Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Kondisi Umum Habitat Abalon Tropis Haliotis sp.

4.1.3 Sebaran Konsentrasi Klorofil-a

Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu Arsjad et al. 2004. Sebaran konsentrasi klorofil-a digunakan untuk melihat kesuburan perairan di Lombok bagian Timur dan Sumbawa bagian Barat. Sebaran klorofil-a diperoleh dari hasil analisis citra satelit Aqua Modis pada bulan Maret dan April 2012. Pada bulan Maret dilakukan pengambilan data di daerah Lombok Timur Kayangan dan Teluk Jor dan daerah Sumbawa Barat Kertasari dan Jelenga. Bulan Maret dan April termasuk kedalam Musim Peralihan pancaroba, dimana iklim tidak menentu, hal ini terjadi saat pengambilan data di lapangan. Nontji 2008 menyatakan bahwa Perairan Indonesia secara umum sangat dipengaruhi oleh pergantian angin musim monsoon, perubahan musim tersebut akan menentukan pola sebaran klorofil fitoplankton, baik secara spasial maupun temporal. Peta sebaran klorofil-a pada bulan Maret di Perairan Lombok dan Sumbawa Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kosentrasi klorofil-a dalam satu bulan bervariasi, berkisar dari 0,06 mgm 3 sampai 1,941 mgm 3 . Berdasarkan hasil pengolahan data, daerah di Perairan Teluk Jor, memiliki konsentrasi klorofil-a berkisar dari 0,3120 mgm 3 - 0,4259 mgm 3 . Menurut Arsjad et al.2004, nilai tersebut termasuk ke dalam kelas klorofil dengan konsentrasi fitoplankton sedang atau dapat dikatakan bahwa tingkat kesuburan perairannya sedang. Hal ini diduga akibat masukan unsur hara dari daratan dan muara sungai, terbukti saat pengamatan di lapang, terdapat pemukiman penduduk di sekitar muara sungai dan terdapat kegiatan budidaya ikan KJA. Berdasarkan Nontji 2007 fitoplankton yang subur umumnya terdapat di perairan sekitar muara sungai karena banyak zat hara datang dari daratan dan dialirkan oleh sungai ke laut. Daerah lain yang diamati adalah Perairan Kayangan yang menunjukkan nilai klorofil-a berkisar dari 0,1981 mgm 3 – 0,3120 mgm 3 . Berdasarkan Arsjad et al .2004 nilai kosentrasi klorofil-a di Perairan Kayangan termasuk kelas rendah. Jika diamati dari parameter pembatas fitoplankton seperti suhu, daerah Kayangan memiliki suhu yang cukup rendah, kondisi di lapangan saat itu hujan, yaitu berkisar 23 - 26 ᴼ C . Menurut Nontji 2008, suhu dapat mempengaruhi fitoplankton secara enzimatik langsung maupun struktur hidrologis tak langsung. Pengaruh suhu berdasarkan struktur hidrologis, seperti ketika suhu turun akan sangat menentukan berat jenis air. Makin rendah suhu air maka semakin tinggi berat jenisnya, hal ini akan mengakibatkan fitoplankton tidak dapat tumbuh, karena akan terbentuk lapisan pemisah sehingga penenggelaman fitoplankton terhambat. Perairan dengan kosentrasi klorofil-a rendah juga dimiliki oleh Perairan Kertasari. Namun jika dilihat dari nilai suhu, daerah Kertasari memiliki kisaran suhu yang normal. Hal ini diduga karena unsur hara yang masuk dari daratan kurang. Perairan JerewehJelenga memiliki nilai kosentrasi klorofil-a sebesar 0,1981mgm 3 - 0,3120 mgm 3 , berdasarkan Arsjad et al. 2004 nilai tersebut tergolong perairan yang nilai kesuburannya rendah Arsjad et al. 2004. Meskipun terdapat aliran Sungai Cereweh di Jelenga, namun airnya surut, sehingga unsur hara yang ada di muara sungai tidak mencapai laut. Nontji 2008 menyatakan bahwa unsur hara merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas primer fitoplankton. Gambar 14. Sebaran Klorofil-a pada bulan Maret 2012 Peta sebaran klorofil-a pada bulan April berikut Gambar 15 menunjukkan bahwa nilai klorofil di Perairan Lombok dan Sumbawa berkisar dari 0,072 mgm 3 – 0.838 mgm 3 . Hasil pengolahan data komposit klorofil-a selama satu bulan, menunjukkan bahwa Perairan Gerupuk memiliki nilai klorofil berkisar dari 0,3519 mgm 3 – 0.4444 mgm 3 . Nilai klorofil-a di Perairan Gerupuk termasuk kedalam kelas perairan dengan tingkat kesuburannya sedang menurut Arsjad et al. 2004. Salah satu pemasukan unsur hara diduga berasal dari aktivitas budidaya ikan dan rumput laut yang dilakukan oleh masyarakat setempat Lampiran 5. Nilai kosentrasi klorofil-a yang terbilang rendah ditemukan di Perairan Kuta dengan nilai 0,2593 mgm 3 – 0,3519 mgm 3 . Jika diamati saat di lapang, daerah ini tidak mendapat masukan dari daratan, karena tidak ditemukannya sungai disekitar lokasi penelitian. Selain itu, keanekaragaman biota yang hidup di perairan tersebut juga rendah. Hal ini dilihat dari banyaknya karang mati dan sangat sedikit biota yang ditemukan di sana, keadaan tersebut diduga terjadi karena eksploitasi berlebih pada biota laut oleh masyarakat Lampiran 5. Gambar 15. Sebaran Klorofil-a pada bulan April 2012 Perairan Tatar memiliki kosentrasi klorofil-a sebesar 0,4444 mgm 3 – 0,5370 mgm 3 . Perairan Tatar termasuk perairan yang subur karena memiliki nilai klorofil-a yang tinggi Arsjad et al. 2004. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya masukan unsur hara dari daratan melalui sungai, terbukti saat pengukuran parameter-parameter di lapangan, terlihat aliran dari sungai Dusun Tabiung, Dusun Tanaman, dan Dusun Senutuk. Jika di lihat pada peta di atas, terdapat kurang lebih tiga sungai yang bermuara di Perairan Tatar. Perairan yang subur mengindikasikan keanekaragaman biota yang hidup di sana. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dari bulan Maret sampai April 2012, daerah yang memiliki kesuburan perairan yang tinggi berada di Tatar, sedangkan kesuburan perairan yang tergolong rendah berada di daerah Kayangan, Kuta, Jereweh, dan Kertasari. Daerah Teluk Jor dan Gerupuk termasuk daerah dengan kesuburan perairan yang sedang.

4.1.4 Kondisi Arus secara Umum di Perairan Lombok dan Sumbawa