  caviar  pada teknik spherification dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses pembentukan lapisan gel dengan  menggunakan teknik  spherification Fischbacher et al. 2011
9 Proses  pembentukan  lapisan  gel  pada  Gambar  5,  menunjukkan  proses  difusi  sedang
berlangsung  dan  menghasilkan  gel  semi  solid  yang  ditandai  dengan  masih  adanya  cairan  pada  gel yang dilapisi membran kalsium alginat yang tipis, hingga  semakin lama menjadi gel solid. Gel yang
semakin  solid  ditandai  dengan  gel  menjadi  semakin  keras,  karena  proses  difusi  berlangsung  terus menerus dan tidak dapat balik irreversible sehingga menghasilkan gel yang keras.
E. Natrium Alginat